Malam ke tiga kami tinggal dirumah itu udah mulai ada sedikit gangguan. Aku sakit, gak tau juga kenapa tiba2 sakit. Padahal kmrin udah bener2 sembuh sebelum pindahan kesini.
Ah pikirku ini kecapean aja. Sedikit istirahat juga mungkin udah baikan. Ini normal2 aja menurutku gak ada yang janggal sama sekali.
2 hari kemudian, anakku juga ikut2an sakit. Demam tinggi bahkan mencapai 40 derajat. Disitu aku udah panik, vania mulai ngigau2 gak jelas gt.
Saat suami pulang kantor sekitar jam 5, aku lgsg ngasih tau kalau vania demam tinggi.
“Yah, vania demam tinggi banget ni”
“Lah bukannya td pagi masih baik2 aja”
“Iya, trus siang badannya mulai anget sampe sekarang jd demam tinggi gini”
Suami nempelin tangannya kekening vania bermaksud untuk ngecek suhu tubuh dan lgsg tersentak kaget.
“Ya allah bun, panas banget badanny”
“Dibilangin juga, iiihh” aku sedikit kesal.
“Yuk bawa ke dokter aja, ntar aku tanya ama bang zul dulu rs deket sini mana”
“Iya udah buruan”
Lalu dia ambil Hp dari saku celana kerjanya dan menelfon teman satu kantornya. Terdengar bunyi telepon tersambung dan diangkat. Karena volume cukup tinggi dan tlp nya deketan jadi terdengar suara seorang laki2.
Iya, dia adalah temen kantor suamiku, kita manggilnya bang Zul.
“Halo bang” suara suami ku membuka obrolan.
“Iye, knp” jawab bang zul dari seberang tlp.
“Anak gw sakit nih bang”
“Anak lo yg mane?”
“Laaah yg mana lagi, anak gw kan masih satu”
“Oooh iye ye”
Terdengar sedikit bercanda dari obrolan mereka, karena suami dan bang Zul udah akrab banget. Mereka ber2 bawaannya konyol jarang banget langsung serius.
“RS deket sini mana bang, mau gw bawa ke dokter, demamnya tinggi banget sampe 40” suami mulai kawatir.
“Lah, serius lo. Kerumah gw aja dulu, gw anterin ayok”
Kita pun lgsg bergegas menuju rumah bang Zul.
Jarak rumah kita tidak terlalu jauh hanya berbeda bbrp blok aja. Kita di blok G bang Zul di blok depan yaitu blok B.
Sampai dirumah bang Zul kita disambut sama istrinya bang Zul yg bernama mbak Tata.
“Sejak kapan sakitnya?” Tanya mbak tata.
“Tadi siang mbak, anget gt bandannya eeeh sekarang demam tinggi” aku pun menjelaskan.
“Ini mau dibawa ke dokter langsung?” Bang Zul bertanya.
“Iya bang, rs deket sini mana ya?”
“Lo udah coba kompres blm?” Tanya bang Zul lagi.
“Anak lo kecapekan itu, atau dia ngelihat sesuatu ya. Kan rumah itu kosong lumayan lama” timpal mbak tata.
“Eeh iya sih mbak, bbrp hari ini dia kaya sering takut2an gt, gak mau banget ditinggal sendirian” aku pun menjelaskan kalau vania memang benar tidak mau ditinggal sama sekali.
Dia jadi lebih lengket sama aku, apalagi kalau abis mandi bawaannya nangis pingin buru2 udahan. Pdhl vania gak pernah kaya gt sebelumnya. Vania tipe anak yg jarang banget nangis dari bayi.
Tapi setelah pindah kesini gak tau kenapa jadi cengeng, dikit2 nangis kaya ketakutan gt. Dia sering nunjuk2 pintu kamar kalau pas ganti baju dikamar. Karena masih bbrp bulan jd vania blm bisa ngomong.
Vania jg blm bisa jalan, dia masih merangkak. Berdiri kadang2 aja bisa.
Pas pagi itu abis mandi seperti biasa vania aku taro dikamar sambil aku slimutin handuk. Dia berdiri diatas kasur, aku tinggal ambil baju sebentar.
Gak jauh karena lemari masih jadi 1 di kamar, pas balik badan vania kaya ada yg ngedorong gt trus dia jatuh dari tempat tidur. Untung kasurnya springbed gt gak pake dipan jadi pendek. Tp buat anak seuasia vania jatuh dari situ juga lumayan sakit.
Aku kaget, aku benar2 ngelihat kalau vania seperti didorong oleh sesuatu yg gak kasat mata. Disitu dia nangis kejer karena kepalanya kepentok ama ubin.
Langsung ku ambil dan aku gendong vania, aku tenangin dia sampe nangisnya berhenti. Vania nangis histeris dan ketakutan. Aku panik, berdoa supaya tidak ada apa2 setelah ini.
Seharian itu aku gak nglepasin pandanganku dari vania, dia terus dalam pengawasanku, ya aku cuma takut kalau vania diisengin lagi ama “mereka” yg aku sendiri juga gak tau bentuknya seperti apa.
Jam menunjukan pukul 12 siang, biasanya suami pulang sebentar untuk sekedar makan siang. Tp di hari itu dia gak pulang, bilangnya sih sibuk karena kerjaannya menumpuk jd makan siang di kantor.
Vania yg tertidur aku gletakin di kasur depan tv, sambil kipas terus menyala karena hari itu aku rasa panas banget.
Setelah mendengar ceritaku panjang lebar bang Zul sama mbak Tata semakin yakin kalau dirumah yg aku tempati saat ini ada yang tidak beres.
Tp kami gak mau ambil pusing dulu yang kami pikirin saat ini dengan demam yang setinggi itu Vania harus buru-buru dibawa ke RS untuk mendapat pertolongan.
Setelah di observasi selama bbrp jam oleh dokter UGD, demam vania mulai turun dan sudah dibolehkan pulang karena tidak ada sakit yang serius. Kami pun pulang setelah menebus obat yg diresepkan dokter.
Jam menunjukkan pukul 10 malam saat aku dan suami tiba dirumah. Sejak kejadian pagi tadi aku jadi lebih waspada, vania sama sekali tidak lepas dari gendongan. Sampai tidurpun masih tetap dengan posisi menggendok vania.
Beberapa hari berlalu, dan vania sudah mulai sembuh. Dia kembali ceria seperti biasanya. Anehnya setiap Vania melewati lorong yang memisahkan antara rumah dan dapur dia selalu memasang muka ketakutan.
Seakan2 ada yang memperhatikan kita dari suatu sudut di lorong itu.
“Pasti ada yang gak beres dengan rumah ini” batinku dalam hati.
Sejak pindahan aku sudah berusaha mencari-cari orang yang bisa membantuku bersih-bersih dirumah. Tapi sampai sekarang tidak ada satu pun orang yg mau.
Memang akhir2 ini sangat sulit mencari PRT, banyak yang lebih memilih kerja diluar negri ketimbang menjadi PRT di negara sendiri.
Sudah hampir 2minggu kami tinggal dirumah dinas ini, banyak godaan2 yang terjadi. Mulai dari kran kamar mandi nyala sendiri, tv yang tiba2 hidup/mati sendiri dan hal2 lain diluar nalar kita.
Menginjak minggu ke 3 aku ijin sama suami untuk pulang ke jawa, ke rumah keluargaku di jawa timur. Karena sejak menikah hingga punya anak aku cuma pulang 1 kali saja waktu vania umur 2,5bulan.
Kali ini vania sudah menginjak 8bulan lebih jadi walaupun pulang ke jawa sendiri aku tidak ada masalah karena vania anak yang gampang diajak bepergian.
Tidak pernah rewel dijalan, bahkan naik pesawat pun alhamdulillah vania tenang2 saja. Jadi bukan hal sulit jika pulang sendiri tanpa ditemani suami, begitu pikirku.
Setelah mengantongi ijin dari suami aku diantar ke bandara dan dengan cerewetnya suami bilang harus ini itu, gak boleh begini begitu. Jefri memang cenderung orang yang cerewet jika itu menyangkut keluarganya apalagi anaknya.
Kurang lebih 1minggu aku berada di kampung halaman, setiap malam hari jefri selalu tlp dengan alasan minta ditemani karena takut dirumah sendiri.
Jefri sering ngajak teman2nya nginep dirumah kadang dia yang menginap dirumah temannya. Tapi ada beberapa malam dia tidur sendiri dirumah.
5harian aku berada dijawa, jefri sudah merengek minta aku cepat kembali karena dia gak mau pisah lama2 dengan anaknya. Maklum, jefri sangat suka anak kecil apalagi dia juga baru menjadi seorang ayah.
Dan dengan umur vania yg masih 10 bulan masih terlihat sangat lucu. Tak tega melihat jefri yg selalu memintaku untuk cepat pulang, akupun meminta dia untuk membelikan tiket pesawat esok harinya.
Barang sudah tertata rapi tinggal nunggu berangkat besok. Anehnya sore hari tiba2 badan vania demam tinggi, seakan dia gak mau diajak pulang kembali kerumah dinas itu.
