Creepylogy Profile picture
Mar 13, 2024 43 tweets 8 min read Read on X
–Rahasia Jembatan Panus–

(3)

Awal muawal Land Depok Image
3

Kegelapan melingkupi malam, dengan hanya sekelumit cahaya yang berpijar dari lampu berbahan bakar minyak. Lampu itu dipasang di sebuah cagak kayu. Apinya menjilat-jilat serta mengeluarkan asap hitam. Walaupun bercahaya alakadarnya, itu sudah lumayan untuk menerangi pemandangan di sekelilingnya ketimbang gelap gulita.
Jembatan Panus terlihat ramping dan lurus. Kadang-kadang tampak menggelombang diterpa sinar lampu minyak. Supri mematung sesaat di antara kesadaran yang sukar ia terima. Dia mengenali tempat itu, tetapi pemandangan yang seharusnya tidaklah begitu.
Segala macam yang ditemuinya beberapa saat lalu sirna entah ke mana. Warung yang menjadi langganannya bertahun-tahun lenyap tak berbekas, bahkan seolah-olah tidak pernah ada.
Begitu juga pemiliknya, Mpok Onen, perempuan rewel yang selalu bicara apa adanya, seperti bukan manusia yang pernah lahir ke dunia. Supri tidak bisa menerima kenyataan yang menampang di depan mata, karena ia yakin seutuhnya bahwa ini bukan kenyataan. Namun ia lekas menanyakan pikirannya sendiri, kalau bukan kenyataan lantas apa.
Pemuda itu menggaplok pipinya sekali dengan keras. Rupanya terasa. Lantaran masih kurang percaya, sekali lagi ia gaplok wajahnya dengan dua tangan. Dan rasanya sama-sama pedas. Namun ia masih perlu diyakinkan lagi, sehingga tinjunya mendarat pada sebuah batang kayu. “Auww, sakit,” kesalnya. Baru setelah itu hatinya percaya kalau keadaan sekarang adalah nyata.
Tentu lelaki itu amat bingung, kenapa tiba-tiba berpindah situasi. Ia menoleh ke kiri. Warung Mpok Onen tidak muncul dengan tiba-tiba. Hanya tanah kosong ditumbuhi tanaman-tanaman liar, entah pohon jarak atau apa. Pandangannya ditahan beberapa saat. Biasanya ia melihat jembatan dan lalu lalang kendaraan. Sekarang semua itu lenyap.
“Kenapa jadi begini,” desisnya dengan jantung berdebar.

Belum selesai soal penglihatan, selanjutnya Supri menyadari suara-suara aneh yang tidak pernah didengar sebelumnya. Binatang-binatang malam. Kawanan beruk bersorak sorai dari tempatnya bertengger.
Supri tidak bisa melacak di mana mereka. Mungkin di pohon-pohon dan hutan bambu. Memang banyak sekali pohon rindang. Dan pohon-pohon itu ikut bersuara dengan dedaunannya yang berdesir. Telinganya juga menangkap irama Sungai Ciliwung yang mengalir deras. Kemudian burung hantu yang agaknya tidak cuma seekor. Serangga-serangga pun ada.
Kecuali itu tentu masih ada binatang lain yang enggan bersuara namun pandai bercokol, seperti ular dan biawak. Semua itu asing. Jembatan Panus dan Sungai Ciliwung tidak pernah seaneh ini. Beberapa saat lalu Mpok Onen mengatakan sungai itu adalah tempat sampah bagi orang-orang yang terlalu pelit mengeluarkan iuran sampah. Supri juga tahu Ciliwung adalah jalurnya sampah. Makin ke hilir semakin padatlah limbah. Ke mana orang-orang yang membuang sampah itu?
Selintas suara yang lain baru saja melesap ke telinga. Bagai lolongan namun putus-putus dan tipis. Pria itu bergidik seketika. Dikiranya hantu wanita atau kuntilanak sedang usil padanya. Namun ia segera ingat, ada sejenis burung yang mampu bersuara demikian, hanya saja ia lupa namanya.

