Cerita 18+ Stensil Profile picture
Cerita 🔞 dari berbagai sumber | Follow, like dan Support kami dengan traktir kopi disini https://t.co/ho38gtr5vd supaya semangat untuk update cerita terbaru
May 2, 2024 116 tweets 64 min read
JEJAK PENGKHIANATAN
===================SC : Semprot TS : Nice4 Malam itu, Angga dan Dewi kembali bertengkar.
Pertengkaran tersebut sudah menjadi rutinitas mereka selama dua bulan terakhir.
Angga duduk di sofa sambil menatap layar televisi dengan pandangan kosong.
Dewi berdiri di hadapan Angga, menatapnya dengan penuh kemarahan.

"Kenapa kamu masih saja bekerja?" tanya Angga dengan nada kesal.
"Aku sudah melarangmu, tapi kamu tidak mau mendengarkan."

"Aku tidak bisa hanya duduk di rumah saja," jawab Dewi dengan ketus.
"Aku ingin mandiri dan bisa menghidupi diriku sendiri."

"Tapi kamu punya aku," kata Angga.
"Aku bisa menafkahi kamu dan anak kita."

"Aku tidak ingin menjadi bebanmu," kata Dewi.
"Aku ingin menjadi wanita yang mandiri dan bisa diandalkan."
Dec 30, 2023 11 tweets 78 min read
Selingkuh Yang Diizinkan
=======================SC : Semprot TS : witwitan Perkenalkan namaku yani (23 th)
Bodyku terbilang sedang dengan tinggi 165 cm berat 50 kg dan ukuran bh 34 D
Dan suamiku heri (30 th)
Aku adalah ibu rumah tangga yg belum dikaruniai anak...
Usia pernikahanku dengan mas heri tergolong masih kemarin karena baru 1 th...
Suamiku bekerja sebagai buruh pabrik dikampung halamanku...

Inilah awal kisahku...
Pada saat masih pacaran aku dan mas heri pergi jalan ke tempat wisata pemandian air panas di daerah lereng gunung kotaku...
Jarak dari rumah sekitar 30 menit, pada saat itu ijin sama ortu mau nginep dirumah temen karena acara reuni teman SMA padahal mau nginep sama pacar divilla deket obyek wisata...

Aku dan mas heri berangkat jam 4 sore, setelah sampai kami langsung boking villa dan istirahat terlebih dulu sambil ngobrol tentang masa depan...

Dan disela-sela obrolan itu mas heri memperlihatkan cincin padaku, aku pun bertanya..

Aku : itu cincin siapa mas??
Heri : ini cincin untuk melamarmu besok sayang..
Aku : serius mas..?? (Dengan antusias dan dikit kaget sih)
Heri : serius lah sayang...ini bukti kalo mas bener pengin hidup bareng sama kamu...
Aku : terima kasih yah sayangku... (Sambil ku kecup pipinya)
Heri : tapi ada syaratnya sayang...
Aku : syaratnya apa mas?? (Sambil berfikir)
Heri : kamu ngetes aku... Kamu tau sendirikan aku kalo emosi karena cemburu gimana sayang.??
Aku pengin kamu ngetes aku bukin aku cemburu dan aku akan mencoba menahan emosi dari rasa cemburuku... Karena ku tau kamu wanita yang cantik dan banyak yang pengin deket sama kamu meski hanya berteman... Tapi aku orangnya cemburuan...jadi mas minta tolong sayang...
Aku : terus caranya gimana??
Heri : yaaa...kamu mesra-mesraan sama lelaki lain didepanku sayang... Plisss...kamu mau yah bantuin mas...??
Aku : ga mau mas..!! Nanti mas marah... Aku ga mau...
Heri : pliiss sayang...ini demi keutuhan hubungan kita nantinya...

Setelah aku berfikir sejenak aku iya kan kemauan mas heri...

Aku : baik mas...tapi janji jangan marah yah...
Heri : iya...janji mas ga bakal marah mas juga janji bakal bebasin ga bakal ngekang kamu sayang...
Aku : ya udah mas...ku pegang janji mas...
Heri : iya sayang... Intinya hati kamu cuma buat mas...iya nanti kalo kamu digrepein kamu diam ja yah sayang nikmati ajah...
Aku : tp aku takut mas...
Heri : ga usah takut sayang... Bagaimana pun aku akan tetap menikahimu...

Setelah ucapan itu aku langsung berbunga-bunga, kupeluk mas heri dan kami pun saling berpangutan dan bergumul dengan panas...
Sayaaaang...emmmmmmhh..emmmmmmhh...eehhh...
Mas heri mencium dan tangannya meremas susuku yg masih terbungkus kaos...
Tangan mas heri meraih bawahan bajuku dan memasukan tangannya untuk melepas kait bh dibelakangku...

Entah dari kapan aku sama mas heri sudah sama-sama telanjang...

Kami bercinta dengan liar..hawa dingin pegunungan menjadi hawa panas permainan birahi...

Kami bercinta sampai mas heri nyemprot 3x disusuku.
Tak terasa hari sudah gelap jam menunjukan jam 8 malam... Aku lelah tapi perutku mulai lapar...
Mas heri pun mengajaku makan malam.

Setelah makan kami kembali ke villa untuk bersiap berendam air hangat pegunungan dan rencana ngetes mas heri...

Heri : sayang kamu jangan pakai bh yah..? Pakai tanktop terus tutup pakai jaket aja...
Aku : iya dech mas...aku nurut toh ini kemauan calon suamiku...hhehe

Aku pun memakai tanktop biru tanpa bh dan celana kolor...
Sebelum keluar mas heri menyuruhku jalan duluan dan dia ngawasi dari belakang...
Aku pun berangkat ke pemandian tertutup di ikuti mas heri dibelakang..

Ditengah jalan aku bertemu seorang pria ditaksir umur 45 thn om agus namanya..

Om agus : neng sendirian aja? Mau kemana?
Aku : iya om...nih mau kekolam pemandian om...
Om agus : sama dong neng... Kalo gitu bareng aja neng...
Aku : iya dech om...dari pada sendirian ku jg takut sih...
Om agus : iya neng belum kenalan namaku agus...kalo neng?
Aku : yani om...
Om agus : ya udah yukh jalan neng...

Sambil berjalan asik ngobrol ternyata om agus duda baranak satu dan tak terasa udah sampai diloket masuk kolam pemandian...

Ketika ku mau membayar tiket ternyata om agus udah bayarin duluan buat masuk aku sama om agus...

Setelah masuk ku coba melihat-lihat ternyata suasana cukup sepi...
Aku melihat mas heri udah masuk dan nyelonong didepanku tanpa ngomong mainnya ga kenal menuju kolam yg berada di bawah...

Aku pun menyarankan sama om agus untuk berendam di kolam di bawah...
Aku dan om agus pun menuju kolam yg dituju...

Setelah sampai aku langsung membuka jaket dan celana jeansku...
Kini ku hanya memakai tanktop biru tanpa bh dan kolor...

Om agus pun membuka satu persatu pakaiannya hingga menyisakan celana dalam hitamnya...

Aku melirik keselangkangannya yg menonjol... Ku merasa takjub dan jantungku berdegup kencang... Berfikir ini pasti kontolnya gede...

Aku tak mau lama-lama memandangi mending langsung jebur aja kekolam...
Dec 22, 2023 5 tweets 13 min read
Ketika Ibu Mertua Sakit
===================

Genre : Sedarah / IncestSC : Semprot TS : toketmania Kepulan asap dari sebatang rokok ketengan menemani lamunanku siang itu.
Deru kendaraan lalu lalang di antara alunan lagu dangdut dari TV pemilik warteg di mana aku menumpang duduk sambil ngopi tak mampu menggugah pikiranku yang melayang entah kemana.