Sore itu juga kubawa vania ke dokter anak dan aku juga bilang kalau besok mau naik pesawat. Dokter melarangku untuk bepergian sampe vania benar2 sembuh. Karena bahaya anak yg kurang sehat dibawa naik pesawat.
Akhirnya penerbanganku ditunda selama 2hari sampe vania benar2 sembuh. Setelah sembuh barulah aku melakukan perjalanan kembali ke kalimantan.
Seperti mendapat pertanda, sesaat setelah memasuki ruang tunggu bandara penerbangan delay kurang lebih 4-5jam.
Jefri terus menelpon menanyakan kabar jam berapa pesawat akan diterbangkan. Setelah melalui hari yg sangat melelahkan akhirnya akupun tiba di tujuan. Jefri mengajakku untuk makan malam diluar sebelum pulang, tapi ku tolak karena sudah merasa sangat kelelahan.
Kami pun pulang, dan memutuskan untuk membungkus makanan saja. Vania yang sedari tadi tidur setelah sampai rumah dia terbangun dan mulai rewel lagi, aku mengatakan pada jefri mungkin hanya efek kelelahan karena td pesawat delay begitu lama.
Esoknya karena hari senin jefri berangkat kerja seperti biasanya. Setelah selesai ngurusin vania akupun mulai bersih2 rumah. Aku mengeluarkan baju2ku dari koper dan membuka makanan yang kubawa dari kampung bermaksud membagikan ke tetangga sebagai oleh2.
Aku membuka kantong kresek dan mengeluarkan makanan didalamnya. Makanan itu terbungkus daun pisang bentuknya seperti lontong tapi bukan nasi isinya.
Aku membuka pembungkusnya bermaksud ingin memakannya satu, mencoba sebelum memberikan kepada tetangga. Aku begitu kaget setelah tau bahwa makanan yg aku bawa semua berjamur, busuk.
Padahal, seharusnya jajanan itu tahan hingga 7hari dan tanggal pembuatannya masih dihari yang sama saat aku membeli jajanan itu. Terhidung masih 2 hari dan seharusnya masih bisa bertahan 5 harian.
Tapi aneh, kenapa pas aku buka sudah dalam keadaan berjamur. Penasaran aku buka semua dan benar, jajanan yg aku bawa berjamur semua.
Mungkin karena aku membungkusnya dengan kantong kresek makanya jadi cepat membusuk.
Aku tetap berfikir positifnya saja.
Setelah membuang makanan itu aku lanjut bersih2. Baju ku kumpulin di kantong besar untuk di laundry.
Lagi dan lagi Aku merasa janggal setelah melihat noda di celana boxer yang biasa jefri pake. Noda kecoklatan seperti wanita saat siklus terakhir menstruasi. Biasanya kalau wanita menstruasi di hari2 terakhir suka keluar darah kecoklatan.
Karena penasaran ku tlp lah jefri bertanya kenapa bisa ada noda dicelana nya. Jefri menjawab kalau sudah 3hari ini dia mengalami infeksi saluran kencing. Jefri juga ga tau apa penyebabnya.
Awalnya jefri seperti anyang2an dan semakin lama perutnya pun mulai terasa sakit. Pas aku tanya dia salah makan apa atau minum apa jefri menjawab kalau tidak ada yang aneh. Dia makan minum seperti biasa.
Akhirnya kita bawa kerumah sakit untuk periksa, dan benar kata dokter jefri menderita infeksi saluran kencing. Setelah konsultasi dan mendapat serep kita pulang.
Menginjak minggu ke 4, sekarang giliran jefri yang sakit. Badannya merasa sangat tidak enak, yaaa mungkin itu juga terjadi karena infeksi yang dia derita. 3hari sudah jefri sakit, sampai dihari ke 3 sakit jefri mulai parah hingga dia harus ijin tidak masuk kerja hari itu.
Suasana rumah terasa sangat pengap, hawa yang berembus juga terasa panas. Ngurusin jefri yang lagi sakit, belum juga vania rewel banget. Benar2 pusing sampai akupun ikut sakit jadinya.
Perasaan kami mulai bercampur aduk, kenapa kita jadi sering sakit. Dan kenapa sekarang vania jadi anak yang sangat cengeng padahal vania bukan tipe anak yang rewel.
Kita biasa tidur diatas jam 11 malam bahkan sering tidur jam 1-2 malam, tapi tidak hari itu. Karena sedang sakit aku dan hefri memutuskan istirahat lebih sore.
Waktu menunjukkan pukul 9malam, gorden aku tutup semua dan pintu ku kunci. Kami bersiap untuk istirahat.
Vania sudah terlelap begitupun juga jefri, tinggal aku yang masih terjaga. Hawa dikamar terasa sangat panas dan pengap sekali hingga aku merasa sulit bernafas.
Akupun mengambil remot ac dan bermaksud menyetelny jadi lebih dingin. Tetapi ini sudah mentok, udah gak bisa didinginkan lagi. “Apa ac nya rusak atau gmn? Tp ini kan baru, toh kemarin2 juga gpp” pikiranku berkecamuk.Seakan tak mau ambil pusing aku memaksakan diri untuk terlelap.
Bayangan seseorang berdiri disebelah pintu membuatku terbangun dan menengok ke arah pintu. Nihil, tidak ada siapa2 disana.
Bayangan itupun melintasi luar jendela kamar, kurang jelas karena lampu kamar temaram yang hanya mendapat pencahanyaan dari lampu tidur saja.
Aku melihat jam yang ternyata masih pukul setengah 11 malam sebelum akhirnya bertekat untuk mengecek, kubuka sedikit gorden jendela bermaksud melihat keluar rumah tapi sepi. Lagi2 tidak ada apa2 disana. Sampai aku memberanikan diri keluar kamar.
“Ceklek” bunyi gagang pintu, dan perlahan membuka pintu kamar dengan ditemani suara derit pintu yang membuat suasana lebih menyeramkan.
“Kreeekk... kreekk...” suara itu memecah kesunyian.
Kulihat vanian dan jefri masih terlelap, sambil menelan ludah kuberanikan diri keluar kamar. Gelap, sepi, tidak ada siapa2 sampai aku merasakan ada siluet seorang wanita yg berdiri dilorong sempit itu.
Belum juga merasa kaget hingga entah dari mana seperti ada angin yang berhembus, dingin sampai mampu membuat bulu kuduk berdiri.
Nafasku mulai tak terkontrol, telapak tangan mulai menjadi sangat dingin hingga jantung pun ikut berdegup kencang. Sepersekian detik tubuh ini mematung sebelum akhirnya aku bisa berlari kembali ke kamar.
Pintu ku tutup kembali dan aku meringkuk dibawah selimut. Membaca surah2 yang aku bisa dan tak terasa air mata mulai keluar membasahi pipi. Aku menangis sendiri dimalam gelap itu.
Sedikit demi sedikit hatiku terasa tenang dan rasa kantuk pun mulai membuat mataku terpejam. Akhirnya aku bisa tertidur kembali. Sayup-sayup terdengar suara hingga membuatku terbangun.
Aku meraih jam yg tergeletak diatas meja, 00.30 dan aku seketika tersadar. Malam ini terasa sangat panjang, suara itu masih terdengar rancu. Semakin lama semakin keras hingga aku tau darimana sumber suara itu.
Jefri mengigau, membicaran hal2 yang akupun tak mengerti.
“Pohon coklat, dibelakang rumah ada pohon coklat” jefri terus merancu.
“Pohon coklat apa? Dimana?” Akupun bertanya karena merasa heran.
“Ada pohon coklat dibelakang rumah”
“Ngawur kamu, dibelakang gak ada pohon coklat” akupun menyakinkan. Karena setau ku dibelakang rumah memang tidak ada pohon coklat.
“Aku disana, di pohon coklat itu. Tolong aku”. Semakin lama semakin gak jelas apa yg dikatakan jefri.
“Aku siapa? Kamu jangan ngomong yang aneh2 ya yah” bentakku. Akupun mulai membangunkan jefri.
Badan nya sangat panas, keringat dingin mulai membasahi seluruh badan jefri sambil terus mengigau yang tidak2.
“Pohon coklat dibelakang rumah, aku disana” jefri mulai menangis.
“Dibelakang gak ada pohon coklat” aku terus menyakinkan.
“Ada, dulu ada. Tolong aku”
Aku yang gak tau harus berbuat apa langsung menangis sambil tetap membangunkan jefri. Berharap jefri tersadar dari tidurnya.
“Aku suka kalian disini, tetaplah disini bersamaku” seketika badan jefri mulai menggigil hebat.
“Ya allah ayah, sadar. Istigfar yah, eling” saat itu aku menyadari pasti bahwa rumah ini tidak sehat. Sangat tidak sehat.
Aku terus mengguncang2 badan jefri, memeluk suamiku sambil membisikkan “ayah, yang tenang. Ingat allah, ingat aku dan anakmu. Ingat klwrgamu yang lain, ingat almarhum mama mu”.