Apa yang dilihat juga didengar sejatinya hanya gejala daripada pertanyaan yang paling utama, yaitu di manakah ia berada kini?
Memori Supri memutar sejemang untuk menelusuri informasi-informasi di masa lalu, tentang sejarah, serba-serbi hinga mitos-mitos yang dilekatkan pada Jembatan Panus. Dia mengingatnya dengan hati-hati hingga berhenti pada sebuah informasi yang menyebutkan bahwa situs ini merupakan salah satu gerbang alam gaib yang ada di wilayah Depok.
Memang, di antara mitos-mitos lain yang berkembang, gerbang alam gaib tidak terlalu mendapat perhatian. Barangkali hal itu dipandang teramat muluk seperti dunia eskatologis atau setidaknya seperti legenda pemanis cerita saja. Bisa jadi pula karena sangat sedikit orang yang punya pengalaman empiris soal itu.
Berbeda halnya dengan mitos-mitos lain yang dikaitkan dengan oknum-oknum tertentu dari kalangan makhluk halus, semisal Nyai si kuntilanak merah, Eti kuntilanak baik hati, siluman-siluman, sosok-sosok bertumbuh pendek, sejauh ingatan Supri, kisah-kisah itu lebih banyak mendapatkan klaim.
Setiap orang bisa percaya atau menolaknya, sebab keduanya tergantung pada pengetahuan dan empirisme yang bersifat individual. Dan malam ini Supri terseret di luar kemauannya sendiri, menuju suatu pengalaman, yang, tidak hanya terasa secara batin, namun juga zahir. 

“Jangan-jangan gue masuk alam lain,” gumam Supri menjurus percaya.
Dia juga ingat cerita-cerita orang lain dari berbagai tempat mengenai keberadaan sesuatu dimensi ruang yang disebut alam gaib. Kota gaib Saranjana, pasar setan di Gunung Lawu, merupakan dua tempat yang boleh dikatakan sangat tersohor sebagai rujukan fenomena ini. Dan yang mengklaim kisah-kisah di tempat itu bukan cuma seorang dua orang, melainkan cukup banyak.
Supri lantas merenung singkat, jangan-jangan yang dialaminya saat ini adalah seperti mereka, tiba-tiba saja berpindah dari keadaan yang satu menuju keadaan lain yang sungguh terbalik. Kota gaib saranjana. Bagaimana bisa menjelaskan rimba belukar seketika menyulap dirinya menjadi sebuah kota peradaban yang tampak mentereng dan berkemajuan.
Juga pasar setan, bagaimana mungkin belantara pegunungan berkabut tiba-tiba tersulap menjadi sebuah pasar yang ramai oleh jual beli dan tawar menawar. Para penyintas yang mengisahkan fenomena itu menyatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi secepat kedipan mata. Bahkan lebih jauh lagi, ada juga segelintir di antara mereka yang terjebak di dunia aneh itu sampai kurun waktu lama. Di dunia yang nyata mungkin saja ia dianggap sudah meninggal atau hilang.
Hanya saja, Supri mendapati alur yang tidak begitu selaras dengan kisah alam gaib pada umumnya. Bagaimana pun, ia masih mengenali tempatnya berpijak sekarang. Jembatan Panus di wilayah Depok. Bentuknya tidak berubah, lebar dan panjangnya pun segitu saja. Namun ia kehilangan begitu banyak identitas masa kini yang melekat pada tempat itu,
rumah-rumah dan gereja di seberang jembatan, warung Mpok Onen, jembatan baru yang dibangun sebelum pergantian abad, bahkan kampung pemukiman si cewek pabrik yang mencuranginya, semuanya lenyap atau malah seperti belum pernah ada. Sebaliknya, orang-orang yang mengaku terseret ke dimensi lain menyaksikan perubahan ruang dari yang satu dengan yang lain.
Maka dari itu Supri kemudian mengira, jangan-jangan ini tentang waktu. Dimensi waktu juga punya ceritanya sendiri, dan kebanyakan dari cerita itu ialah tentang menuju masa silam. Baginya yang ini lebih masuk akal, meski ia segera menyadari kalau semuanya adalah tidak masuk akal.
Sekarang pemuda putus cinta itu dituntut menemukan jalan keluar dari dimensi yang tidak dipahaminya. Dia belum tahu akan berbuat apa. Pikirannya semata-mata melamun. Hingga setelah itu ia dengar perutnya mengkerut-kerut dari dalam.

“Di mana cari makanan?”

