Induknya sama, tapi jualannya mirip-mirip.
Kenapa ya begitu?
Ini ada hubungannya dengan strategi mereka! ⬇️
Kita ambil dari mie instan, Indomie sebagai Market Leader memiliki Supermi, Sarimie dan Mie Sakura.
Sama-sama mie instan tapi saingan di pasar.
Sekarang ke Smartphone, Oppo, Vivo dan Realme itu satu parent company (BBK Group) dan menguasai pasar Indonesia, bukan Samsung.....
Begitu juga dengan produk makanan ringan seperti Chitato dan Lays yang sama-sama kripik kentang.
Apalagi Volkswagen yang lebih macem-macem lagi dari VW sampai Bugatti dan Lamborghini.
Semua ini ada hubungannya dengan multi-brand strategy.
Bisa dibilang, ini adalah praktik yang sering dilakukan oleh konglomerasi atau sebuah holding dengan banyak sekali produk.
Alasan utamanya karena mengurangi risiko bagi parent company.
Kenapa tuh?
Walaupun sama-sama menjual produk tapi ada dua bentuk berbeda antara multi-brand dengan Umbrella.
Contoh di bawah ini adalah Umbrella Branding karena banyak jenis produk dan banyak juga brand di setiap jenis.
Kalo umbrella ini terjadi karena parent company melakukan diversifikasi produk dengan brand equity yang kuat dari parent company.
Brand yang banyak dari tiap jenis juga dilakukan untuk mengambil market share yang berbeda dari tiap segmen.
Misalnya kayak Lipton dan Sariwangi.
Sama-sama Unilever, sama-sama jualan teh celup tapi beda banget market share-nya.
Gimana kalo misalnya kayak gini?
Kan produknya mie instan semua?
Apalagi Supermi, Indomie, Mie Sakuraa sama Sarimi sama-sama jualan mi instan cuma beda rasa aja.
Dibilang diversifikasi juga nggak....
Oke, kita lihat data sebelumnya di atas saingan Indomie ada banyak, saingan utamanya adalah Mie Sedap.
Apakah produk Indomie bisa bersaing dengan semuanya?
Untuk tetap mendapatkan profit dan mempertahankan market share, jika ada kompetitor di segmen menengah atas bisa dihadang sama produk premium Indomie, ada produk sehat dihadang produknya supermie, ada mie murah masih ada Sakura.
Diversifikasi sesuai segmen pasar, jadi brand… twitter.com/i/web/status/1…
Di kasusnya Volkswagen beda lagi, ada juga yang bentuknya platform sharing untuk menekan biaya produksi.
Ada juga parts-sharing antar merk. Untuk Bugatti, itu karena teknologi dan flagship premium.
Ada kaitan dengan supply-chain, jaringan distribusi dan juga diversifikasi… twitter.com/i/web/status/1…
Gimana kalo misalnya kayak Transsion Holdings ini?
Spek tumpah-tumpah harga murah semua, apa nggak predatory pricing?
Walaupun bermain di harga affordable tapi beda-beda kok, sebelumnya mereka punya target market demografis yang berbeda tapi sekarang sesuai segmen pasar masing-masing berbeda, dari entry-levelnya Itel, Tecno di mid sampai ke Infinix yang range-nya dari entry sampai mid-end.… twitter.com/i/web/status/1…
Dari tadi pacmin ngasih contoh tentang diversifikasi, sekarang kita ke strategy yang lain.
Brand Extension Strategy, contoh nyatanya adalah Google Workspace, walaupun fungsinya beda-beda tapi masih satu ekosistem Google di bawah brand Google.
Brand Extension itu menggunakan brand equity dari brand besarnya untuk meluncurkan produk baru atau masuk ke market baru, karena ya udah dikenal aja secara global.
Detailnya bisa kalian baca di sini:
wallstreetmojo.com/brand-extensio…
Strategi selanjutnya adalah Co-branding, bisa dilakukan oleh multi-branding atau umbrella.
Contohnya adalah Wall's Buavita, kedua brand milik Unilever ini bisa melakukan kolaborasi untuk meluncurkan produk baru.
Atau bisa juga melakukan bundling untuk memperbesar market share… twitter.com/i/web/status/1…
Lengkapnya bisa dibaca-baca di sini:
investopedia.com/terms/c/cobran…
Strategi berikutnya agak mirip dengan brand extension, namanya Line Extension.
Kita paham kalo brand itu gak bikin satu varian produk aja, tapi juga bikin produk baru untuk mengambil market share tertentu.
Misalnya seperti Coca-cola ini, ada coke zero, coke light sampai ke coke… twitter.com/i/web/status/1…
Bedanya kalo line extension ini bukan hanya menggunakan brand besar dari parent company tapi memang parent company mengeluarkan line produk baru atau variasi baru.
smallbusiness.chron.com/line-extension…
Sebelum membuat strategy bisnis, ada banyak sekali analisis yang dilakukan.
Ada PESTLE Analysis, Competitive Forces, SWOT dll.
Hal ini dilakukan agar strategi tepat sasaran.
Kita juga bisa menggunakan sumber daya yang dimiliki termasuk brand equity.
Semuanya bisa dipelajari di course Strategy Management di program PMBS Pacman biar lebih paham untuk membuat strategy termasuk branding strategy.
Mau ngasih tau juga ke teman-teman, promo Pacmann ada lagi nih.
Promo hingga 12 Juni 2023!
Gunakan kode diskon "pac-lastcall" biar bisa lebih hemat lagi belajar di Pacmann.
Referensi:
ceopedia.org/index.php/Mult…
Share this Scrolly Tale with your friends.
A Scrolly Tale is a new way to read Twitter threads with a more visually immersive experience.
Discover more beautiful Scrolly Tales like this.