Seketika jefri menyebut mama nya, memanggil2 mama nya. Jefri sangat sayang sama klwrgnya, terutama almarhum mama yg sudah beberapa tahun meninggal. Dia mulai menangis dan seakan2 mama nya datang untuk membawa jefri kembali tersadar.
Tiba2 matanya terbuka, sambil mencari2 sekeliling.
“Bun, mama ku tadi disini. Mama membawaku kembali. Mama menunjukkan jalan padaku” jefri bercerita sambil terisak.
“Udah yah, nyebut. Istigfar, berdoa sama allah. Kirim al-fatiqah untuk mama, berterimakasih sama allah” aku mencoba menenangkan.
“Dibelakang ada pohon coklat gak bun?” Tanya jefri setelah dia mulai tenang.
“Pohon coklat apaan sih? Km dari tadi nyebut2 pohon coklat” tanyaku.
“Tadi aku didatengin sama cewek, dia bilang suruh nyari pohon coklat dibelakang rumah” jelasnya.
“Dibelakang rumah itu g ada pohon coklat”
“Setelah itu aku kaya dibawa kesuatu tempat entah dimana, sampai tiba2 mama muncul dan menarikku” cerita jefri.
“Yah kita harus pindah dari sini, rumah ini gak sehat. Kita sebulan disini ada aja yang terjadi. Kita sakit bergantian sampai puncaknya ini tadi kamu ngigau yang enggak2. Aku takut keluarga kita kenapa2” air mataku mengalir.
“Iya besok aku akan coba cari2 kontrakan, mudah2an cepet dapet ya bun lalu kita pindah dari sini segera” jefri mengiyakan.
Tiba2 jefri meringis kesakitan, setelah kutanya kenapa ternyata jempol tangan kanan jefri bengkok dan gak bisa dilurusin.
Semakin dipaksa maka semakin sakit jadinya, kitapun terheran2 sebelumnya gak papa kenapa sekarang jd seperti ini. Kejadian ini makin membulatkan kita untuk mencari kontrakan dan keluar dari rumah dinas ini
Besoknya jefri sudah mulai bekerja. Badannya masih sedikit lemas tp dipaksa untuk masuk kerja sembari bertanya2 orang kantor siapa tau ada yg tahu kontrakan.
2hari kita berkeliling mencari kontrakan, tidak mudah bagi kita untuk mendapat kontrakan yang pas. Setelah semua kejadian yang menimpa kita akhir2 ini, kita jadi lebih waspada dalam memilih rumah kontrakan.
4hari berlalu setelah kejadian malam itu, dan kita sudah menemukan kontrakan yg dirasa cocok untuk ditinggali. Tak berfikir lama kita pun mulai pindahan, mengemasi barang2 dari rumah dinas menuju ke kontrakan baru.
Tidak terlalu jauh mungkin sekitar 10 menit berkendara sudah sampai dikontrakan yg baru. Sambil dibantu oleh teman2 jefri, proses pindahannya tidak memakan waktu lama. 1 hari sudah selesai karena memang barang kami tidak terlalu banyak.
Dirumah kontrakan yang baru alhamdulillah vania jadi lebih tenang. Jefri pun berangsur2 membaik, tapi jari jempol jefri masih sakit. Belum bisa diluruskan seperti biasa.
Banyak teman kantor jefri yang datang ke kontrakan baru kami, memang sengaja diundang untuk makan2. Ya hitung2 sebagai syukuran karena mendapat kontrakan baru.
Ada 4 orang yang membawa klwrgnya, kita memang sudah saling kenal. Sejak aku pindah ke kota ini mereka memang sering main kerumah jadi tak butuh waktu lama bagiku untuk mendapatkan teman.
Ku dengar jefri bercerita ke temen2 yg datang malam itu, menceritakan kejadian malam yg mengerikan itu. Jefri menunjukkan jari jempolnya yang ketekuk dan gak bisa diluruskan.
“Itu gak bisa lo lurusin sama sekali?” Bang zul bertanya heran.
“Kaga bisa, kalau dipaksa sakit banget” jefri menjelaskan sembari mencoba meluruskan jari jempolnya.
“Itu awalnya kenapa bisa sampe jari lo kaya gt” bang feri bertanya heran.
“Gw juga gak tau bang, kata bini gw malam itu gw ngigau2 nyebut pohon coklat. Setelah bangun begini keadaan jempol gw” jefri berusaha menjalaskan apa yg terjadi malam itu.
“Gw punya kenalan tukang urut. Besok lo kerumah, gw panggilin itu tukang urut” bang zul memberi saran.
