Jika yg ditanya menjawab: "iya pernah", dipastikan mereka akan larut dlm perbincangan tak berujung, penuh semangat, saling melengkapi bagian tercecer, lalu tertawa bersama... suasana akrab yg menepikan segala perbedaan maupun pandangan.
Hampir seluruh miliknya terbakar
Beliau sekeluarga harus pindah dari Tasikmalaya ke Solo, kota dimana kemudian keluarganya bermukim dan memulai hidup baru.
Kemampuannya berbahasa Sunda, Jawa, Inggris dan Hakka, menjadikan Kho Ping Hoo memiliki kemampuan lebih, dalam menyerap beragam informasi.
Ribuan penggemarnya yg merasa kehilangan, datang beramai2 ketika beliau wafat tahun 1994, itu tanda nyata jika beliau begitu dicintai.
Sumber:
1.Tempo, 17 September 1977
2.Dari Penjaja Tekstil Sampai Superwoman, Myra Sidharta.
Koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa