My Authors
Read all threads
Teror Santet Series Part 5
"Pilihan Salah"

Based on true event
#mwv_terorsantet

a horror thread
Dalam keadaan setengah tidur, tiba tiba saya merasakan hembusan angin dingin disekujur badan saya, suara tv yang masih menyala terdengar jelas ditelinga saya, ini bukan mimpi, karena tv nya masih melanjutkan acara yang tadi saya tonton,
tapi badan saya tidak bisa bergerak, kaku dan dingin, saya mencoba berteriak tapi mulut saya sulit sekali untuk mengeluarkan suara! saya mencoba membaca ayat al-quran dan doa apapun yang saya bisa...

tapi pikiran saya blank!
Semua hapalan itu hilang dan saya tidak tau lagi apa yang saya baca.
Makin saya membaca doa, semakin kaku pula sekujur badan saya.

Lalu tiba tiba mata saya melihat sesuatu, ada rambut panjang mengengser dilantai, tidak terlihat orangnya karena kepala saya tidak bisa bergerak..
saya ingin teriak tapi tidak bisa. Lalu tiba2 saya merasakan sentuhan dikepala saya, sentuhan yang dingin, lama2 turun kepundak dan tangan saya, sebuah tangan yang dingin menusuk dan tekstir kasar sekali rasanya..
Saya menahan nangis, baru kali ini saya ketakutan seperti ini! lalu tiba tiba "si rambut" ini makin mendekat kewajah saya, yang berarti si pemilik rambut ini berusaha mendekatkan diri kewajah saya...
saya memejamkan mata, sambil dalam hati komat kamit nyebut nama Allah. Tapi jujur semua blank. Ga ada yang bisa saya ingat doa2, cuma nama Allah yang masih nempel saat itu.
"PLAK" tepukan cukup keras dipipi saya langsung membuat saya bisa bergerak, seperti semua belenggu yang mengikat saya lepas semua,

"dek.. sadar dek" ucap sebuah suara dan saya lihat kak Candra ada disana, spontan saya peluk kak Candra dan menangis.
"Kenapa lo?" Tanya kak Candra.

Saya diam, bingung dan masih mencerna apa sebenernya terjadi, saya perhatiin TV, acaranya masih sama dan adegannya lanjutan tadi waktu kejadian si rambut datingberarti saya ga mimpi,.
Mungkin diantara kalian mengira ini hanya ketindihan bukan?

Awalnya saya pun berpikir demikian.. tapi apa saya lihat ke lantai seketika membuat dada saya sesak..

dilantai sekitar sofa tempat saya tertidur, banyak berserakan rambut hitam panjang yang ntah datang darimana..
Rambut rambut panjang itu seakan menegaskan kalau apa yang tadi itu bukanlah mimpi. TADI SOSOK ITU MEMANG DISINI!

Saya masih belum mampu melupakan sentuhan dingin yang kasar itu..Apa mau dia?? Kenapa sekarang mengarah ke saya??
Sekujur badan saya basah oleh keringat, tangan saya masih gemetaran membayangkan sentuhan dingin yang sungguh menusuk itu..

"Kenapa dek? Hey!cerita kenapa?" Tanya kak Candra dengan nada khawatir.
Lalu saya mulai menceritakan kejadian antara mimpi dan tidak itu, tapi melihat rambut yang bereserakan dilantai, membuat kak Candra dam om Kurnia berkesimpulan kalau itu bukanlah mimpi semata..
Akhirmya Om Kurnia memanggil mba Tuti untuk membawa sapu dan pengki, lalu meminta mba Tuti membersihkan rambut yang berserakan dilantai.

Saat mba Tuti datang membawa sapu dan pengki, mba Tuti nampak kaget melihat saya,
"astagfirullah non Eva, kenapa? Sakit non? Pucet banget!"
"Ga apa mba, tolong dibersihkan aja lantainya" kata saya, karena tidak mau membuat mba Tuti takut.

Mba Tuti segera melihat kelantai, dan dia Nampak kaget. Dengan buru buru dia menyapu rambut2 tersebut sambil komat kamit istigfar.
"Dek mau tidur tempat kak Aina aja?" Tanya kak Candra masih dengan muka khawatir.

"Engga kak, disini aja, takutnya dia ngikutin.. kasian nanti kak Aina sama anak anaknya, masih pada bayi, lebih sensi" jawab saya setelah menimbang nimbang.
Akhirnya kami ber 4 malam itu tidur di rumah..

Sedangkan papa, mama dan mas Gio masih di rumah pak Musa, mungkin menunggu proses penyembuhan kak Bella.
Kalau suruh balik kesana, jujur saya juga ga mau, kayanya lebih horor disana dengan mendengar suara teriakan2 dan berisiknya makhluk2 halus yang berebut masuk badan kakak saya ketimbang berada di rumah besar ini berempat.
Kami memutuskan tidur dikamar masing-masing dan om Kurnia tidur di kamar tamu, di lantai bawah dekat ruang tv. Saya naik melalui tangga ke kamar saya di lantai 2 yang bersebelahan dengan kamar kak Bella.

Saat sampai dilantai atas, saya melewati kamar kak Bella..
..entah kenapa di kamar kak Bella yang harusnya tidak ada orang, ini seperti ada suara orang mengobrol dan mengeser2 barang...

Berhubung rumah sepi, saya takut situasi ini dimanfaatkan sama maling, lalu saya bergegas ke kamar saya dan mengambil tongkat softball punya saya..
Pela2 saya kembali ke kamar kak Bella dan membuka pintu kamar kak Bella, bersiap2 untuk kemungkinan terburuk ada maling disana.

Tapi saat dibuka, saya tidak mendapati apapun.. kamar itu kosong, tidak ada siapa2, padahal tadi jelas sekali terdengar suara aktivitas dari dalam.
Masih belum yakin, saya masuk dan memeriksa spot2 yang kemungkinan besar digunakan untuk bersembunyi, tentunya dengan posisi tangan standby dengan tongkat softball tadi

Saya pun masuk lebih dalam.. Ke kamar kak Bella. Hening.. Benar2 hening.. Lalu saya mencoba mengecek lemari..
Namun ternyata lemari kosong. Begitu juga saat saya memeriksa kolong meja dan kolong tempat tidur, semuanya kosong. Tidak ada tanda tanda keberadaan seseorang disana..

Akhirnya saya nyerah dan memutuskan untuk keluar. Tetapi begitu saya keluar dan menutup pintu..
seketika di dalam kamar itu langsung berisik lagi dgn suara suara orang yang jumlahnya lebih dari satu..

spontan saya membuka pintu lagi, dan yang saya dapati kembali kamar kosong.. Dan disaat bersamaan, suara orang2 berbincang itu hilang ...
Bulu kuduk saya langsung berdiri menegang.. perlahan-lahan saya tutup pintu kamar kak Bella dan benar saja, tepat ketika pintu tertutup rapat, dari dalam kamar kembali terdengar suara-suara tadi..

Rasanya sudah cukup 2 malam kemarin saya berurusan sama makhluk halus, saya lelah.
Dengan bulu kuduk masih berdiri dan keringat dingin, saya bergegas langsung pergi ke kamar saya..

Saya tidak peduli lagi apa yg ada di kamar kak Bella. Yang penting kamar saya aman, dan saya bisa tidur didalamnya, pikir saya
Namun siapa sangka, kamar yang saya harapkan menjadi lokasi aman dan menenangkan itu justru jadi lokasi teror berikutnya yang saya terima..
Saya berjalan melewati lorong dan sampai di kamar, saya langsung taruh tongkat softball pada tempatnya, memastikan kembali pintu telah tertutup rapat dan akhirnya saya putuskan untuk mengunci pintu karena takutnya yang tadi beneran maling.
Lalu saya cek jendela kamar saya yang mengahadap taman belakang rumah, saya lihat paviliun kamar kak Candra masih terang, mungkin dia blm tidur saat itu.

Setelah memastikan jendela terkunci rapat, saya langsung lompat ke tempat tidur.
Saya coba bolak balik badan di tempat tidur, tapi mata ga bisa juga terpejam, padahal badan saya lelahnya luar biasa.

Lalu saya putuskan menyalakan radio kaset dan mengambil novel yang masih setengah jalan belum selesai saya baca. Berharap keduanya bisa membuat saya ketiduran
Namun, Hampir habis novel yang saya baca, tapi ngantuk tidak juga kunjung datang, kaset lagupun udah berapa lap bolak balik memutarkan playlist yg sama.

Saya lirik jam dan menunjukan pukul 12 malam, saya putuskan untuk maksa merem, karena gimana pun saya besok harus sekolah..
Saya matikan lampu baca di samping tempat tidur saya, seketika kamar gelap dengan sedikit cahaya temaram yang berasal lampu sorot d itaman belakang.