“Boleh deh bang, siapa tau bisa nyembuhin tangan gw” jefri mengiyakan.
“Ywd, besok pulang krj lo kerumah gw”
“Oke sip”
Malam itu acara berjalan lancar, ketika hari mulai larut para tamu berpamitan pulang.
Esok hari sesuai dengan janji sepulang kerja aku dan suami datang kerumah bang zul. Tak lama kemudian datanglah seorang wanita, mungkin umurnya sekitar 60 tahun. Beliau cantik, perawakannya tidak gemuk dan lumayan tinggi kalau menurutku.
Beliau enak dipandang, kelihatan kalem dan adem orangnya. Kami biasa memanggilnya dengan sebutan Oma. Tak banyak mengobrol jefri pun mulai dipijat sama oma.
Waktu proses pemijatan jefri ngerasa kesakitan sampai beberapa kali dia berteriak. Ada sedikit keanehan yang ku lihat disini, setiap kali jefri berteriak Oma yang memijat ikut bersendawa dan terus berulang.
Merasa penasaran aku bertanya sama mbak Tata, istri bang Zul.
“Mbak, itu kenapa ya tiap jefri kali jefri teriak si Oma bersendawa gt. Aneh gak sih” tanyaku menyelidik.
“Ya emang begitu Mee, oma itu asli orang dayak. Katanya dia tau lah hal2 yg begituan” mbak Tata menjelaskan.
“Ooh, pantes cantik” kataku sambil tersenyum.
Beberapa orang bilang kalau wanita asli suku dayak itu cantik2, dan memang benar. Oma yang aku temui hari perawakannya sangat cantik, apalagi untuk orang yg menginjak umur 60an tahun. Aku juga kurang tahu umur pasti Oma, dan hanya mengira2 saja.
“Mas siapa namanya?” Oma bertanya disela2 kagiatannya.
“Saya Jefri oma” jelasnya.
“Mas Jefri tinggal dimana? Kok saya blm pernah tahu?”
“Sebelumnya saya tinggal di rumah dinas atas Oma tapi sekarang sudah ngontrak rumah sendiri gak jauh dari sini”.
Kami pun mulai menceritakan kejadian2 janggal yg pernah kami alami saat tinggal di rumah dinas atas, sampai dengan jari tangan Jefri yang tiba2 gak bisa dilurusin. Padahal sebelumnya gak kenapa2.
Setelah mendengar cerita, Oma mulai mengerti kenapa keluarga kami jadi sering sakit2an.
“Itu ada perempuan ngikutin mas Jefri, mungkin penghuni rumah diatas” jelas Oma dengan tetap memijat sambil sesekali bersendawa.
“Ngikutin gimana Oma? Kan saya sudah pindah rumah” tanya Jefri bingung.
“Iya ngikutin karena gak mau keluarga mas pindah rumah” kata Oma.
“Kok gt Oma? Kan kita gak ada aneh2 waktu tinggal disitu” akupun mulai bertanya heran.
“Bukan karena aneh2, memang dia suka. Apalagi ada anak bayi, makhluk seperti itu sangat suka anak kecil. Tapi dia ini jahat, suka bikin orang sakit” jelas Oma.
“Iya Oma, kita bergantian sakitnya. Sampai puncaknya yg malam itu saya ngigau tentang pohon coklat” Jefri membenarkan.
“Trus gimana Oma supaya mereka tidak diganggu lagi?” Kali ini giliran bang Zul yang buka suara.
“Mas Jefri bikin bubur sumsum. Bikin 2 mangkok, tapi harus mangkok dari daun pisang” Oma memberi saran.
“Aku gak bisa bikin bubur sumsum Oma, gimana? Apa beli aja?” Tanyaku.
“Gak boleh beli, harus dibuat sendiri. Yaudah kalau mbak gak bisa bikin besok biar Oma aja yg bikin”
“Beneran Oma? Makasih banget, jadi ngrepotin Oma begini” muka ku mulai sumringah.
Setelah selesai Oma pamit pulang.
“Gimana badan lo? Mendingan gak?” Tanya bang Zul.
“Mendingan banget bang, sakti itu Oma. Haha” Jefri mulai cengengesan.
“Emang Oma sakti, gimana sih lo” timpal mbak Tata.
“Tapi jari gw masih belum pulih bang” Jefri menunjukkan jarinya yang masih nekuk gak bisa lurus.
“Mungkin gak bisa langsung juga, sabar aja. Coba lo tlatenin pijit sama Oma” saran bang Zul.
