Putra Ramadhan Profile picture
May 18, 2020 139 tweets 22 min read Read on X
"Konspirasi Tumbal kepala untuk jembatan"

Misteri dari hilangnya anak-anak yang katanya di culik untuk di jadikan tumbal.

-Based On True story-

@bacahorror #bacahorror
@ceritaht #ceritahorror
Kapan mulainya..?
Besok aja ya.. Udah malem.. Ngantuk..
Jangan lupa RT dan komennya ya 😊
Saya tidak tau harus memulai utas ini dari mana.
Entah utas ini pendek atau panjang namun saya hanya menceritakan kejadian yang telah di ceritakan narasumber bisa di bilang ini hanyalah sosial experiencenya beliau.
Pertama, kenapa saya bisa bertemu beliau.
Jadi waktu itu pulang dari kerja sekitar jam 11 malam ya.
Saya mendapat musibah yang mana ban motor yang saya kendarai tiba-tiba bocor.
Panik.?
Ya panik lah.. Bayangin jam 11 malam tentu jarang ada bengkel motor yang buka.
Jadi singkat cerita saya berhasil menemukan bengkel yang masih buka.
Malaju dong ke bengkelnya tanpa basa-basi.

"bang masih buka?"

Jadi abang ini gelagatnya itu bahasa seperti orang Medan gitu. Tapi gak tau lah ya asli orang medan atau bukan.
"ya masih la dek. Kenapa? Ban motor kau bocor?"
"iya nih bang. Tolong tampalin bang. Kalo gak bisa di tampal ganti ban dalem aja."

Tanpa basa-basi abang tadi langsung aja tuh nampalin ban motor saya. Yah seperti abang-abang bengkel pada umumnya lah.
Dari kami berdua tidak ada yang mau mulai percakapan.
Ya begitulah saya yang sibuk dengan gadget abangnya tadi sibuk nampalin motor saya.

Singkat cerita dia udah slesai tuh nampalin motor saya. Dia pun duduk di sebelah saya dengan kursi panjang yang ada disitu.
Karna udah malam juga ya jadi saya mau pulang. Langsung aja nanya berapa ongkosnya.

"berapa bang?" ucapku sambil mengeluarkan dompet.

Bukannya mengatakan berapa ongkosnya dia malah nyuruh saya untuk duduk dulu.
Nanti dulu lah lup. (lup atau kulup. Sebutan biasa orang jambi dengan arti anak.)
Emm. Bisa kau main catur?" tanya abang itu.

Ya kebetulan aku itu memang suka main catur. Semakin lawan hebat aku semakin tertantang. Karna penasaran dengan abang itu aku pun mengiyakannya.
"bentar ya.. Kau bisa minum kopi dak?" tanyanya lagi.

What.. Lelucon apa ini hahaha saya tertawa ketika abang itu menanyakannya.

"ya bisalah bang. Lucu bang kalo anak muda sekarang dak bisa minum kopi" umpatku.

"hahaha kalo la kan kau dak bisa ngopi. Soalnya dari pakaian kau
Ni kek orang-orang yang dak suka minum kopi." ucap nya yang langsung masuk ke dalam rumah.

Ya begitulah memang di daerahku semua ternilai dari cara orang berpakaian.
Kebetulan saya itu memang suka memakai kemeja yah pokoknya terkesan rapi gitu lah jadi abang itu berpikir
Saya gak suka minum kopi. Apa lagi kopi low class gitu kan.
Nyatanya enggak malah saya lebih doyan kopi low class dari pada kopi high class.

Singkat cerita tak lama abang tadi keluar membawa papan catur dan dua cangkir kopi.

"na lup.. Untuk kau sikok untuk abang sikok" ucapnya
Sambil memberikan kopi itu.

Kami pun dudu berseberangan di kursi panjang itu dengan papan catur di tengah-tengah.

"ohh iya lup. Kita kalo mau main catur ni tak nyaman rasanya kalo belum kenalan. Siapa namo kau?" ucap abang itu sambil mengulurkan tangannya.
"nama saya putra bang."

"asli orang sini?" tambahnya.

"iya bang. Kalo abang siapa namanya?"

"panggil be abang acok. (nama samaran) Abang ni asli orang T merantau kesini. Payah lup ayy kalo abang disana kerjo gilo terus." ucapnya sambil membuka papan catur dan mulai menyusun
Bidaknya. Begitu pula dengan aku yang juga menyusun bidak catur bagianku.

"Kerjo gilo apa maksud abang ini" gumamku di dalam hati.
Penasaran itulah yang pertama ada di benakku.
Namun aku urungkan niat untuk bertanya kepadanya ya takut abangnya tersinggung aja. Bisa habis aku
Permainan pun di mulai.
Namun anehnya abang acok setiap kali memakan bidak caturku dia selalu mengatakan.
"hemm kau putos palak kau..
Haa mampos buntong palak kau."
Ya maksudnya dari ucapannya itu semacam memutuskan kepala bidak bidak caturku. Yah seperti itulah.
Singkat cerita akhirnya aku memenangkan babak pertama.

"ayy gilo padek jugo kau main ruponyo lup(gila ternyata kamu hebat juga mainnya nak)." pujinya kepadaku.
Aku hanya tersenyum.
Namun di dalam hati aku menyombong. "haduhh bang juara kampung ini. Mau dilawan."
"Abang ni dah banyak lupo. Dulu waktu masih ikot kawan kerjo gilo tu sering la main sambil nunggu korban."
Tambahnya yang kembali menyusun bidak catur.

"korban?. Apa maksudnya ini" batinku.

"kalo boleh tau korban dari kerja gila yang abang maksud itu apa ya bang."
Ucapku mencoba memberanikan diri menanyakan hal itu kepadanya.

"ayy macam dak tau pulak kau ni lup.. Kerjo yang culik budak untuk di jadikan tumbal jembatan besak tu na."

*degg*
Seketika batinku berdetak..
Tiba-tiba raut wajah abang tadi berubah.
Hening sejenak..
Dia fokus memandang papan catur yang ada di depan.

"bang.. Bang acok."
Ucapku yang membuyarkan lamunannya.

"tutup be la lup papan catur tu. Abang ado sedikit kisah ni." ucapnya sambil mengangkat gelas kopi.
Papan catur pun aku tutup kembali dan bidak bidak caturnya aku masukan ke dalam lipatan papan tersebut.

Kemudian dia menawarkan rokok kepadaku.
"na lup.. Biso dak kau ngisap rokok jambu."
Rokok jambu yang di maksud di sini adalah sejenis rokok kretek gitu yang tanpa filter.
"hehe maaf bang saya tidak bisa merokok" ucapku menolaknya secara halus.
Ya bukan brarti aku benar benar tidak bisa merokok. Tapi aku malas aja ngisap rokok jambu abang itu. Rokoknya itu ada bekas bekas noda hitam gitu. Ya maklum juga sih namanya pekerja bengkel.
Jadi mungkin biasa bagi dia namun tidak untuk aku. Apa lagi di jaman pandemi gini kan. Yahh lebih baik aku menolaknya saja.

Dia pun membakar rokoknya mengisapnya dalam-dalam dengan mata yang menuju langit-langit.
"lup.. Kau dengar cakap abang ni. Kau kalo ado yang nawari kerjo dengan gajih besak. Tapi belum jelas kerjonyo baik dok sah mau."

Aku hanya mengangguk tanpa mengatakan apa-apa.

"Abang ni kemaren tejebak di ajak orang kerjo. Yaa namonyo jugo butuh duet dak. Pasti mau la abg."
Tambahnya.

"ha terus bang pekerjaan apa yang di tawarkannya kepada abang?" tanyaku.

Bang acok pun mengehela napas panjang.