"Ngelamun aja lo, kangen bini ya?", tegur Bejo, rekan sesama tukang ojek tempat kami bersama mangkal.
Aku hanya membalas dengan senyuman.

" Bu...kopi satu!" ujarnya kepada pemilik warung.

"Catur , Den?" ujarnya.

"halah...bosen, dari pagi main sama si Ujang, entar situ kalah lagi", Bejo hanya nyengir mendengar jawabanku.

Siang ini memang pikiranku tengah galau, mengenang peristiwa tadi malam dan pagi hari ini.

Aku tinggal menumpang mertua di sebuah rumah sederhana di kampung perbatasan jakarta.
Kami berasal dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan.
Isteriku terpaksa menjadi TKI di Arab Saudi untuk memperbaiki keadaan.
Motor kreditan yang aku pakai untuk mengojek ini juga hasil jerih payahnya.
Kondisi mertua juga sama saja, ayah isteriku adalah tukang bangunan yang lebih sering keliling dari satu proyek ke proyek lain daripada dirumahnya sendiri, kadang berbulan-bulan tidak pulang.
Bapak, demikian aku memanggilnya, dulu sangat keras menolak pernikahan kami, ya wajar, sudah susah kok dapat mantu yang juga susah.
Sementara ibu mertua kebalikannya, ia sosok ibu yang lembut dan baik hati.
Mau bagaimana lagi kalau memang sudah jodohnya. Dulu aku sempat bekerja di pabrik sebelum akhirnya bangkrut dan aku kena PHK.
Pernikahan kami menghasilkan seorang anak usia 2,5 tahun yang kini diasuh neneknya, ibu mertuaku.

Malam itu hujan sangat deras menghujam bumi.
Aku tengah lesehan di atas tikar lusuh menonton TV ketika tiba-tiba ibu mertua tergopoh-gopoh keluar dari kamarnya menuju kamar mandi, lalu terdengar suara seperti orang muntah.
Aku menyusulnya,"ada apa Bu? Masuk angin?, ia mengangguk lemah.

"Saya panggilkan Teh Nining sebelah ya bu? Tawarku.

"Gak usah, den, gak enak udah malam begini...mana hujan lagi" jawabnya.

"kalau gitu saya bikinin teh panas ya bu, saya juga masih punya obat neh" ibu mengangguk lalu berjaan menuju kamarnya.

Setelah mengantarkan teh dan obat flu, kembali aku berbaring di ruang tamu sederhana itu sampai akhirnya aku terlelap.
Jam dinding kusam itu menunjukan pukul 1.30 malam ketika aku mendadak terbangun karena kembali ibu muntah-muntah di kamar mandi.
Dengan segera aku menyusulnya,Ibu muntah lagi?, tanyaku...ia mengangguk lemah dan berkata "Ibu kalau belum dikeroki biasanya belum mempan, tapi mau bagaimana lagi" jawabnya pasrah.

Entah muncul ide darimana, "ya udah, biar saya yang ngeroki bu, ibu tunggu aja di kamar" jawabku dan ibu sepertinya tidak menolak kecuali ia menginginkan muntah-muntah lagi.
Aku bergegas menuju dapur, mencari piring kecil alas gelas dan menumpahkan sedikit minyak goreng, tinggal 1 koin seratusan lama yang kebetulan aku masih menyimpan beberapa.
Agak sedikit kaget setibanya aku di kamar, mendapati ibu telah berganti pakaian yang semula daster panjang kini kain kemben batik yang warnanya telah lusuh.
Namun bukan itu yang membuat aku menelan ludah, tapi kemben sebatas dada itu telah menampakan bahu ibu yang ternyata kuning bersih, ditambah ketatnya kain itu menampakan lekak lekuk tubuhnya yang masih menampakan keindahan di usianya yang 45 tahun itu.
Namun pikiran kotor segera kusingkirkan, bagaimanapun ia adalah orang tua isteriku yang harus kuhormati.