Kami pun pulang setelah lumayan lama bercengkerama dirumah bang Zul. Kami menggunakan motor untuk akomodasi selama dinas disini. Selama perjalanan pulang aku dan suami berharap setelah ini keadaan akan baik2 saja dan kembali normal.
Sesuai yang dijanjikan, keesokan harinya Oma datang kerumah bang Zul untuk menyerahkan 2mangkuk bubur sumsum. Kami diminta menaruh bubur itu dirumah dinas sebelumnya dan dirumah kontrakan yang sekarang.
Jefri ditemani dengan bang Zul menaruh bungkusan itu dirumah dinas sembari menyebutkan beberapa kalimat. Entah kalimat apa yang diajari sama Oma tapi itu bertujuan agar makhluk itu tidak lagi mengikuti kami.
Begitupun juga dirumah kontrakan yang baru.
Setelah semua selesai kami dipesan sama Oma untuk tidak meninggalkan sholat. Bahwa semua pertolongan datangnya hanya dari Allah.
1 minggu berlalu, hidup kami berjalan dengan normal. Tapi jari Jefri masih sama seperti sebelumnya.
“Ini kenapa jariku kaya gini ya bun? Apa gak bisa sembuh?” Muka Jefri seakan kecewa.
“Sabar, siapa tau besok ada jalan” aku mencoba menenangkan.
“Kaya nya jariku bakal cacat seumur hidup deh bun”
“Hus.. ngomong apaan sih. Tidak ada yang tidak mungkin kalau Allah sudah berkehendak”
Pagi itu Jefri pamitan pergi bekerja, dia juga bilang kalau nanti pulang terlambat karena ada kegiatan yang harus dia siapkan.
Telpon berbunyi, setelah ku lihat ternyata Jefri yang menelpon.
“Iya yah, belum mau pulang? Udah jam setengah 9 malam lo” rengekku.
“Iya ini sebentar lagi juga pulang, tinggal dikit lagi” jelas Jefri dari seberang tlp.
“Vania udah tidur?” Tanya nya lagi.
“Udah, baru aja merem. Kalau udh kelar cepat pulang ya”
“Iya nanti aku lgsg pulang. Eh bun mau tau gak?”
“Mau tau apa?” Tanyaku penasaran.
“Jari jempolku sembuh, udah bisa dilurusin lagi” Jefri tampak sangat senang.
“Yang bener? Kok bisa?” Kali ini aku juga terdengar senang.
“Iya serius. Nanti aja sampe rumah aku ceritain”
“Oke deh. Kalau pulang hati2 ya”.
“Oke siap” jawab Jefri dan ditutup telponnya.
Setelah sampai rumah akupun buru2 tanya karena penasaran. Ditunjukan jari jempol yang sakit itu ke aku. Benar, jempol suamiku sudah bisa dilurusin.
Jefri bercerita kalau di acara tadi dia berkenalan dengan banyak orang. Ada salah satu mas-mas yang baru dia kenal juga nyeletuk.
“Mas Jefri sakit?” Tanya nya.
“Kok mas tau?” Jefri heran.
“Kenalin namaku Yanto, aku juga ikut dalam acara ini” jelas orang yg memperkenalkan dirinya sebagai Yanto.
“Iya mas Yanto, saya Jefri”
“Iya saya tau mas” jelasnya.
“Sebentar deh, mas Yanto kenapa bisa tau saya sakit?” Jefri makin penasaran dibuatnya.
“Kelihatan kok mas, sini coba saya lihat”.
Jefri pun menyodorkan tangannga yang sakit dan bercerita gimana dia bisa mendapatkan itu.
Mas Yanto terlihat menggumamkan sesuatu, dan ditariknya jempol Jefri. Betapa kagetnya Jefri dan beberapa orang yang ada disitu setelah mengetahui bahwa ada rambut panjang yang keluar dari jempol Jefri.
“Rambut darimana tu mas” tanya nya heran.
“Rambut dari sesosok makhluk yang sempat tinggal sama keluarga mas Jefri kemarin” jelas mas Yanto.
Setelah ditariknya keluar rambut panjang itu, mas Yanto meminta Jefri untuk memggerak2kan jempol nya. Aneh, seperti sulapan saja jari yang sudah berminggu2 tidak ada tanda2 sembuh kini kembali normal.
Tidak ada rasa sakit sama sekali. Benar2 kembali seperti sedia kala. Mas Yanto menjelaskan kalau makhluk itu suka sekali bikin orang sakit. Tp mas Yanto bilang kalau setelah ini kami benar2 terbebas dari teror makhluk tak kasat mata itu.
Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa kami sudah hampir sebulan pindah dari rumah dinas. Alhamdulillah tidak ada lagi kejadian2 aneh yang menimpa keluarga kita.