"mutuskan kepalak budak untuk di jadikan tumbal."
Ada rasa takut namun penasaran. Begitulah yang kurasakan. Karna memang dulu aku salah satu anak yang percaya atau pun takut dengan ucapan orang tua dulu. Yang melarangku untuk pergi main jauh-jauh. Orangtua ku selalu mengatakan "kalo ada orang turun dari mobil dan menawarkan uang
Permen, atau semacamnya jangan mau ikut." begitu lah pesan orang tuaku dulu.
Namun semakin besar aku semakin tidak percaya akan hal itu. Meski waktu kecil sering bersembunyi ketika mobil jeep lewat.
Namun malam itu semua terjawab.
Rokok pun di hisap dalam-dalam.
Terdengar suara percikan dari api rokok tersebut.

"sejarah kenapa jika orang dulu jika ingin kuat ataupun kokoh dalam membangun jembatan harus menggunakan kepala itu berasal sejak jaman penjajahan dulu."
"jadi dulu tu orang kito pernah betanyo dengan penjajah tu.
" mister.. Bagaimana caranya membangun jembatan yang kuat dan kokoh" tanpa mengatakan apapun kompeni itu hanya menunjuk kepala orang pribumi tu." tambah bang acok.
Aku yang mendengarnya hanya diam. Karna memang cerita itu sudah pernah aku dengar dari sumber manapun.

"terus awal mula abang bisa terlibat sewaktu kapan bang.?"

"jadi waktu tu. Kota ***** nak bangun jembatan besak yang menghubungkan ke kota **** dari situ la ado kawan abang
Nawari kerjo tu."

....
Story bang acok.

Terlihat seorang pemuda berbaring di pos ronda desa.
Pemuda yang memiliki postur tubuh kecil namun tegap dan berisi.
Tiba-tiba ada seseorang menghampirinya.
"woyy bangun.. Tidok manjang gawe kau" ucap seorang pemuda.

"ayy pant*k kau ni bar.. Aku ni bukannya tidok. Tak payah la kau mekik cak itu bikin orang tekejot be." ucap pemuda yang tengah berbaring di pos ronda itu.
"haha jadi kalo kau tak tidok tadi tu kau abes ngapo.. Ngayal jando tu yo." ucap akbar sambil tertawa.

"aku ni lagi pening bar..
Dak tek kerjo.. Awak ni bisonyo bongkar pasang motor. Nak bukak bengkel di kampung ni dak pacak. Modal jugo dak ado." keluh acok sambil menghela nafas
"hmm.. Kau mau kerjo di tempat proyek aku kerjo ni cok.?"

"emang masih nerimo.? Kemaren kato kau lah dak biso."

"ado.. Tapi bukan di bagian lapangan cok.. Tapi kau sanggop dak?" ucap akbar dengan nada yang sedikit meragukan.
"ayy gawe apo be mau la aku bar.. Yang penting dapat duet. Biak aku biso bukak usaha." ucap acok.

Akbar dan acok pun setuju dan akbar menyuruh acok untuk datang ke lokasi yang besok di tentukan.

Keesokan harinya acok pun kerumah akbar. Dia datang lebih pagi.
Setelah bertemu akbar mereka pun pergi ke tempat janjian yang di katakan akbar.
Di sebuah rumah gubuk atau biasa di sebut rumah para kuli bangunan di tepian sungai yang terlihat pasak tiang jembatan yang belum di pasang dengan sempurna karena arus sungai yang deras.
"mano kuli yang lain bar?"
Ucap acok yang sedari tadi tidak melihat siapapun.

"yang laen lagi di liburkan cok. Menjelang dapat tumbal." ucap akbar yang berjalan kearah rumah tempat ketua proyek tersebut.

