My Authors
Read all threads
“Kamu yang tak kasat mata.
Pergilah,, atau aku yang pergi”

*Jangan pergi, teraplah disini dan
TINGGALAH BERSAMA KU*

Part 1

#bacahorror @bacahorror
Aku ga tau apakah cerita ini horror atau bukan, mungkin bagi sebagian orang cerita ini biasa dan bukan horror. Tp bagi ku ini pengalaman keluarga kami yang tidak akan bisa ku lupakan seumur hidup.
Cerita ini berawal dari tahun 2016. Suami yg dinas di sulawesi dipindah tugaskan ke satu kota dikalimantan. Setiap beberapa tahun sekali memang diharuskan untuk pindah dari kota satu ke kota lain, itu sudah konsekuensi bekerja di perusahaan tsb.
Saat itu anak kami vania masih berumur sekitar 10 bulan jadi aku masih bisa mengikuti kemanapun suami ditempatkan untuk bekerja.
Proses pemindahan selesai dan kami pun pindah dari sulawesi ke kalimantan, karena saat itu belum ada tempat tinggal, perusahaan memberi fasilitas hotel berbintang selama kurang lebih 1 minggu.
Waktu 1 minggu itu kami pergunakan untuk melihat calon rumah dinas yang akan kami tempati selama bertugas di Kalimantan.
Ada satu rumah dinas yang kosong bekas pegawai sebelumnya. Rumahnya cukup besar dan ada garasi mobilnya.
Pada hari kedua, Aku diajak suami untuk melihat calon rumah dinas yang akan kami tempati nantinya. suami meminta pendapat ku apakah rumah ini cocok atau tidak untuk ditinggali.
Pertama kali melihat rumah itu aku rasa rumahnya cukup asri dan didalamnya juga cukup luas, namun perlu dilakukan bersih – bersih. Berdasarkan informasi dari kantor bahwa hampir 1 tahun rumah dinas tersebut tidak ditempati.
Memang ada bagian-bagian yang seperti tidak terawat, kotor, berdebu dan banyak sarang laba2 diatap. Tp overall cukup baik dan akhirnya kami memutuskan untuk menempati rumah dinas tersebut.
Besoknya, barang yang dikirim dari sulawesi mulai berdatangan, dan saat itu langsung ditaro di rumah dinas.
Waktu menunjukan pukul 12 siang dan kami melakukan pengecekan barang yang disesuaikan dengan daftar cek list yang kami buat untuk memastikan barang dikirim dari Sulawesi sudah terkirim semua.
Pada saat melakukan pengecekan barang, datang laki-laki paruh baya yang memperkenalkan diri.
“asalamualaikum, permisi pak…benar ini dengan pak jefri yang baru pindah dari Sulawesi…..”
“waalaikum salam,iyaa benar….ini dengan bapak siapa yaa???” jawab suami.
“saya pa hasan pak, yang diminta oleh pa Dul (colega kantor suami saya) untuk membantu bapak pindahan”
Pak Hasan adalah orang baru yang bekerja di kantor suami saya sebagai pekerja bersih-bersih (cleaning service).
“ohhh pa hasan…iyaa betul…mari silahkan masuk.”
Saat masuk, pa hasan terlihat mengamati sudut – sudut rumah seperti penuh tanda tanya.
“ada apa pak, kok kyk orang bingung…???” tanya ku sedikit curiga.
“gak apa – apa bu…”jawab pa hasan.
Kami pun mulai bersih-bersih dan menata ruangan satu persatu. Rumah itu ada 2 kamar tidur, 1 gudang, 1 kamar mandi dan dapur. Bentuk rumahnya melebar kesamping, ruang tamu dan kamar bersebelahan. Tapi antara ruang tamu ke dapur terpisah sekat seperti lorong kecil.
Lorong itu gelap dan kosong karena tidak dapat pencahayaan dari lampu. vania yang berada digendongan ku terus saja memeluk dan tidak mau dilepas sama sekali, jika ku turunin dari gendongan pasti langsung menangis semacam ketakutan.
