Kisah penjaga gua walet diganggu setan perempuan penghuni gua. Dia menuntut darah.
A Thread
@bacahorror
#bacahorror
#threadhorror
"Beda bagaimana pak su?" Tanya Mat Lawat.
Pak Ujang menghisap rokok tembakaunya dalam.
"Besok pak su ceritakan".
Pak su adalah sebutan untuk paman paling bungsu.
"Tak ada, yang punya hanya akan datang di musim berbuah. Lagipula orang tak berani macam-macam karena rata2 kebun di sini dipasangi Sakang?"
"Sakang?"
"semacam jimat. Kalau ada yang usil, maka bijinya akan bengkak"
"kita menginap di depan sini dulu, besok baru kita periksa ke dalam" kata Pak Kardi, pria dengan penun tato itu.
"Udahlah Ai, kasian ni si Zain jadi takut. Kalau cuma hantu kuntilanak, dah biasa kita" Isnen menggoda Zain. Zain tidak merespon, ia lelah.
"Hush! Mulutmu itu" kata Ai Midun kesal. Sejak datang ia dapat merasakan energi yang besar di sekitar situ.
Pukul 5, semua memutuskan berhenti mencari. Semua kembali ke tempat tidur, istirahat. Besok pagi mereka akan kembali menyusuri hutan dan kebun, Martop akan ke kampung mencari bantuan.
"Darimana saja kalian? Kalian mengerjai saya ya?" Sergahnya. Dari wajahnya tampaknya ia barusaja terbangun.
"Kau yang darimana bang? Semalaman kami mencarimu" kata Mat Lawat.
"Dia! Dia siapa?" Zain bertanya dalam hatinya. Benar-benar tidak masuk akal.
"Haha, mandi? Di sana, turun bukit dan temukan sungai. 30 menit dari sini."
"Hah sejauh itu?"
"Iya, kita akan jarang mandi di sini"
"Iya bukan, dari pontianak" sahut zain.
"Dayang, aku Dayang"
"Saya Zain"
"Oh Zain. Kamu harus berhati-hati. Ini bukan tempatmu" kata Dayang sambil mengambil air dengan ember alumunium yang di bawanya.
"Terimakasih, boleh tahu kamu kenapa ada di sini?"
"Kamu kenapa?" Tanya Lawat.
"Kenapa bagaimana? Kamu tidak lihat aku sedang mengob..." Zain tidak meneruskan kalimatnya. Dayang tak ada di depannya lagi. Ia berusaha menatap ke sana ke mari, nihil.
"Tapi sudahlah, jangan dipikirkan. Mungkin kamu berhalusinasi. Aku paham semua kejadian di sini rasanya tak masuk akal" tambah lawat.
"Sudah jauh-jauh kau ke sini, dan sekarang kau mau menyerah" nasihat lawat.
Zain terdiam. Ada benarnya. Lagipula, yang selalu diganggu adalah Bang Kardi. Ia harusnya merasa lebih aman.
"Kau pasti menyimpan banyak pertanyaan bukan?" Kata Ai Midun. Bara tembakau yang terbakar tertiup angin.
"Transaksi?" Tanya Zain.
"Kira-kira begitu"
"Benar"
"Apa yang kita tukar?" Tanya Zain penasaran.
"Itu urusan saya. Kau tenanglah, semua akan baik-baik saja" Ai Midun meyakinkan. Dada Zain sedikit lapang. Ia merasa lebih tenang.
"Ternyata ada iblis perempuan yang merayumu untuk pulang. Pantas kau tampak gelisah Zain" bisil Lawat.
"Dengan ini kamu akan aman" kata Ai Midun. Zain baru menyadari, gelang yang sama juga dipakai oleh Bang Kardi.
Persis pakaian yang dikenalaj Dayang. Zain terhenyak.
Boleh bantu dukung dengan like dan retweet ya. Terimakasih.
"Sudah sadar kau Zain?" Bang Kardi mengangkat pisau pemanen sarang walet.
"Ini saatnya bertukar" suaranya memantul di dinding2 gua.
"Darahmu Kardi yang akan mengalir di sini. Darahmu!" Suara Dayang berubah. Bukan seperti suara yang pernah Zain kenal.
"Kau bang yang meninggalkan aku di sini, sekarang kau yang akan tinggal bersamaku". Pisau di tangan Bang Kardi terlepas. Dayang memegang dada Bang Kardi. Matanya terbelalak.
Kalian lebih suka saya bercerita ala novel yang rapi begini atau pakai gaya bercerita santai saja?.