"tumbal" batin acok. Namun dia tidak ingin menanyakan lebih lanjut.
Mereka pun masuk ke salah satu tempat tinggal ketua proyek yang terbuat dari kontainer tersebut.
Di dalam terlihat sudah ada dua orang dengan badan yang besar serta tegap. Sebut saja nama orang tersebut codet dan gondrong. Menurut bang acok waktu itu prawakan dua orang tersebut
Sangatlah seram. Yang satu memiliki codet di bagian mata hingga ke pipi. Yang satunya berambut gondrong dengan sebelah mata seperti bekas tersiram air keras.
Ketika melihat mereka datang dua orang tadi terus memandangi mereka. terlebih acok.
Tak lama.
Ketua dari proyek jembatan itu pun keluar dari kamarnya dan menuju ke tempat mereka berkumpul.
Diam.
Tidak ada yang memulai percakapan semua hanya saling tatap satu sama lain.
Hingga bang codet pun membuka pembicaraan.
"Berapo kau nak bayar kami untuk satu kepalak?"

*degg*
"Apa-apaan ini." batin acok bertanya-tanya namun dia berusaha tenang. Acok tau jika dua orang di hadapan ini bukanlah sembarang orang.
Ketua proyek itu seperti memikir-mikirkan sesuatu.
"akan saya hargai 100jt perkepala dan saya butuh setidaknya 4 untuk mengisi setiap pilar di tengah yang arusnya cukup deras." ucap ketua itu.
Semua seolah mengerti kemana arah pembicaraan ini kecuali acok. Dia sedari tadi masih bingung.
"seperti yang sudah saya katakan sebelumnya kami butuh mobil beserta sopirnya agar bisa lebih mudah dan cepat kami mendapatkannya." ucap gondrong.

Lalu tiba-tiba ketua memanggil akbar yang berada di belakang dua orang tadi.
"akbar Apakah teman yang kamu bicarakan itu sudah siap"
"owhh iya pak. Ini dia orangnya." ucap akbar sambil memdorong acok perlahan yang berbisik ketelinganya.
"cepat cok maju kau nak kerjo dak."
Acok maju perlahan sambil menyenggol-nyenggol akbar yang sedari tadi mendorongnya.

"kamu bisa bawa mobil?"

"bisolah pak." ucap acok
Sambil mengangguk.
"jadi benar kamu mau kerja ini.?"

"emang kerjonyo kek mano pak.?"

"yang jelas gajihnya jika berasil akan di berikan 100jt lebih. Jika masih bingung dengan pekerjaannya tanyakan saja kepada mereka berdua." ucap ketua sambil menunjuk codet dan gondrong.
Acok pun memandang mereka berdua. Namun kali ini mereka tersenyum yang sedikit menyeringai.

"kapan kami mulai bergerak?" ucap codet yang menanyakan kepada ketua.
"kumungkinan besok karena mobil yang sudah saya pesan untuk kalian belum datang" ucap ketua.
"kenapa tidak mencari yang sekitaran sini saja bukankah lebih cepat. Wahahah" ucap codet sambil tertawa.

"jembatan ini proyek besar. Warga akan curiga jika nanti mendapat kabar ada anak warga yang hilang.. Lagian juga keuntungan pembangunan ini dananya cukup banyak menguntungkan
Tidak ada salahnya jika saya mengeluarkan modal yang lumayan besar" pungkasnya.

Acok hanya mengikuti kemana arah pembicaraan mereka. Sejujurnya acok masih bingung dengan semua ini.
Keesokan paginya,
Acok sudah di tunggu gondrong dan codet di tempat biasa di janjikan.
Terlihat mobil jeep berwarna hitam sesuai yang di janjikan ketua proyek pada hari itu.

"nahh tu budak sialnyo baru datang kimak nian lah. Awak tepelongok nungguin diok."
(nah itu akhirnya anak itu baru datang. Kita sudah lama menunggu sampai ketiduran begini.) gurutu codet melihat acok dari kejauhan.

"woyy cepat dikit jalan tu. Macam penganten pulak." (jalan itu cepat sedikit. Jangan seperti pengantin.)
Tambah gondrong.
Acok yang melihat mereka
Berdua marah lantas mempercepat langkahnya bahkan hampir setengah berlari.
Hingga sudah didekat mereka berdua acok menundukan kepala.