Ahh paling karena masih baru pindah jadi butuh penyesuain, lagian kan ini belum semuanya beres jadi masih sedikit kotor. Aku mengabaikan tingkah laku vania yang sedikit aneh dan mencoba berfikir positif.
Tetapi bagian Lorong ini jujur sedikit menggangu pikiran dan aku mengusulkan kepada suami untuk menambah penerangan dibagian lorong.
“yah, kayaknya lorong ini perlu dikasih lampu deh”pinta ke suami.
“kenapa emang…”
“Lorong nya terlalu gelap klo gak dikasih lampu, gak enak aja.”
“iyaa pak, menurut saya juga begitu…nanti biar saya yang pasang” timpal pak hasan
“ooo…yaa udh, gmn baiknya aja” jawab suami dengan santai.
Saat itu tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 17.30 WITA, dan kami pun bermaksud istirahat dan kembali ke hotel. Sedangkan pa hasan pamit untuk pulang.
Sebelum pulang, suami saya memberitahukan kepada pa hasan tentang air yang tersumbat.
“pak hasan, kok air nya gak keluar yaa….pa hasan ngerti gak???”tanya suami
“wah klo urusan air saya tidak mengerti pak, tapi saya ada kawan yang mengerti saluran air.klo bapak mau besok saya ajak kesini sekalian untuk ngecek” jawab pak hasan
“ohhh…boleh tuh, besok langsung datang aja ke rumah, karena saya dari hotel ke rumah paling jam 9 an.” Jawab suami
“iya pak.”
Lalu pak hasan pun bergegas pulang.
Esok hari nya sesuai janji pak hasan datang dengan kawannya, yang bernama pak syafri.
Lama kami mengobrol dan menyepakati tentang biaya perbaikan saluran air, setelah deal suami pun segera bergegas kembali bekerja, dan menyampaikan bila ada perlu maka bisa tlp atau WA.
Sedangkan aku pamit untuk kembali ke hotel karena merasa kurang enak badan, mungkin karena lelah bersih-bersih kemaren dan kurang istirahat.
Pak hasan dan pak syafri lanjut untuk bekerja membersihkan rumah dan memperbaiki saluran air yang macet. Sekitar pukul 11 siang pas syafri menghubungi suami, dan menyampaikan klo tanki tandon kotor dan perlu dikuras.
Perlu diketahui bahwa posisi tandon ada dibelakang rumah dimana masih ada sepetak tanah yang cukup luas seperti kebun. Karena tidak terawat, banyak ditumbuhi ilalang dan beberapa pohon pisang liar dan pohon lainnya.
Setelah pulang kerja kira-kira pukul 17.00 WITA, aku yang saat itu sudah merasa baikan ikut suami datang ke rumah dinas bermaksud untuk mengecek sudah sampai mana pak hasan dan pak syafri membersihkan rumah.
Setibanya kami langsung menemui pak syafri dan pak Hasan lalu bertanya tentang bagaimana keadaan saluran air dan tandon apakah masih bisa digunakan atau harus diganti dengan yang baru.
Sebelum ngomongin tentang air Pak Hasan menyampaikan sudah sejauh apa yg beliau kerjakan.
“Pa Jefri, lantai dan tembok serta area dapur sudah saya bersihkan dan siap untuk di tempati, tapi pak….” Kata pa Hasan dengan penuh ragu.
Beliaupun juga menceritakan beberapa kejadian siang tadi yang mungkin tidak masuk akal.
“tapi kenapa Pak Hasan” tanya suami dengan mimik muka sedikit kebingungan.
Sambil berfikir agak lama serta raut muka yang sedikit cemas, Pak Hasan meminta Pak Syafri untuk menceritakan kejadian yang dialaminya tadi siang.
Aku bisa melihat kalau muka pak Syafri saat itu tidak tenang, dia gelisah seperti mau menyampaikan kalau ada sesuatu yang gak beres dari rumah ini.