Dalam kondisi normal, suasana seperti ini buat saya bikin rileks dan cepat tertidur..
Saya paksa mata saya untuk merem dan tidur dengan posisi favorit, yaitu menghadap tembok..

namun inilah awal semuanya..
Saat itu akhirnya saya sudah mulai ngantuk, tapi gatau gimana seperti ada perintah diotak saya agar mata saya terus terbuka..

sampai tiba2
"ceklek"…
Gagang pintu kamar saya turun, dan pintu terbuka sedikit..

saya refleks menengok kearah pintu.

gimana itu bisa kebuka?? tadi terang2an saya pastikan pintu itu sudah saya kunci.

Tapi gak cukup disana, saat masih dalam kondisi kaget tiba2

"Ceklek" Kali ini jendela kamar saya.
Angin berhembus di punggung saya dan itu berasal dari jendela yang terbuka. Iya, jendela yang tadi sudah saya tutup dan turunkan kuncinya.. Angin malam masuk dan mengibar2kan gorden penutup jendela kamar saya itu..
Saya mulai ketakutakan, ini mulai ga masuk akal, tadi saya benar2 mastikan kalau jendela dan pintu sudah terkunci dengan benar, kenapa bisa terbuka sendiri???

Saya terlalu takut untuk turun dari tempat tidur, saya bersembunyi dibalik selimut dan tetap menghadap tembok.
Tidak banyak yang bisa saya lakukan selain meringkuk, menarik selimut dan menghadap tembok...ya, sudut pandang teraman saat ini hanyalah tembok ini.

Tiba-tiba ditengah ketakutan saya, sayup sayup terdengar suara senandung lagu dari suara perempuan.. suaranya lembut dan lirih,
Saya tidak tau liriknya, tapi seperti menceritakan sesuatu yang sedih...

Bulu kuduk saya meremang.. bukan hanya karena suara itu, tapi karena sekarang saya merasakan kalau di samping punggung saya ada aura kehadiran seseorang. Sesorang itu naik ke atas kasur saya..
Perlahan dengan tangan gemetar dan ketakutan saya mengintip dibalik selimut, tapi saya tidak berani membalikkan badan..

saya coba melihat apa yg ada dibelakang saya dgn memanfaatkan pantulan bayangan dari cahaya lampu taman..

Dan saya tau, ADA SESEORANG DIBELAKANG SAYA SAAT INI
Dari pantulan di dinding, saya bisa melihat bayangan perempuan dengan rambut panjang duduk membelakangi saya.. bibir saya bergetar, tangan saya basah dengan keringat dingin, rasanya saya mau nangis karena ketakutan.
saya berusaha panjatkan doa apapun yang saya ingat, tapi kembali saya ngeblank, saya cuma bisa nyebut "Allah.. Allah.. Allah.." dengan suara yang hampir tidak keluar.

Saya masih mengintip bayangan itu, dia masih duduk, ditempat yang sama, tak bergeming selama beberapa saat.
lalu tiba-tiba bayangan itu berdiri dan bergerak kearah jendela, saya memberanikan diri untuk membalikan badan, untuk melihat bayangan siapa itu..

Tapi saat saya membalikan badan ternyata tidak ada siapa siapa dikamar saya.. hanya saya sendiri dan suasana dingin menusuk..
Saya menghela nafas lega sembari mengucap syukur namun baru beberapa detik saja, rasa lega saya seketika sirna saat hidung saya mencium bau semerbak yang tidak pernah saya lupa..

aroma bunga yang muncul dari kak Bella waktu itu!

OH TIDAK!! DIA DISINI LAGI?!! DIA DATANG LAGI??!!
Tangan saya gemetar.. dan insting saya berkata.. ini saatnya untuk lari sebelum sosok itu memunculkan wujudnya di kamar ini!

Tanpa pikir panjang saya melompat dari tempat tidur dan berlari sekencang mungkin keluar kamar.
Sambil berlari, saya teriak teriak manggil om Kurnia dan kak Candra, saya lari sambil nangis karena ketakutan yang amat sangat.

Sesampainya dibawah, saya langsung menuju kamar tidur tamu tempat om Kurnia tidur, saya terlalu takut ke kamar kak Candra karena harus melintasi taman.
Om Kurnia sepertinya mendengar teriakan saya, belum sampai saya ke pintu kamar tamu, om Kurnia sudah keluar kamar dan berlari kearah saya.