"maaf bang. Kesiangan aku.. Dak tebiaso bangun pagi."

"ayy banyaklah ngota kau. Cepat bawak mobel tu. Kito ke kota ******* disitu banyak budak
Jalanan samo budak telantar. Siapo tau biso kito angkut agak-agak sikok atau duo." (ayy kamu jangan banyak bohong. Sudah.. Ayo kita ke kota.********* disana banyak anak jalanan sama anak telantar. Siapa tau kita bisa bawa paling tidak satu atau dua.) ucap codet yang langsung
Memasuki mobil.
Mobil pun melaju dengan sangat kencang acok yang sebagai sopirnya serta codet dan gondrong ada di belakang. Kursi depan sengaja di biarkan kosong untuk korban yang naik lalu di bagian belakang lagi. Terdapat sajam yang paling berkesan adalah sebuah gunting dengan
Ukuran cukup besar. Bukan.. Bukan gunting yang biasa di pakai untuk rumput taman. Namun terlihat lebih besar lagi. Yang sanggup memotong leher anak-anak hanya dengan sekali gunting..

....
"ooekkk"
"nahh ngapo kau lup temuntah. Pepelan minum kopi tu." ucap bang acok yang
Menegurku. Perut ku waktu itu seketika mual mendengarnya ketika leher bisa putus hanya dengan sekali gunting. Bisa di bayangkan betapa tajamnya gunting itu. Dan pastinya darah berceceran dimana-mana.
Dan juga aku merasa prihatin dengan anak-anak yang kecil udah main di jalanan.
Bukannya apa sih. Kalo udah bisa ngebela diri sih enak. Namun apa jadinya jika tidak bisa apa-apa dan di tawarin uang sama orang misterius dia malah ikut. Hem tak bisa ku bayangkan sih pada masa itu.

"lanjut apo idak ceritonyo ni lup?"

"lanjut aja bang. Aku tidak apa-apa kok."
....
Sesampainya di kota yang hendak di tuju. Terlihat sangat ramai.
Namun tiba-tiba mobil yang mereka tumpangi di hadang oleh sejumlah preman.
Kota yang mereka tuju memang pada masa itu sudah terkenal dengan haus darah. Tikam-menikam sudah lumrah terjadi bahkan menurut cerita
Beredar akibat ada orang yang menabrak anjing atau pun hewan peliharaan lainnya. Orang yang nabrak tadi bisa saja mati di tempat di habisi oleh pemilik hewan tersebut.
Slogan preman yang terkenal dulu ketika ada pendatang masuk ke kota itu adalah
"Aek sungai tu pasang apo surut.?"
(air sungai sedang pasang atau surut)
Jangan keliru ketika menjawab.
Sebenarnya inilah cara mereka menilai apakah pendatang itu seorang pemberani atau tidak.
Ketika pendatang mengatakan air sedang pasang. Itu berarti seorang pendatang ini
Tinggi ilmu dan berani menantang para preman tersebut. Maka tanpa basa-basi pendatang itupun di hajar hingga mati. Lalu mayatnya di beri pemberat dan di lemparkan kesungai.
Dan sebaliknya jika menjawab air sedang surut. Maka berarti pendatang itu tidak kuat atau tidak sanggup
Melawan preman itu. Dan akan mempersilahkan pendatang itu masuk tapi dengan satu syarat. Harus membayar pajak. Paling tidak 10rb.
Dulu 10rb sudah cukup banyak ya.

Setiba mobil yang di kendarai acok codet dan gondrong si halangi preman. Acok pun berhenti namun kaca mobil
Tidak di bukanya.
"Cak mano ni bang.?"(bagaimana ini bang) tanya acok memandang kebelakang.
Tanpa mengatakan apa-apa codet dan gondrong pun turun dari mobil.