Lalu pak Syafri menceritakan kejadian aneh yang dia alami saat membersihkan tandon. Pak Syafri merasa ada yang menimpuk tandon dengan benda keras dari bawah (posisi pak Syafri ada didalam tandon ukuran 1200L yang berada di atas toren).
Pada timpukan pertama dia merasa temannya menjahilinya.
“Woy pak Hasan jangan iseng dong..” pinta pak Syafri.
Tetapi tidak ada sahutan dari pak hasan. Lalu selang beberapa lama kemudian tandon kembali ditimpuk untuk kedua kalinya.
Saat itu pak syafri mulai kesal dan menengok ke bawah tapi tidak ada siapa2. Untuk memastikan itu, pak Syafri turun untuk menegur Pak Hasan.
“pak Hasan…paaakkk…..udah deh jangan iseng.” Dan lagi-lagi tidak ada sahutan dari pak Hasan.
Lalu Pak Syafri masuk kedalam rumah bermaksud mencari Pak Hasan akan tetapi pak Hasan tidak ditemuinya, bahkan sepeda motor pak hasan tidak ada di depan.
Perasaan pak syafri mulai tidak tenang. Dengan pikiran yang mulai aneh-aneh, pak Syafri kembali ke belakang untuk melanjutkan pekerjaan nya membersihkan tandon. Saat itu waktu menunjukan pukul 1 siang.
Selang beberapa menit kemudian untuk yang ketiga kalinya tandon di timpuk lagi, kali ini dengan benda yg sedikit lebih besar sehingga bunyinya sangat keras dan tentunya mendengungkan telinga pak Syafri ditambah ada suara seperti sesuatu meraung. Arggghhhhhhhhhhh………
Seketika pak Syafri kaget, dan segera keluar dari tandon dan turun dari toren. Perasaan dan pikiran pak Syafri menjadi campur aduk, bulu kuduk pun tidak bersahabat. Pak Syafri langsung lari kedepan rumah.
Sambil menghela nafas panjang, terdengar suara motor dari kejauhan menghampiri. Benar ternyata yang datang adalah pak Hasan.
“hai pri, lagi istirahat nih…” tanya pak Hasan tanpa ada perasaan curiga.
“hufffff….dari mana pak san….sumpah nih kayaknya aku udah gak kuat kerja di sini.” Timpal pak Syafri dengan nafas dan mimic muka yg seperti orang abis disambar petir disiang hari.
“loh….ada apa pri, kok tiba-tiba jadi begini”
“tadi kamu iseng yaa timpukin batu ke tandon waktu aku lagi didalam tandon sampe 3x??”
“ah..enggak, lah aku ini abis beli makan dan minum buat kita makan siang ini.nih nasi padang yang udah siap disantap.” Imbuh pak Hasan sambil menunjukan bungkusan nasi padang dari sepeda motornya.
“memang nya ada apa sih???” tanya pak Hasan penuh rasa penasaran.
 “hilang rasa laparku pak…seperti nya tadi aku digangguin sama barang gak jelas, tuh lihat masih merinding kan.” Sambil nunjuk tangannya sendiri.
Dengan rasa campur aduk serta takut tersebut, diceritakanlah kejadian aneh yang menimpa Pak Syafri ketika membersihkan tandon di belakang rumah.
Pak Hasan hanya bisa berucap astagfirullah setelah mendengar cerita dari pak Syafri. Dalam pikiran pak Hasan, dirinya sudah punya firasat aneh bahwa di rumah ini ada yang tidak beres.
Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan oleh akal sehat. Hal tersebut dia rasakan waktu pertama kali masuk ke dalam rumah dinas untuk memperkenalkan diri beberapa hari lalu.
“Pak hasan..apakah kejadian ini perlu kita sampaikan ke pak jefri?” Tanya pak syafri.
