My Authors
Read all threads
Dulu, semasa kuliah, saya “wara-wiri” alias roadshow ke SMA-SMA se-Jabodetabek untuk mempromosikan program kerja biro saya di BEM FISIP UI. Selama itu pula, ada ribuan anak SMA yang saya temui dan kunjungi ke sekolahnya.
Dari puluhan roadshow yang saya lakukan selama kuliah, ada satu hal yang sampai sekarang enggak akan pernah saya lupakan.
Suatu hari, saya pergi sebuah SMA di Jakarta Timur. Saya masuk ke kelas IPA. Seperti biasa, saya mengawali presentasi dengan pertanyaan, “Jadi, siapa di sini yang mau masuk UI?”

Untuk pertama kalinya, setelah berkali-kali roadshow, seisi kelas hening.
Biasanya, tiap ditanya seperti itu, seisi kelas heboh, tetapi kali ini enggak.

Saya tanya., “Oh? Ya … berarti kalian mau ke mana? Ke ITB ya?” asumsi saya, biasanya ITB memang tujuan favorit anak IPA.
Ternyata enggak juga, beberapa tertawa malu-malu, tetapi enggak ada yang angkat tangan.
“Terus, kalian mau ke mana?”

Akhirnya ada yang jawab. Dia bilang mau ke salah satu perguruan tinggi swasta. Oh, ya … enggak apa-apa juga. Saya enggak pernah menganggap sebelah mata PTS kok. Namun, saya masih penasaran. “Terus, kalian mau pilih PTN mana?”
“Masih bingung, Kak!”

“Loh, kenapa? Kamu mau masuk jurusan apa?”

Barulah ada yang menjawab. Jadi, saat itu saya simpulkan, sebetulnya mereka tahu mau ambil jurusan apa, tetapi enggak tahu mau ke mana.
Kemudian ada seseorang yang “nyeletuk”. Dia bertanya, “Kakak dulu SMA mana?”

“Oh, saya dari (SMA) 81,” jawab saya, “kenapa?”

“Yah … terang aja … anak 81 kan pinter-pinter, makanya Kakak bisa masuk UI.”
Di situ saya langsung terdiam, saya masih enggak percaya dengan apa yang saya dengar.
“Loh, enggak juga, semua punya perluang yang sama kok. Yang bisa bikin kalian masuk PTN itu bukan karena kalian sekolah di mana, tetapi karena kalian mau berusaha, mau belajar, dan yakin dengan diri kalian sendiri.”
Suasana hening lagi ….

“Terus, cita-cita kalian apa?”

Sekelas hening. Tiba-tiba, ada seorang yang (lagi-lagi) “nyeletuk”, “Mau kawin aja, Kak!”

Seisi kelas pun (untuk pertama kalinya) tertawa.
Roadshow kali itu betul-betul membekas sampai sekarang. Saya enggak akan pernah lupa.
Bayangkan, ini masih di Jabodetabek, dan ada anak-anak di luar saya yang ternyata berpikir bahwa mereka “enggak punya peluang” masuk PTN hanya karena mereka merasa sekolah mereka “enggak unggul”.

Jujur, saat itu saya sedih (serius, ini bukan drama).
Saya langsung berpikir, bagaimana nasib negara ini kalau anak-anaknya saja takut bermimpi? Takut bersaing karena telanjur merasa tidak unggul.

Ya, ini masih di Jabodetabek. Bagaimana dengan yang di luar Jabodetabek? Bagaimana dengan yang di luar Pulau Jawa sana?
Anak-anak itu mungkin enggak berpikir bahwa saya yang saat itu di UI pun nasibnya belum jelas. Saya enggak tahu nanti akan kerja apa atau akan seperti apa saya di masa depan. Kalau dari SMA mereka sudah menyerahkan mimpi-mimpi mereka … apa lagi yang bisa diperjuangkan?
Mungkin di antara kalian ada yang pernah menonton film “The Pursuit of Happyness” (2006)? Ada satu kutipan yang selalu saya ingat (dan selalu saya bagikan kepada orang-orang yang ragu bermimpi.
“Don’t ever let someone tell you that you can’t do something. Not even me. You got a dream, you gotta protect it. When people can’t do something themselves, they’re gonna tell you that you can’t do it. You want something, go get it. Period.”
Untuk kalian yang sampai sekarang masih berpikir, “Duh, aku bisa enggak ya masuk UI/ITB/UGM, dsb.? Kata (seseorang) aku enggak usah pilih itu karena ‘ketinggian’. Aku sebetulnya mau, tapi sekarang jadi takut. Gimana kalau mereka benar? Pilihan itu ‘ketinggian’ buat aku?”
Hei, jangan takut bermimpi. Enggak ada yang salah dengan mimpimu. Kamu punya mimpi masuk PTN tertentu, berarti kamu harus memperjuangkannya.

Percayalah, enggak akan ada yang bisa memperjuangkannya selain dirimu sendiri.
Kenapa takut bermimpi? Bukankah negeri ini merdeka karena awalnya ada sejumlah orang yang enggak takut bermimpi? Mereka mengimpikan sebuah negara yang merdeka, bebas dari penjajahan. Enggak peduli orang lain bilang itu “gila”, tetapi mereka tetap bermimpi.
Karena itu, kamu harus berjuang. Cuma kamu yang bisa memperjuangkan mimpimu.
Jangan biarkan orang lain bilang bahwa kamu enggak bisa melakukan sesuatu. Jangan minder. Jangan merasa “insecure”. Kamu harus yakin bahwa kamu berhak menentukan sendiri impian dan cita-citamu.
Jangan biarkan orang lain bilang kamu enggak mungkin mendapatkan kursi di kampus itu karena nilai (try out-mu) masih belum mencukupi. Jangan.
Kalau kamu belum mencapai target, jangan ubah targetmu! Ubah strategimu! Kalau kamu menemukan hambatan dalam perjalanan, ubah rutenya supaya kamu tetap bisa sampai pada tujuan akhir, bukan balik arah dan pulang karena merasa hambatan tersebut tak bisa dilalui. Intinya, cari cara.
Kamu harus rebut impianmu, enggak ada tawar-menawar. Buatlah dirimu sendiri bangga atas apa yang kamu impikan, atas apa yang kamu perjuangkan.

Doa terbaik untuk kalian semua di bulan yang baik. 🙏🏼
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Fauzan Al-Rasyid

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!