Mulailah aku mengeroki punggungnya dalam posisi ibu duduk membelakangiku di atas ranjang tua di mana anakku juga tengah tertidur di atasnya.
Selesai,di bagian pangkal leher dan bahunya, kini gilirang punggung bagian tengah
"maaf bu, kainnya bisa diturunkan sedikit?" pintaku karena kain kemben itu menghalangi.

Ibu mengangguk pelan dan membuka ikatan kain tersebut namun karena kurang hati-hati kain itu melorot hingga pantatnya yang dibungkus celana dalam putih lusuh dan yang membuat sesuatu di balik celanaku tak bisa diajak kompromi adalah karena sekilas sisi payudaranya terlihat.

Ibu segera membenahinya dan mendekap sarung batik itu didadanya, dan aku seolah-olah tak melihat pemandangan indah itu kembali melanjutkan kerokan ku.
Peluh mulai bercucuran di dahi ku, bukan hanya karena mengeluarkan tenaga tetapi juga menahan hasrat yang terpendam, setelah setahun berlalu tanpa sentuhan isteriku.
Paling maksimal aku hanya bisa melakukan masturbasi untuk sekedar pelampiasan.
"Ibu kalau capek duduk, baring aja" pintaku dan ibu menuruti dengan berbaring tengkurap sehingga aku bisa melanjutkan mengeroki punggung mulusnya itu, yang tampak berkilauan terkena sinar redup lampu kamar, belang-belang merah bekas kerokan tak bisa menghilangkan keindahannya.
Keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitnya.
Aku terus bekerja sampai kemudian kudengar dengkuran halus keluar dari mulutnya, ibu tertidur, munkin karena lelah dan efek obat tadi.
Dan entah kenapa aku tak serta merta menghentikan kerokan, seolah-olah ingin lebih lama menikmati pemandangan sensual tubuhnya.
Khawatir ibu terbangun tiba-tiba, kini aku hanya memijat-mijat pelan pinggangnya...terus ke bawah hingga tumpukan daging kenyal pantatnya yang membusung itu.
Mula-mula tanganku gemetar, namun menyadari ibu seolah-olah kian tenggelam di alam mimpi, aku makin memberanikan diri.
Entah setan mana yang mengendalikanku, usai berlama-lama menjamah pantatnya, kini kucoba pelorotkan sarungnya ke bawah.
Mataku nanar menyaksikan bayangan belahan pantatnya dibalik celana dalam lusuh yang menipis akibat keseringan di cuci itu, mana berlubang di sana-sini menampakan kulit di belakangnya, desakan batang kontolku kian mendesak celana pendek yang kupakai, menciptakan semacam tenda kecil di antara selakanganku.
Dengan tangan gemetar ku pelorotkan celana dalam ibu secara perlahan, hubungan mertua-menantu ke depan dipertaruhkan dalam aksi nekat itu.
Gerakanku terhenti ketika tepi paling atasnya tiba di pangkal paha ibu mertua yang agak merapat itu.
Tentu saja bentuk pantat bahenol itu, bayangan hitam lubang anusnya dan tumpukan rambut hitam di bawahnya membuat aku kehilangan kontrol.
Ku oleskan sebagian minyak goreng itu di atas pantat ibu, sambil meremas-remasnya, dan kini berkilauan sebagaimana punggung ibu tadi.
Dec 9, 2023 4 tweets 8 min read
Ketika Suami Tak Ada, Kuserahkan Lubang Kenikmatanku Pada Bapak
=============================

(Real Story)
Genre : Sedarah, IncestSC : Semprot TS : ngora  Disclaimer  Cerita dibawah ini adalah kisah nyata berdasarkan pengakuan tokoh asli kepada nubie.  Karena kesulitan menuliskan ceritanya sendiri, nubie membantu tokoh menuangkan cerita hidupnya dalam bentuk tulisan dibawah ini.  Nama asli tokoh, detil lokasi, disamarkan demi menjaga privasi tokoh sebenarnya. "Teh nanti pulang ngajar kerumah dulu ya, mamahmu nanyain, pengen ketemu katanya"

Itulah sepenggal chat, dari ayah kandungku, lelaki yang kupanggil dengan sebutan bapak.