“Coba deh nanti kita omongi ke pak jefri pelan2, takutnya ntar tersinggung atau apa”
Perlu diketahui, sekitar rumah dinas memang sangat sepi meski disiang hari, banyak pohon-pohon besar menghiasi sepanjang jalan komplek rumah dinas. Komplek rumah dinas ini tidak seperti komplek perumahan pada umumnya. Hanya sesekali orang melewati jalan ini.
Mungkin karena ini gang buntu jadi yg lewat ya cuma orang yg memang tinggal di komplek perumahan dinas ini.
Rumah dinas disini ada beberapa blok dari blok A-K. Jalanannya pun tidak merata, jadi dari blok A ke blok K semakin menanjak. Posisi rumah yg aku tempati ada di blok G, paling ujung dan pas ditikungan.
Diatasnya lagi masih ada blok H-k. Dan semua sudah terisi penuh oleh karyawan. Setelah rumahku ada semacam gardu listrik gt, jadi kalau mau ke blok H-K pasti lewati rumahku dulu lalu gardu listrik itu.
Depan rumah jarak sekitar 50meter ada tanah kosong, modelnya hampir seperti lapangan tp lebih kecil dan ditengahnya ada pohon besar mungkin usianya 10-20 tahunan lebih. Pohonnya udah tua juga.
Kalau siang hari sih enak, rindang gt dibawah pohon. Tapi kalau udh malam hari sedikit serem karena minim pencahayaan dari lampu.
Setelah mendengar cerita dari pak Syafri, suami sedikit tidak percaya (memang suamiku jarang banget bisa percaya sama hal seperti itu).
Lalu dia melihat keadaan kebun belakang rumah dan akupun mengikuti dari belakang sambil menggendong vania.
Pak hasan dan pak Syafri juga turut mengikuti. Yg aku lihat kebun belakang ini memang cukup seram, ilalang tumbuh dengan liarnya hingga setinggi dada manusia dewasa. Tanpa berfikir panjang aku juga setuju dgn pendapat pak Syafri untuk membersihkan ilalang dan memasang lampu taman
Aku lalu berdikusi dengan suami.
“yah, bener kata pak Syafri kalau ini musti dibersihin dan dikasih lampu taman biar terang” pintaku.
“ya udah” jawab suami mengiayan.
“pak Hasan, besok semua ini dirapikan ya. Potong semua ilalang dan belikan lampu taman sekalian tolong dipasangin.” Pinta suami ke pak Hasan.
“baik pak, besok akan saya kerjakan.” Jawab pak Hasan.
Lalu aku memberi uang ke pak Hasan untuk membeli lampu taman.
Berpisah, aku dan suami kembali ke hotel dan pak Hasan beserta temannya pulang kerumah.
Sebelum pulang suami memastikan ke pak Syafri bahwa tandon sudah selesai dibersihkan  dan air siap digunakan. Setelah semuanya beres kamipun pergi.
Esoknya pada hari ke 6 sudah mulai merapikan barang, dan ladang dibelakang rumah juga sudah beres dibersihkan. Lampu taman sudah dipasang jadi bagian belakang cukup terang.
“pak, pohon pisang yang dibelakang mau sekalian ditebang?” tanya pak Hasan.
“Udah biarin aja gpp, lumayan juga kalau bisa berbuah kan” suami enggan memotong pohon pisang yg tumbuh liar itu.
Barang sudah tertata dengan rapi, rumah selesai dibersihan, masalah air juga sudah beres, akhirnya rumah dinas ini siap untuk dihuni.
Hari ke 7 aku dan suami mulai merapikan baju2 yg ada dihotel lalu kami pun check out dan pindahlah ke rumah dinas.
Hari pertama menempati rumah itu kami tidak lupa untuk mengadakan syukuran. Jadi kami mengundang tetangga untuk datang kerumah, tak lupa pak ustadz juga kami undang untuk memimpin doa selayaknya syukuran sebelum tinggal dirumah baru.
Jam menunjukkan pukul setengah 5 sore, undangan tasyukuran pukul 5 sore lalu buru2 aku memandikan vania. Sebelum para tetangga datang pikirku. Karena saking repotnya beberes baju jadi telat memandikan anakku.