***
Belum jauh Supri meninggalkan jembatan. Masih di ujung jalan yang mengarah ke barat. Lalu tampak sebuah kelokan kecil yang menyambungkannya dengan jalanan lain. Sejatinya itu masih satu jalan. Pada saat yang seharusnya jalan itu bernama Jalan Siliwangi, yang menjadi salah satu jalur penghubung terpenting di Kota Depok.
Padat dan ramai, sudah tentu. Ada rumah sakit, pertokoan, dealer kendaraan, restoran dan tempat berkumpul anak muda, hingga kantor pelayanan pajak yang berada di pojok dekat lampu merah. Namun, pada malam ini Supri tidak dapat menjumpai seluruh bangunan serta keramaian yang biasanya.
Yang tergambar di depan matanya semata-mata hanya seruas jalan berpasir, sejumlah bangunan beratap prisma yang letaknya jarang, dan ia hampir tidak bisa mengenali lebih pasti pemandangan tersebut andai saja tidak pernah mengamati catatan-catatan sejarah. Karena itu sekarang ia tahu sedang berada kapan dan di mana, yaitu di sekitar tahun 1930-1945 di sebuah wilayah seluas desa yang bernama Gemeente Depok.
Lelaki itu kemudian mengingat mulai dari bagaimana cara orang Belanda berbisnis.

Sekarang adalah satu hal, dahulu adalah hal lain. Sampai dengan kira-kira 300 tahun silam, daerah ini bukanlah bagian dari wilayah Kota Depok yang dipahami sebagai daerah tingkat II di bawah Provinsi Jawa Barat. Melainkan sebetulnya cuma sebidang lahan yang dikuasai perkongsian dagang Belanda, Verenigde Oostindische Compagnie atau disingkat VOC.
VOC tentu saja tidak pernah membayar lahan dari penduduk asal untuk bisa menguasainya. Pada awalnya mereka berlabuh di Sunda Kelapa, lalu membangun benteng di hilir Sungai Ciliwung yang dinamai Kastil Batavia, kemudian dengan itu mereka mematahkan perlawanan demi perlawanan atas kedatangan mereka yang semena-mena.
Setelah perlawanan paling hebat dari armada Sultan Agung behasil dimentahkan, VOC segera memperluas pengaruhnya, yang pasti dengan senjata dan pasukan yang lebih modern. Singkat cerita, tidak sampai setengah abad sesudah itu, mereka berhasil merampas jutaan hektar tanah milik penduduk asal dengan suka-suka serta memperluas pengaruhnya di wilayah nusantara.
Tanah-tanah yang dirampas dan dikuasasi oleh VOC itu kemudian dipetak-petak dan diberi nama land. Peruntukannya adalah untuk pertanian atau hasil bumi saja. Satu land terdiri ribuan hektar. Mereka mempekerjakan sejumlah budak yang didatangkan dari berbagai daerah, dan, jika belum cukup, masih ada penduduk asal yang bisa dipaksa bekerja.
Memang tidak semua cara bisnis ini buruk, sebab masih ada secuil kebaikan yang dapat dirasakan hingga sekarang. Misalnya kopi. Pada abad 18 di Land Tjimanggis hingga Land Tjitajam ditanam belasan ribu tanaman kopi untuk mencukupi pasokan kopi di Eropa. Dan ini terhitung masih sedikit ketimbang kopi yang kemudian ditanam di wilayah lain, misalnya Padang Sidempuan.
Cara berbisnis orang Belanda yang efektif namun ganas ini kemudian kena batunya. Pada akhir abad 17 VOC mulai ditimpa masalah keuangan karena macam-macam persoalan terutama korupsi. Akibatnya mereka menjual sebagian land kepada pihak perorangan atau swasta dengan suatu hak istimewa mengelolah tanah tersebut untuk kepentingannya. Maka di kemudian hari muncullah suatu istilah tanah partikelir atau tanah otonom, yaitu tanah milik swasta yang terlepas dari aturan Belanda.
Satu di antara land yang dilepas itu bernama Land Depok seluas 1244 hektar yang dibeli oleh seorang petinggi VOC, Cornelis Chastelein pada 1696. Chastelein sendiri sudah mundur dari perusahaan itu sebelum memiliki land yang bisa ia kelola dengan kewenangan penuh. Selain Land Depok, ia juga sudah punya beberapa lahan di daerah Gambir, Mampang, hingga Karanganyar. Secara keseluruhan ia memiliki 45 ribu hektar.
Untuk menghasilkan uang dari Land Depok, Chastelein mendatangkan 150 budak dari Bali sampai Ambon. Merekalah yang bekerja menanam dan memproduksi kopi, teh, dan komoditas lain-lain. 

