How to get URL link on X (Twitter) App
Api pemujaan berkobar ungu kehitaman. Tanda ritual labuh sukma hampir sempurna terlaksana. Aku menelan ludah, melihat sosok ratu Blarak ireng yang sudah berubah wujud sepenuhnya.
BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA
Kabut terbelah, memperlihatkan sungai hitam yang merapat seperti kain kelam. Permukaan airnya tidak memantulkan bayangan kami—hanya memantulkan sesuatu yang seolah mengintip dari dasar kegelapan.
(Pov Kelana)
(Pov Kelana)
(POV Kelana)
(POV Kelana)
(POV Angga)
(POV Kelana)
Udara pagi di lereng barat Gunung Lingsir selalu membawa aroma tanah basah dan wangi semerbak bunga. Desa Giri Awu, tempat aku menapakkan kaki untuk pertama kali, seolah masih hidup dalam waktu yang berbeda.
Pandanganku perlahan kembali seperti semula, bayangan di sekitarku mulai menunjukkan bahwa aku telah kembali ke zamanku. Sekujur tubuhku penuh luka, namun aku merasakan ada suatu aliran energi yang melebur dalam sukmaku.
Aku terbangun dengan darah yang mengalir di pipiku. Pandangan mataku masih kabur, suasana sekitarku hening. Aku merasa sudah tak ada lagi yang tersisa diantara warga desa. Bau anyir darah terasa begitu pekat membasahi tanah disekitarku.
Malam ini Sabrang Alas benar - benar menjadi neraka. Rumah - rumah warga terbakar, jeritan dan tangisan warga bercampur dengan suara ringkikan kuda tak berwujud. Aku berlari menebas pasukan mandraka yang berdatangan dari balik kabut.
(POV Kelana)
Bisikan Gerbang Mandraka
(POV Kelana)
Malam ini terasa sunyi. Hanya gemericik air sungai tak jauh dari warung kecil yang menjadi nyanyian merdu di keheningan malam. Seorang lelaki tua berjalan dengan bantuan tongkatnya hendak menutup warung miliknya.
(Pov Kelana)
(POV Kelana)
(POV Sardi)
Sosok pria berbadan kekar dengan rambut putih dan jenggot panjang menyambut kedatanganku bersama Angga dan Pak Wanto di desa Panggih Asri malam ini. Aku hampir saja terlambat, sosok yang dipanggil masyarakat dengan nama Mbah Gembong itu telah melukai beberapa warga desa.