"kimak kamu ni.. Aku nak lewat di hadang-hadang pulo. Belum kenal siapo aku yo." (kuangajar kalian. Aku mau lewat
Kenapa di hadang. Kalian belum kenal siapa aku.) teriak codet dengan suara garang.
Lantas.. Para preman itu tertawa dengan keras sekerasnya.
Lalu salah satu preman tadi yang memegang kayu beroti mengatakan.
"prangai jagok di kampung jangan di bawak kekota.
Agek balek tinggal namo." (sifat jagoan di kampung jangan di bawa kekota. Nanti pulang hanya tinggal nama.)
Lalu tiba-tiba hantaman keras mendarat di wajah salah satu preman tersebut tersungkur hingga mengenai temannya.
Seketika mereka terdiam.
"panggel.. Mano.. Mano Bos kamu ha.. Nak kutangani sekalian yo." (mana. Panggil bos kalian. Biar aku hajar sekalian.) ucap codet yang mulai emosi. Gondrong terlihat masih santai di samping codet.
Tiba-tiba seorang dengan prawakan yang hampir sama dengan codet menghampiri mereka.
"awas.. Mengger.. " (awas minggir dulu) ucap orang itu sambil menghampir mereka.
Tiba-tiba orang itu menghampiri codet lalu bersalaman dan memeluknya.
"ayy codet ruponyo.. Apo kabar. Lamo dak ketemu ni.?"
Ucap orang tadi yang ternyata bos dari para preman tersebut.
"baek la wan.. Hahaha maklum kawan ni sibok nyari duet."

"hahaha duet manjanglah kau tu. Samo siapo kau kesini.?"

Codet hanya menunjuk gondrong.
"Lah.. Samo langgak yang lamo la ruponyo. Apo kabar." (lah. Sama sahabat yang lama ternyata. Apa kabar) ucap iwan sambil
Berjabat tangan dengan gondrong.
"haha hamper be dak baek. Gegaro anak buah kau tu." ucap gondrong sambil tertawa.
Lalu iwan melihat para preman di belakang mereka.
"hmm budak ni memang suko cari koreng. Sudah la maafkanla kacong aku tu yo.( hm mereka itu memang suka cari
Penyakit. Sudah lah maafkan saja anak buah ku itu. )
Ucap iwan.

"ngomong-ngomong budak mano lagi yang nak kamu tujah mako datang kesini ni.? " (anak mana lagi yang mau kalian tikam sampai harus datang kesini lagi.) ucap iwan menanyakan kepada mereka berdua.
Iwan sangat mengenal. Codet dan gondrong. Merekalah pembunuh bayaran yang sering digunakan orang untuk menghabisi orang lain.

"hahaha dak ado siapo-siapo dak wan. Cuman nak cari kepalak budak- budak be awak kesini."

Iwan hanya tertawa mendengar itu.
Iwan sudah megerti maksud
Dari mereka berdua.
"jangan lupo det, gon.. kalo udah caer bagii-bagi ke kawan ni."

"wahahaa selow kau wan. Aku butuh paling idak 4 kepalak ni. Mau dak kau bantu nyarikan.?" ucap codet.
Iwan pun setuju.
Codet dan gondong pun kembali masuk ke mobil.
Banyak yang mengeluh tidak mengerti bahasanya.. Hm.. Skalian ni saya ajarin bahasanya ya. Jdi bahasanya itu sama kok dengan indonesia cuman berlogat O contoh.
Indonesia = sama
Melayu jambi = samo
Nah.. Mudah di mengerti kan. Yang saya translate itu bahasa yang susah aja.
"Stopp.. Stopp cok.." teriak codet sambil menepuk pundak acok.
Mereka berhenti tepat sebelum lampu merah. Terlihat mobil banyak mengantri karena juga macet. Lalu di pinggiran jalan banyak anak-anak mengamen sambil mengetuk pintu mobil.
"apo hal bang" (ada apa bang)