Kalimat didalam penggalan chat itu mungkin biasa saja bagi kalian, obrolan yang dianggap normal antara bapak dan anak perempuannya. Tapi aku sebagai penerima pesan WA itu, menanggung beban yang menyesakkan dada.

Chat bapak itu, bukan sekedar menyampaikan pesan bahwa ibuku yang sedang sakit ingin bertemu putrinya, tetapi perintah yang disampaikan secara manipulatif, agar aku pulang, dan memenuhi nafsu birahinya, dibelakang istrinya, ibuku sendiri.

Aku muak dengan semua alasan yang dibuat-buatnya itu, bahkan seringkali mengada-ada.

" Euhgg kalau mau ngentot, Bilang aja pengen ngentot, ga usah pake alesan mamah segala!" gerutuku dalam hati.

Namun terlepas dari kekesalanku, aku merasa tak berdaya, tak bisa berbuat apa-apa selain mengumpat dalam hati.

Aku sudah bersuami, tetapi saat suamiku tak ada, aku serahkan lubang kenikmatanku kepada bapak, seperti apa yang akan terjadi hari ini, bapak minta jatah lagi.

Bapak ingin memekku hari ini, maka aku harus pulang ke rumah orang tuaku sepulang dari Madrasah Ibtidaiyah tempatku mengajar.

Kalian tidak perlu terkejut mengetahui aku seorang guru Madrasah, memang begitu kenyataannya, aku mengajar di Madrasah Ibtidaiyah yang terletak di salah satu kabupaten di Jawa Barat.

Sambil menunggu bel madrasah berbunyi tanda bubaran jam belajar, akan kuceritakan kepada kalian rahasia terbesar hidupku ini, sekedar melepas beban yang kupikul sejenak.

Namaku Laila (33 tahun) anak kedua dari tiga bersaudara, wajahku oval, alisku tebal sehingga tanpa pensil alis pun alisku melengkung indah diatas kedua bola mataku yang tajam dan bercahaya. Hidungku bangir, dan bibirku sensual, bibir yang sering kugunakan untuk melumat kontol bapaku.

Seluruh tubuhku keseharian berbalut hijab sejak aku gadis, namun kalian akan dapat melihat tonjolan dada dan bokongku sebagai pertanda bahwa lekuk tubuh didalam gamis ini indah. Banyak lelaki mengatakan aku cantik, bak gadis Arab.

Bapaku (63 th) pemilik toko sembako di pasar karena itu ketiga anak perempuannya hidup sejahtera, meski tidak berlebih, tetapi kami semuanya mampu meraih pendidikan sampai level perguruan tinggi, dengan hasil memuaskan.

Dari ketiga puteri Bapak, memang aku paling nakal, sejak kelas 1 SMA aku sudah mengenal nikmatnya berpacu memuaskan gairah seksual, keperawanan kuberikan pada pacar pertamaku.

Putus dari pacar pertama aku bergonta-ganti pacar, dengan kecantikan & keindahanku tentu mudah menemukan pengganti, dan mereka semuanya menikmati tubuhku.

Sampai suatu ketika bapak memergokiku sedang ditindih, posisi kontol pacarku menancap di memekku, di kamarku sendiri. Mata bapak terbelalak, itulah bagaimana awalnya hubunganku dengan bapak.

Tahun 2023 ini, hubungan terlarangku dengan bapak terhitung sudah berjalan 16 tahun.

Akan kuceritakan detailnya nanti, sekarang bel bubaran sekolah sudah berdering. Anak-anak berhambur keluar berlarian, aku berkemas-kemas dulu.