Thread by @QarisT

STOA, ISLAM, DAN KEBAHAGIAAN
Seperti apa hubungan antara Stoicism (Stoa) dan Islam?
Apakah seorang muslim boleh memakai Stoa untuk mencari “kebahagiaan”?

A thread…

Saya pertama kali mengenal Stoicism saat kuliah di Al-Azhar, Kairo. Aliran ini muncul dalam buku-buku pelajaran filsafat dan juga tasawuf (mysticism). Kenapa muncul dalam buku sufism? Mgk krn dianggap punya pengaruh dlm spiritualisme Islam.

Tentu yg dipakai di Al-Azhar bukan kata Stoa atau Stoicism, tapi Ar-Ruwaqiyah. Ruwaq berarti teras. Asrama mahasiswa di teras belakang Masjid Al-Azhar jg disebut Ar-Ruwaq. Sejumlah mhs Indonesia pernah tinggal di asrama berusia lbh dr 1.000 tahun itu.

Tp saya saat itu gak tertarik sama Stoa, mgk krn tidak sepenting aliran filsafat klasik lain. Mgk jg krn yg dipelajari adalah pandangan mrk soal metafisika, bkn soal jalan hidup yg membahagiakan.

Saya baru tertarik lg membaca2 ttg Stoa setelah membaca buku “Filosofi Teras” Henry @newsplatter . Saya kerap baca sambil berdiri krn begitu excited.

Uniknya, byk prinsip2 Stoa yg menurut saya amat sesuai dg pandangan Islam. Buku “Filosofi Teras” saya penuh catatan dlm tulisan Arab utk memudahkan me-refer-nya ke terminologi Islam.

Saya yakin, pembaca dr agama manapun akan jg menemukan banyak kecocokan Stoa dg ajaran agama mrk. Itu membuktikan kalau Stoa mmg universal.

1. Bahagia menurut Stoa adalah saat kita tdk terganggu-- Ini pas bgt dg kajian kebahagiaan dlm Islam yg lg saya kerjakan. Percaya atau tdk, hanya ada 2 kata bahagia (sa’adah) dlm Quran.

Ini krn kebahagiaan dlm konsep Islam adl situasi negatif, tiadanya gangguan. Ketenangan (tuma’ninah) dan kedamaian (salaam) lbh ditekankan dlm Islam dibanding kebahagiaan.

Negatif dr apa? Dr tiadanya emosi dan tidak adanya gangguan dari nafsu-nafsu, dll (inna-nafsa laammarah bis-suu’)

2. “Kebahagiaan khas Stoa diupakayakan lewat latihan sehari-hari”. Dalam khazanah Islam, ini disebut riyadhah. Konsep riyadhah ini amat lekat dg budaya sufism. Karena kesamaan inilah mgk knp Stoa disebut2 dlm buku tasawuf.

3. Hal terpenting dr Stoa, yaitu hanya memperhatikan apa yg bisa kita kendalikan dan tidak pada yg di luar kendali kita. Kita tdk perlu risau pada hal2 yg tdk bisa kita kendalikan. Buang waktu dan energi.

Misalnya, kita tdk bisa mengendalikan kemacetan, jd kenapa harus mencak2 saat macet?

Ini sangat mirip dg konsep azm vs tawakkal dlm Islam. Tawakal, menurut Rasulullah SAW, bukan pasrah. Tawakal adalah tidak risau pada hal yg tidak bisa kita kendalikan.

Rasulullah SAW menggambarkannya kyk mengikat kuda agar tidak hilang. Kalau sdh diikat, dijaga (kendali kita) lalu hilang (luar kendali kita) ya tdk perlu disesali. Kan kita sdh usahakan yg ada dlm kendali kita.

Itulah knp kemudian konsep amor fati (mencintai takdir) dalam Stoa amat cocok dg konsep takdir dlm Islam.

Byk org yg salah mengerti akan takdir. Byk yg mengartikan apapun yg kita kerjakan dikendalikan oleh Tuhan (jabbariyah). Lah, kalau begitu, knp ada surga dan neraka?

Ada banyak hal lain lg yg saya catat tentang banyaknya kesamaan antara konsep Stoa dan Islam. Mgk saya akan menuliskannya dlm bentuk lengkap satu hari nanti.

Tidak masalah memakai konsep yg secara prinsip sama (atau tidak bertentangan) dng apa yg kita yakini. Bahkan kepraktisan Stoa membantu saya menjalankan byk hal dlm Islam, termasuk ketawakalan.