Selalu waspada dengan apapun yang ada disekeliling kita. Dunia kita dengan dunia mereka memang berjalan beriringan. Tetap ingat dengan Tuhan dan sebisa mungkin tetap menjaga adab dan martabat dimanapun kita berada.
Kami melalui masa dinas di kalimantan hanya selama 2tahun. Awal tahun 2018 suami dipindah tugaskan lagi ke pulau Jawa.
Setelah ini aku masih ada cerita tentang kejadian mistis yg dialami oleh teman baikku sendiri. Dia beberapa kali mengalami kejadian2 aneh yang berbau horor. Tak kalah menyeramkan dari cerita sebelumnya.
Disini aku bener2 minta maaf kalau kalian harus nunggu sampai berbulan2 untuk membaca cerita ini. Bukan maksudku untuk menunda lanjutan kisah rumah dinas sampai berbulan2.
Banyak hal yang harus aku kerjakan dan sebelumnya aku memang sakit dalam waktu yang lumayan lama. Mohon dimaafkan jika ada yang kurang berkenan. Aku akan berusaha sebaik mungkin menyelesaikan setiap tulisan yang aku buat.
Terimakasih untuk pembaca yang senantiasa setia menanti karya ku. Jika ada typo mohon maklum nya. Salam sukses.
Ekstra :
“Jef, lo gila ya” Anton tiba2 menepuk pundak Jefri dari belakang.
“Apaan sih, gila apa” kening Jefri berkerut tanda tak mengerti yang diucapkan teman satu kerjaannya itu.
“Lo masa tengah malam mandi, kena rematik sukurin lo” timpal Anton.
“Lah kapan gw mandi malam2? Nglindur paling lo” Jefri tak mau kalah.
“Nglindur apaan, orang pas gw ke kamar mandi denger lo lagi mandi, jelas banget. Nglindur dari mana” jelas Anton.
Rumah dinas kami sebelumnya memang gandeng dengan rumah dinas yang Anton tempati. Makanya kalau ada yg ke kamar mandi pasti terdengar sampai sebelah rumah.
“Bentar deh, lo denger gw mandi tengah malam emang kapan?” Tanya Jefri memastikan.
“Kapan ya, 2hari yang lalu lah. Kenapa emang?”
“Gw kasih tau tapi lo jangan kaget”
“Apaan? Emang kenapa sih?” Anton penasaran.
“Anton, gw sama bini gw udah pindah dari rumah dinas sebulan yang lalu. Jadi rumah itu sekarang kosong” Jefri menjelaskan perlahan.
“Lah serius lo? Becanda lo” muka Anton kaget.
“Kalo gak percaya tanya aja tuh staf gw, tanya bang Zul juga gpp”
“Trus klo lo udah pindah, yang mandi tengah malam itu siapa dong?” kali ini muka Anton memucat.
“Hahahahaha....” Jefri berlalu begitu saja dengan tawanya.

SELESAI~

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with BukanNamaSebenarnya

BukanNamaSebenarnya Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @menjadigalao

13 Nov 19
“Kamu yang tak kasat mata.
Pergilah,, atau aku yang pergi”

*Jangan pergi, teraplah disini dan
TINGGALAH BERSAMA KU*

Part 1

#bacahorror @bacahorror
Aku ga tau apakah cerita ini horror atau bukan, mungkin bagi sebagian orang cerita ini biasa dan bukan horror. Tp bagi ku ini pengalaman keluarga kami yang tidak akan bisa ku lupakan seumur hidup.
Cerita ini berawal dari tahun 2016. Suami yg dinas di sulawesi dipindah tugaskan ke satu kota dikalimantan. Setiap beberapa tahun sekali memang diharuskan untuk pindah dari kota satu ke kota lain, itu sudah konsekuensi bekerja di perusahaan tsb.
Read 87 tweets
28 Oct 19
Tolong...!!!
Keluargaku mulai habis menjadi tumbal.
Horror story.

@bacahorror #bacahorror
Bismillah,,
Gw sebenernya was was mau cerita beginian. Karena nanti pasti ada dampak gak langsung nya di gw. Karena “dia” gak mau kalau sampai ada orang lain yg tau masalah ini apalagi sampai ikut campur.
Gw disini mau berbagi kisah pilu yg dialamin klwrga gw. Kejadian ini udah berlangsung lama bgt, mungkin udah lebih dari 40thn dan masih ada sampai sekarang. Jujur gw takut, waswas, panik hingga pernah bikin gw stres hampir gila.
Read 424 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!