"sekarang kau turon. Na duet.. Ajak budak tu makan pokoknyo apo yang diok mau la kau belikan. Ajak kiro-kiro duo orang lah. Yang galak di lolo in be biak lebih enak." (sekarang kamu turun. Ini uang.. Ajak anak itu makan dan apa yang dia mau kamu
Belikan. Ajak paling tidak dua orang. Yang bisa di bodohin saja biar lebih mudah) ucap codet sambil memberikan beberapa lembaran uang seratus yang dia dapat dari ketua proyek sebagai modal.
Acok pun meneguk liurnya.
Dia tidak yakin apakah dia bisa mempengaruhi anak-anak itu.
Karna paksaan dari codet, mau tidak mau acok turun dari mobil. Sebelum dia turun dia memarkirkan mobilnya di tempat yang strategis.
*dumppp*
Pintu mobil pun di tutup. Acok mulai melangkah mendekati anak yang sedang mengamen itu. Acok pun mendekati dua orang anak kecil berumur sekitar 7 tahun dengan mengenakan baju yang terlihat lebih besar.

"adek padek nyanyi. Cubo nyanyi selagu abang mau dengar?"
(adek pandai bernyanyi. Cobak nyanyikan satu lagi abang mau mendengarkan) ucap acok kemudian duduk di trotoar jalanan.
Awalnya anak itu malu-malu.

Hanya bermodalkan gitar kecil anak itu mulai bernyanyi.

Apakahnya suaranya bagus?
Tentu saja tidak..
Namun acok seolah menikmati
Agar anak itu merasa nyaman dengannya..

Setelah selesai menyanyi acok pun menepuk tangan mengapresiasi anak tadi..

"hemm. Nampaknyo nyanyi tadi lesu nian. Udah makan apo belum?" (kelihatannya pas bernyanyi tadi terlihat sangat lesu. Apa kalian sudah makan?) ucap acok sambil
Melihat anak itu bergantian.
Serentak anak itu menjawab.
"belum bang."
"lah dari pagi dak makan bang. Ini mako turun kejalan mau cari makan la bang." tambah salah satu anak itu.

"emm iyolah kalo gitu ikot abang dulu lah. Kito makan di rumah padang." (okelah kalo begitu.
Ikut abang saja. Kita makan di rumah makan padang.)
Ucap acok mengajak kedua anak itu.
Bukan main senang anak itu langsung kegirangan mengikuti langkah acok.
Memang dulu itu kalo udah makan di rumah makan padang pasti kesannya mewah. Karna dulu biasa itu rakyat menengah kebawah
Itu hanya makan di warung-warung gitu. Udah itu kalo makan di warung ya lauknya paling mahal juga ayam. Dan masakannya hanya dua macam. Kalo gak ayam goreng ya ayam gulai.
Singkat cerita acok pun sudah sampai di rumah makan padang tersebut.
"uda.. Hidangkan lah lauak-lauak nan lamak untuak duo budak ketek ko da."(bang.. Hidangkan saja lauk-lauk yang enak untuk dua anak itu bang.) ucap acok kepada pemilik rumah makan tersebut.
Meskipun acok bukan orang padang namun dia sedikit bisa berbahasa padang.
Karna acok pernah di ajarkan. Jika mau beli apa-apa sama orang padang coba lah untuk berbahasa padang pasti akan lebih murah.

Terhidanglah beberapa lauk yang kelihatannya nikmat. Rendang daging hingga kepiting saus padang pun terlihat. Sehingga acok merasa lapar dan ikut makan.
Dua anak tadi terlihat begitu lahap makan. Hingga beberapa kali tambah nasi pun mereka masih lahap makannya.
Melihat mereka yang begitu lahap makan acok jadi merasa kasian dengan mereka. Namun demi uang acok terpaksa mengorbankan mereka.
Tak lama mereka pun selesai makan.
Terlihat wajah mereka begitu puas menyantap hidangan itu.