Om Kurnia memeluk saya dan berusaha menenangkan saya sambil mengelus punggung saya. Om Kurnia mendudukan saya di sofa tv tak jauh dari sana,
lalu ia mengambilkan saya air putih dan menyuruh saya minum agar tenang.
Setelahnya, om Kurnia bertanya, kenapa saya takut banget, sejak dia gendong saya dari bayi, baru kali ini om Kurnia liat saya ketakutan seperti ini, karena dikeluarga saya dikenal anak yang berani dan nekat.
Saya menceritakan semuanya ke om Kurnia mengenai apa yang saya alami di kamar.. mulai dari pintu dan jendela terbuka sendiri, suara senandung perempuan, bayangan perempuan yang ternyata tidak ada wujudnya, serta bau bunga yang sangat semerbak yg muncul tiba2..
Om Kurnia mendengarkan cerita saya dengan seksama, lalu dia mengelus kepala saya.

"Ya udah kita tidur kumpul satu kamar aja, om panggil Candra sama mba Tuti dulu." Kata om Kurnia sambil berjalan kearah pintu taman belakang, ke arah kamar kak Candra.
Saya mengawasi om Kurnia berjalan menyusuri taman belakang menuju paviliun kamar kak Candra, melalui jendela besar di ruang tv yang menghadap langsung taman belakang..

Awalnya gerak gerik om Kurnia biasa saja, tapi kemudian, tiba tiba gestur om Kurnia terlihat aneh..
Om Kurnia alih alih memanggil kak Candra, ia justru terlihat berteriak teriak dan ingin mendobrak pintu kamar kak Candra.

"Oom! Ada apa???" Teriak saya panik.

Namun kayaknya suara saya tidak terdengar. Saya lari menyusul om Kurnia ke kamar kak Candra.
Semakin dekat ke kamar kak Candra, barulah saya bisa mendengarnya.

Ternyata dari dalam paviliun kamar kak Candra terdengar suara teriakan dan jeritan kak Candra seperti kesakitan!

Om Kurnia berusaha membuka pintu tapi terkunci.
Nama kak Candra berkali kali dipanggil namun tidak ada jawaban selain erangan dan teriakan kesakitan.

"Candra!! Candra buka!! Buka pintunya Candra!!" Paksa om Kurnia sambil menggedor2 pintu. Namun kembali perintah itu hanya dibalas jeritan suara kak Candra dari dalam
saya berusaha mengintip lewat jendela dan melihat apa yang terjadi didalam, tapi ternyata jendela tertutup rapat oleh gorden kamar.

Tak lama mba Tuti datang lari tergopoh2, mungkin karena dia mendengar suara teriakan kami dari dalam kamarnya.
"Ini Kenapa non?" Tanya mba Tuti bingung dan juga panik melihat om Kurnia dan saya menggedor2 pintu kamar dan memanggil2 kak Candra.

"Kak Candra mba!!! ini kak Candra teriak teriak di dalam, tapi pintu ga bisa dibuka!!!" Jawab saya yg masih dalam keadaan panik.
Om Kurnia masih berusaha mendobrak pintu paviliun kak Candra berkali kali.

"Pak, maaf, jendelanya aja dipecahin pake batu, itu pintunya tebel banget pak, ntar bahu pak Kurnia yang patah" kata mba Tuti yang panik liat om Kurnia yg masih blm berhasil mendobrak pintu.
Sementara itu kak Candra teriakannya makin kencang di dalam.

Om Kurnia tidak menjawab usulan Mbak Tuti tapi dia langsung ambil salah satu bangku besi ditaman dan melempar bangku itu ke jendela yg posisinya paling jauh dari pintu kamar.
Sepertinya om Kurnia mempertimbangkan posisi kak Candra yg ada dibalik pintu, takut terluka kena pecahan kaca.

Seketika kaca jendela langsung pecah, om Kurnia segera masuk ke dalam paviliun kak Candra lewat jendela, jendelanya memang besar, sedikit lebih kecil dari ukuran pintu.
Setelah om Kurnia masuk, ia segera membuka kunci pintu dari dalam dan membukanya. Kemudian dia membawa kak Candra keluar dari kamar dalam kondisi yang mengerikan..

Saya terkejut melihat kondisi kak Candra saat itu.. Saya tidak tau apa yang terjadi di dalam, tapi..
Saat dibopong keluar, baju kak Candra sudah sobek sobek.. dan yang parah, disepanjang dada, punggung, lengan dan perut kak Candra ada banyak bekas sabetan atau cakaran kuku yang panjang dan berjumlah 4 "jari"..

Part 5 "Pilihan Salah" -end-
Next part 6 "Goresan Luka"
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with mwv.mystic

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!