Di samping sebagai tuan tanah, Chastelein adalah seorang Protestan yang taat. Budak-budak yang ia miliki tidak luput ia dakwahi dan kemudian ia nasranikan hingga mereka dibaptis dengan namanya sendiri.
Maka setelah menjadi Kristen, para budak perlu ke gereja tiap Minggu untuk beribadat. Mulanya mereka harus pergi jauh ke Batavia lantaran belum punya gereja, sampai dengan tahun 1713, ketika Chastelein membangunkan gereja dari bambu dan kayu di kawasan Kerkstraat atau pada masa selanjutnya bernama Jalan Pemuda.
Chastelein meninggal dunia setelah satu tahun gereja protestan itu berdiri. Kematiannya turut disertai sepucuk surat wasiat yang sangat fenomenal, yang segera diumumkan kepada budak-budaknya, antara lain berisi pernyataan bahwa Cornelis Chastelein mewariskan Land Depok kepada para budak beragama Protestan yang dimilikinya.
Melalui testamen itu jugalah para budak mendapatkan kemerdekaannya. Selanjutnya perkumpulan itu terdiri dari 12 marga, yakni Soedira,  Leander, Jonathan, Jacob, Joseph, Bacas, Loen, Isakh, Laurens, Samuel, Tholense, dan Zadokh.
Anggota-anggota dari 12 marga tersebut mengelola wilayah Land Depok dan terus begitu secara turun temurun. Mereka disebut Depokkers. Fasih berbahasa Belanda, diajari pendidikan serta akal pikiran Eropa, berpakaian pun senang ala Eropa, meskipun berkulit tetap sawo matang dan perawakannya tetap sama dengan penduduk asal.
VOC di kemudian hari bangkrut dan digantikan oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Kekuasaan yang baru ini memandang landerien atau lahan-lahan yang dulu dijual kepada swasta sebaiknya dibeli kembali. Land Depok juga tak luput ditawar. Akan tetapi para pewaris Cornelis Chastelein berhasil mempertahankannya dengan baik. Dari pada itu, Land Depok kemudian menjadi daerah otonom dengan nama Gemeente Depok yang memiliki pemerintahan sipil bernama Gemeente Bestuur.
Dalam perkembangannya, wilayah yang luasnya hanya seuprit ini jelas keterlaluan maju dan mewah jika disandingkan dengan wilayah lain yang bahkan jauh lebih luas. Sebagai contoh, Distrik Parung yang hamparannya meliputi Sawangan, Parung Belimbing, Limo, Mampang Ilir, Grogol, hingga Tanah Baru, itu semua hanya merupakan desa-desa dan dusun-dusun yang masyarakatnya miskin serta terbelakang.
Sementara Gemeente Depok punya segala kemajuan. Pada abad 20, di daerah ini sudah didirikan sekolah dasar berbahasa Belanda atau ELS (Europeesche Lagere School), menyusul wilayah lain yang lebih besar, setingkat residen maupun afdeling seperti Batavia (Jakarta), Buitenzorg (Bogor), dan Padang Sidempuan yang kemudian dipindahkan ke Sibolga. Bioskop pun Gemeente Depok punya, demikian pula kemajuan-kemajuan lainnya, seperti auto (mobil) hingga arloji dari Swiss.
Ingatan sejarah lampau Gemeente Depok membikin Supri memahami situasi aneh yang tengah mengungkungnya. Alih-alih ingin mencari tempat untuk islam alias isi lambung, sekarang ia ragu bisa menemukan makanan di tempat ini.

***
Lanjutannya bisa dibaca di sini.

karyakarsa.com/Creepylogy/rah…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Creepylogy

Creepylogy Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @creepylogy_

Jan 5
–Polisi dor guru ngaji hingga tewas–

Jumat dini hari (28/10/2011). Saat mabuk miras, Briptu Eko Ristanto mengejar mobil yang dikendarai Riyadus Shalihin (38) lalu menembaknya sampai tewas. Motif pembunuhan ini sebenarnya absurd. Namun esoknya Shalihin dinyatakan tewas ditembak karena menabrak polisi, dan ia merupakan pelaku curanmor.

Akrab dengan template ini?Image
Malam itu enam personel polisi Polres Sidoarjo berpesta di sebuah kafe, ditemani LC serta tentunya miras. Mereka adalah Briptu Eko Ristanto, Bripka Dominggus Dacosta, Briptu Iwan Setiawan, Briptu Widianto, Briptu Sis Sudarwanto, dan Aiptu Agus Sukwan handoyo.
Widianto pamit pergi sekitar pukul 02.00. Baru saja meninggalkan kafe, dia bertabrakan dengan mobil Carry hingga terluka. Dia lantas mengadu kepada koleganya yang masih asoy berpesta.
Read 23 tweets
Nov 16, 2024
–The real Cegil Aulia Kesuma–

Disantet berulang kali tak juga mempan, Edi Candra alias Pupung Sadili (54) dan Adi Pradana alias Dana (23) akhirnya diracun serta dianiaya hingga tewas. Mayatnya ditemukan hangus di dalam mobil di Cidahu, Sukabumi. Image
Image
Pembunuhan ini diotaki oleh istri Pupung, yakni Aulia Kesuma (45). Aulia tidak tahan punya utang usaha sebesar Rp 10 miliar dengan cicilan Rp 200 juta tiap bulan. Karenanya ia membujuk Pupung agar mau menjual rumahnya untuk membayar utang.
Rumah Pupung sendiri terletak di Lebak Bulus, hanya berjejeran jalan dengan rumah Anies Baswedan. Dalam arti kata, kalau kalau rumah itu terjual sangat cukup untuk menutup utang.
Read 45 tweets
Oct 9, 2024
–Bapak bunuh anak, genderuwo difitnah–

Di Pati, jangankan pengusaha rental mobil, bayi tak berdosa berumur 3 bulan pun diberangus oleh bapaknya sendiri. Seperti yang ditunjukkan Muhammad Sholeh Ika Saputra (20) yang membunuh putrinya, Elnaura hanya karena gadis kecil itu nangis melulu.Image
Image
Pada Senin sore (1/5/2023) Sholeh pergi dengan motor Honda Adv dari rumahnya di Pati Kidul menuju sebuah tempat. Biasanya ia motoran bersama dua anaknya, Rahma dan Elnaura, yang harus diangin-angini agar bisa bobo. Namun hari itu Sholeh tampak jalan-jalan sendiri.
Usai jalan-jalan dan pulang ke rumah, Sholeh mendapati si bungsu Elnaura tidak ada di kamar. Dengan panik ia pun segera melaporkan kejadian itu kepada istri dan kedua orang tuanya.
Read 18 tweets
Sep 13, 2024
–Pulung gantung si pembisik maut–

Mitos dari Gunungkidul ini konon telah bertahan dari abad ke abad. Bola api berekor bercahaya terang, melesat bagai komet melintasi langit dusun di malam hari. Mereka yang percaya mengatakan, tak lama lagi akan ada yang mati gantung diri.
Image
Image
Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta secara istiqomah menunjukkan angka bunuh diri yang stabil. Dengan rata-rata 30 korban jiwa per tahun setidaknya sejak 15 tahun terakhir, Gunungkidul menjadi salah satu daerah dengan persentase bunuh diri tertinggi se-Indonesia.
Tingginya bunuh diri di Gunungkidul tidak bisa dipisahkan dari kepercayaan kultural terhadap pulung gantung. Secara harfiah, pulung dapat diartikan ilham, tanda, bisikan, yang secara turun temurun disikapi sebagai takdir Yang Mahakuasa.
Read 19 tweets
Aug 3, 2024
–Tujuh bulan dicari keluarga, ternyata dibunuh suami–

Dibantu tiga orang temannya, Asep Saepulah (23) menggorok istrinya, Irma Nurmayanti atau Irma Novitasari di dalam rumahnya. Kasus ini kemudian terungkap setelah kakak korban menerima pesan anonim di Instagram. Image
Asep dan Irma menikah baru setahun. Perkawinan keduanya tidak harmonis. Asep kerap mengobral talak, berakal pendek, dan temperamen. Ada kabar menyebutkan bahwa Asep beberapa kali terjerat kasus narkoba namun selalu berakhir dengan tebusan.
Irma seorang penyanyi. Cantik, bisa cari uang. Ketika situasi rumah tangganya makin memburuk, ia tak ragu memutuskan pergi dari rumah yang ditinggalinya bersama Asep di Pacet, Kabupaten Bandung menuju Cimahi.
Read 23 tweets
Jul 28, 2024
"Saya bunuh putri saya supaya dia masuk surga"

Itu yang diucapkan Muhamad Qo'dad Af'alul Kirom alias Affan (29) setelah ia membunuh AZ (9). Ia yakin perbuatan itu dilakukannya untuk menyelamatkan korban dari kehidupan dunia yang kacau supaya mati syahid.
📷 detik.comImage
Affan menikah dengan Devi Sulastri, perempuan yang dikenalnya di sebuah tempat hiburan di Surabaya. Devi bekerja sebagai pemandu lagu, sampingannya pemadat. Kemudian ia ketemu Affan yang sama-sama pemadat. Cocok.
Dari pernikahan tersebut lahir AZ, putri semata wayang. Anak ini segera tidak terurus. Affan dan Devi dilanda masalah ekonomi, selain perilaku mereka juga memang soak. Untuk menghidupi keluarga, Affan menjadi bakul narkoba. Akhirnya ia ditangkap dalam sebuah pesta madat.
Read 25 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(