Thread by @logos_id

Rasionalisme, sebuah cabang Filsafat yang mengubah ilmu pengetahuan seluruh dunia. Penalaran dijadikan sebagai sumber utama pengetahuan dan kebenaran. Pandangan ini dipakai oleh 3 filsuf besar: Descartes, Spinoza, dan Leibniz. Penasaran rasionalisme itu seperti apa?

- a thread!

Dalam Filsafat Barat, rasionalisme merupakan sebuah pandangan yang menganggap bahwa nalar/akal ialah sumber utama pengetahuan.

Para rasionalis beranggapan bahwa nalar mempunyai struktur yang inheren (menurun) secara logis.

Kebenaran itu nyata sehingga manusia dapat memahaminya secara langsung. Prinsip-prinsip rasional ini dipakai pada beberapa subjek: logika, matematika, etika, dan metafisika.

*Metafisika: proses analitis dan fundamental tentang keberadaan dan realitas.

Rasionalisme telah lama menjadi saingan empirisme, sebuah pandangan bahwa seluruh pengetahuan berasal dan diuji oleh pengalaman inderawi manusia. Rasionalisme juga menjadi penentang sistem yang memakai pengetahuan esoteris, seperti pengalaman mistis, intuisi, dan sebagainya.

Nah, sebenarnya, rasionalisme ini mempunyai beberapa pemahaman berbeda tergantung dari kacamata yang kita pakai.

Mari bahas satu per satu.

Dalam psikologi persepsi, rasionalisme berlawanan dengan psikologi genetika dari Piaget yang berkata bahwa pikiran manusia itu berkembang hanya melalui pengalaman bayi dalam hubungannya dengan dunia.

Selain itu, rasionalisme juga menentang transaksionalisme.

Transaksionalisme merupakan sudut pandang dalam psikologi dimana keterampilan manusia itu dicapai melalui tindakan yang dilakukan sebagai respons terhadap lingkungan yang aktif. Persepsi manusia itu dikondisikan oleh penilaian-penilaian secara probabilitas.

Penilaian ini dibentuk berdasarkan tindakan sebelumnya ketika manusia berada pada situasi yang sama.

Kalau dari sudut pandang bahasa, rasionalisme mempunyai kesamaan dengan nativisme perihal ide-ide bawaan manusia. Kayak gimana tuh?

Dunia ini mempunyai ribuan bahasa yang sangat berbeda, tetapi tetap banyak kemiripan secara sintaksnya. Hal ini membuat kita memandang bahwa ada keterampilan dan kemampuan tertentu yang bersifat alamiah/tertanam dalam otak sejak lahir.

Tapi, ada sebuah bentuk rasionalisme universal yang dalam segala bidang meyakini bahwa dunia itu tertata secara rasional, bagian-bagian dunia dihubungkan oleh kebutuhan yang logis dan terstruktur. Karena itulah, kita bisa memahami dunia ini.

Kalau ada yang nyadar, rasionalisme ini bener-bener clash dengan atomisme logis yang diutarakan Hume dan Wittgenstein. Atomisme ini berpendapat bahwa fakta-fakta dalam dunia itu terputus sehingga fakta itu mungkin berbeda dari apa yang sebenarnya merupakan fakta itu sendiri.

Seluruh kaum rasionalis menjawab atomisme dengan hukum kontradiksi, "A dan bukan A tidak dapat hidup berdampingan", setiap kebenaran itu konsisten satu sama lain, kebenaran ini sangat terikat sehingga tidak ada yang bisa berbeda.

Di bidang epistemologi (teori pengetahuan), rasionalisme menyatakan bahwa setidaknya sebagian pengetahuan manusia itu diperoleh melalui apriori (yang ada sebelum pengalaman) atau wawasan rasional. Kita akan singgung lagi tentang empirisme.

Kaum empiris memegang posisi yang lebih sederhana dan luas, misalnya kaum Humean mengklaim bahwa semua pengetahuan berasal dari persepsi. Sebaliknya, kaum rasionalis mendesak bahwa sebagian (bukan semua) pengetahuan muncul melalui pemahaman langsung.

Pemahaman langsung ini merupakan objek yang melampaui pengalaman inderawi manusia. Walaupun tak dapat didengar, dilihat, atau dirasakan, para rasionalis menunjukkan bahwa manusia dapat dengan jelas memikirkan hal-hal tersebut. Kita sering menemuinya di bidang logika & matematika.

Dalam etika, rasionalisme memegang posisi bahwa akal (bukan perasaan, adat, atau otoritas) merupakan pengadilan tertinggi dalam menilai apa itu baik dan buruk, apa itu benar dan salah.

Kant berpendeapat bahwa cara menilai suatu tindakan ialah dengan memeriksa konsistensi dirinya: pertama, apa dasarnya/prinsipnya seseorang melakukan sesuatu, kemudian bertanya apakah seseorang dapat secara konsisten akan berbuat demikian.

Misalnya tentang pencurian.

Apakah pencurian itu hal yang benar? Jawabannya ialah tidak, karena jika pencurian pada umumnya disetujui, properti orang takkan pernah menjadi milik mereka sendiri ataupun milik orang lain. Dengan demikian, pencuri hanya akan menghancurkan dirinya sendiri ketika ia mencuri.

Terakhir ialah pada agama. Rasionalisme cukup bertentangan dengan agama-agama di dunia karena rasionalisme menganggap seluruh pengetahuan datang tanpa bantuan wahyu atau sesuatu hal yang supranatural.

Para rasionalis yang juga agamawan berpendapat bahwa jika wawasan tentang akal budi manusia harus dikesampingkan demi dugaan adanya wahyu, maka pemikiran manusia akan dianggap mencurigakan, termasuk penalaran para teolog sebelumnya sepanjang sejarah.

Tidak mungkin ada dua cara berbeda untuk menjamin kebenaran. Maka dari itu, para rasionalis menegaskan bahwa penalaran dengan segala konsistensinya haruslah menjadi pengadilan terakhir.

Pengantar ini masih cukup abstrak dan sulit untuk dicerna. Kita akan membahas hal-hal yang jauh lebih konkret ketika membahas satu per satu filsuf rasionalisme. Soon to publish: Descartes, Spinoza, Leibniz, & Kant!

Sumber: britannica.com/topic/rational…
Konten oleh @NathPribady