Selesai mandi vania aku bawa ke kamar untuk dipakaikan baju. Dari kamar mandi vania aku pakai in handuk, karena handuk nya gede jadi seluruh badan vania tertutup mulai dari rambut sampai kaki.
Seperti bayi dibedong gt jadi bagian muka masih terbuka. Sesampainya di kamar handuk vania aku lepas tp setelah handuk terlepas dia tiba2 ketakutan lalu meluk aku dengan erat.
Heran, vania kenapa. Tadi dikamar mandi gak knp2 tp setelah handuk dilepas meluknya erat banget. Aku coba berpikir positif aja disitu, mungkin vania kedinginan karena handuk yg membungkus badannya aku lepas.
Tidak sampai disitu, vania juga mencuri lihat di bagian pintu kamar. Dia mengintip lalu kembali memeluk erat aku seperti ketakutan melihat sesuatu.
“Kakak kenapa?” Tanya ku sambil melihat ke arah pintu kamar juga. Kosong, tidak ada apa2 dan udara tiba2 saja menjadi sedikit panas. Vania tiba2 menangis dengan kencangnya sampe aku bingung sendiri dibuatnya.
Para tetangga sudah mulai berdatangan, suami yg sudah menunggu di depan mempersilahkan masuk kedalam rumah. Aku tetap dikamar menenangkan vania, setelah sedikit tenang buru2 aku pakai kan baju supaya tidak masuk angin nantinya.
“Bun, tetangga udah pada dateng tuh. Keluar gih” pinta suami
“Ini gimana vania nangis sambil meluk aku kaya gini”
“Vania kenapa sih?” Tanya suami heran melihat anaknya yg bertingkah aneh.
Karena memang vania tidak pernah bertingkah seaneh ini sebelumnya. Suami pun memintaku untuk menenangkan saja vania di kamar. Urusan tamu biar dia saja yg urus.
Pengajianpun dimulai, ustadz memimpin doa2 dan lainnya mengamini. Aku pun juga ikut berdoa dari dalam kamar. Saat itu pula vania sudah mulai tenang, dia tidak menangis lagi dan tertidur dipelukanku.
Pengajian telah selesai dan para tamu berpamitan untuk pulang. Merasa vania sudah tenang aku pun membawa dia klwr dari kamar.
“Udah pada pulang semua yah?”
“Udah, ooh td dapat salam dari ibu2 komplek”
“Waalaikum salam, jadi gak enak karena gak bisa klwr kamar. Abis aku gerak dikit aja vania lgsg bangun dan nangis”
“Knp sih vania? Tumben banget lo”
“Aku juga gak tau, lihat hantu paling”
“Lah mana ada hantu, ngasal kamu”
“Yeee dibilangin juga. Siapa tau yg diceritain pak syafri kemrin bener”
“Udah udah,, jangan ngaco ngomongnya”
Kalau belum mengalami langsung suami ku memang kurang percaya sama hal2 seperti itu. Kemarin setelah pak syafri menceritakan kejadian yg dialamai sewaktu membersihkan tandon belakang, suami ku hanya menanggapi dengan santai.
Aku sebenernya sedikit kawatir tinggal disini setelah apa yg dialami pak syafri kemarin, apalagi kita ada anak kecil yg blm ada satu tahun dan katanya anak kecil itu lebih sensitif sama hal2 seperti itu.
Tp lagi2 aku mencoba berfikir positif aja dan mengikuti suami ku untuk tetap tinggal di rumah dinas ini.
Malamnya kami lalui seperti hari2 biasa dan tidak terjadi apa2. Tapi setelah 3hari pengalaman tidak menyenangkan pun datang.
Mulai aku yg tiba2 sakit, trus anakku juga ikut2an lalu yang terparah suamiku juga sakit keras hingga hampir membahayakan nyawanya.
Nantikan kelanjutannya di
RUMAH DINAS Part 2
See you 👋🏻
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with BukanNamaSebenarnya

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!