Kita ambil dari mie instan, Indomie sebagai Market Leader memiliki Supermi, Sarimie dan Mie Sakura.
Sama-sama mie instan tapi saingan di pasar.
Sekarang ke Smartphone, Oppo, Vivo dan Realme itu satu parent company (BBK Group) dan menguasai pasar Indonesia, bukan Samsung.....
Begitu juga dengan produk makanan ringan seperti Chitato dan Lays yang sama-sama kripik kentang.
Apalagi Volkswagen yang lebih macem-macem lagi dari VW sampai Bugatti dan Lamborghini.
Semua ini ada hubungannya dengan multi-brand strategy.
Bisa dibilang, ini adalah praktik yang sering dilakukan oleh konglomerasi atau sebuah holding dengan banyak sekali produk.
Alasan utamanya karena mengurangi risiko bagi parent company.
Kenapa tuh?
Walaupun sama-sama menjual produk tapi ada dua bentuk berbeda antara multi-brand dengan Umbrella.
Contoh di bawah ini adalah Umbrella Branding karena banyak jenis produk dan banyak juga brand di setiap jenis.
Kalo umbrella ini terjadi karena parent company melakukan diversifikasi produk dengan brand equity yang kuat dari parent company.
Brand yang banyak dari tiap jenis juga dilakukan untuk mengambil market share yang berbeda dari tiap segmen.
Misalnya kayak Lipton dan Sariwangi.
Sama-sama Unilever, sama-sama jualan teh celup tapi beda banget market share-nya.
Gimana kalo misalnya kayak gini?
Kan produknya mie instan semua?
Apalagi Supermi, Indomie, Mie Sakuraa sama Sarimi sama-sama jualan mi instan cuma beda rasa aja.
Dibilang diversifikasi juga nggak....
Oke, kita lihat data sebelumnya di atas saingan Indomie ada banyak, saingan utamanya adalah Mie Sedap.
Apakah produk Indomie bisa bersaing dengan semuanya?
Untuk tetap mendapatkan profit dan mempertahankan market share, jika ada kompetitor di segmen menengah atas bisa dihadang sama produk premium Indomie, ada produk sehat dihadang produknya supermie, ada mie murah masih ada Sakura.
Gimana kalo misalnya kayak Transsion Holdings ini?
Spek tumpah-tumpah harga murah semua, apa nggak predatory pricing?
Walaupun bermain di harga affordable tapi beda-beda kok, sebelumnya mereka punya target market demografis yang berbeda tapi sekarang sesuai segmen pasar masing-masing berbeda, dari entry-levelnya Itel, Tecno di mid sampai ke Infinix yang range-nya dari entry sampai mid-end.… twitter.com/i/web/status/1…
Dari tadi pacmin ngasih contoh tentang diversifikasi, sekarang kita ke strategy yang lain.
Brand Extension Strategy, contoh nyatanya adalah Google Workspace, walaupun fungsinya beda-beda tapi masih satu ekosistem Google di bawah brand Google.
Brand Extension itu menggunakan brand equity dari brand besarnya untuk meluncurkan produk baru atau masuk ke market baru, karena ya udah dikenal aja secara global.
Bedanya kalo line extension ini bukan hanya menggunakan brand besar dari parent company tapi memang parent company mengeluarkan line produk baru atau variasi baru.
Ketika kita ingin menjalankan banyak service dengan menggunakan docker tentu menghabiskan waktu jika kita melakukan konfigurasi dan menjalankannya satu per satu.
Oleh karena itu, kita bahas tentang Docker Compose hari ini!
Nah, kalo kita ingin melakukan konfigurasi dan menjalankan banyak service di docker kita dapat menggunakan "docker compose" untuk meminimalisir penggunaan waktu untuk konfigurasi dan menjalankan service-service tersebut.
Untuk mendefinisikan konfigurasi service dengan menggunakan docker compose kita cukup membuat file konfigurasinya dengan nama "docker-compose.yaml", "docker-compose.yml", atau nama lain dengan extensi file .yaml dan .yml.
Sebutannya sih Exotic Pets, tapi harimau itu hewan peliharaan atau satwa liar sih? 🤬
Apakah memelihara harimau itu Konservasi atau Monetisasi?
Mari kita bahas~
AZ Animals melaporkan bahwa secara keseluruhan rata-rata populasi harimau di tahun 2023 kurang dari 10.000 ekor saja, baik di Alam liar maupun penangkaran.
Harimau tersebut dibagi ke dalam beberapa jenis, mulai dari Harimau Sumaterai hingga Harimau Indo Cina.
Sayangnya, menurut kategorisasi IUCN Redlist, semua jenis harimau tersebut telah tercancam punah (ketika jumlah harimau menurun 50% sampai lebih dari 70% dalam 10 tahun terakhir) bahkan kritis (ketika jumlah harimau menurun 80% hingga lebih dari 90% dalam 10 tahun terakhir).
Menyambung diskusi kemarin, kenapa sih Data Visualization itu jadi fundamental untuk Data Analyst dan Data Scientist?
Seberapa susahnya sih bikin grafik doang?
Baiklah, Pacmin bahas.....
Kenapa Dataviz itu fundamental banget berdasarkan diskusi dengan Lecture kami Mas Cahya.
Data Analyst dan Data Scientist itu adalah problem solver, sedangkan constraint mereka adalah waktu, tenaga dan uang. Jadi kita perlu metode paling sederhana untuk melakukan analisis.
Untuk Data Analyst dan Business Intelligence, salah satu jobdesk mereka adalah membuat Dashboard yang baik dan mudah dimengerti.
Tujuannya agar stakeholders bisa mengambil insights dan paham keadaan perusahaan saat ini, mentranslasikan data menjadi insight kemudian jadi action.