Acok pun menuju meja kasir untuk membayar semuanya.

"iko bara pitinyo da?" (itu berapa semuanya bang) ucap acok.

"aihh indak usah banyak-banyak la da. Enampuluah be da.
Sesamo urang awak ni indak usah mahal-mahal." (aihh tidak perlu banyak-banyak lah bang. 60rb saja. Sesama orang kita(minang) ni tidak perlu mahal-mahal.) ucap pemilik rumah makan tersebut.
Acok pun membayarnya dan kemudian dia pergi lagi bersama dua anak itu.
"udah kenyang.?" tanya acok kepada dua anak itu. Mereka tidak menjawab namun hanya mengangguk.
" mau abang antarin balek dak.? Kesian pulak abang ningok kamu beduo balek kerumah bejalan." (mau abang antarkan pulang tidak? Abang jadi kasian melihat kalian pulang jalan kaki) ucap
Acok.
"abang be bejalan. Nak pakek apo abang ngantar kami."

"yok lah ikut naik mobil abang."

Acok pun membawa mereka ke tempat dimana dia tadi memarkirkan mobilnya.
Sesampainya disana acok membukakan pintu mobil sebelah depan.
"na. Masuk la dek"
mereka berdua pun masuk.
Kemudian acok masuk juga ke pintu mobil sebelahnya.

"ha om beduo tu kawan abang." ucap acok sambil menunjuk codet dan gondrong.
"ayy lamo nian kau ni cok sampe tetidok aku dalam mobel ni ha." (kamu lama sekali cok. Sampai tertidur aku di dalam mobil)
Gurutu codet.
"yo maklum la bang. Namonyo jugo caro halus. Jadi pelan pelan la ngajaknyo bang." (ya maklum bang. Namanya juga secara halus. Jadi perlahan la mengajak mereka bang. ) ucap acok.
Dua anak tadi hanya diam. Mereka tidak mengerti maksud dari percakapan acok dan codet
Tersebut.
Hari pun mulai gelap.

"rumah adek dimano?" tanya acok kepada dua anak itu.
"kami tinggal di jalan ***** masuk ke lorong.**** itu na bang." ucap anak itu.

"wayy jaoh tu dek. Tidok la dulu kalo udah sampai kagek abang bangunkan." ucap acok yang menipu dua anak itu.
Malangnya. Mereka berdua pun percaya dan mencoba untuk terlelap. Karna memang langit sudah gelap.
Bukannya membawa ke tempat tujuan acok justru membawa mereka ke tempat yang sangat jauh terpencil seperti pedesaan gitu namun masih banyak hutan belukar di tepian jalan.
Setelah di rasa cukup jauh dari pemukiman.
Codet pun menepuk pundak acok.
"dahh dah cok. Stop sini."

Sangat gelap. Kiri kanan masih terlihat semak belukar dengan jalan tanah kuning yang tandus.
Codet pun menyuruh gondrong mengambil peralatan.
Karung goni dan gunting besar.
Kemudian. Mulut dua anak tadi dengan cepat gondrong dan codet menutupnya menggunakan lakban hitam hingga menutup ke hidung. Karena kaget. Mereka pun terbangun namun dengan kondisi mulut di lakban. Sehingga tidak bisa berteriak. Setelah itu kedua tangan mereka pun di ikat juga.
Meski coba untuk meronta namun apadaya. Tenaga mereka tidak sanggup melawan 3 orang dewasa.
Karna hidung dan mulut mereka tertutup sehingga tidak bisa bernafas perlahan mereka mulai lemas hingga pingsan.

"cepat kau angkut budak tu bawak ke semak." ucap codet memerintahkan acok.
Acok pun segera keluar dari mobil dan mengotong salah satu anak itu.
Memasuki semak yang hanya bermodalkan senter yang tidak terlalu terang.
Kemudian dua anak tadi di baringkan berjejer. Dengan kondisi mulut yang masih di lakban.
Dengan mata kepala sendiri.
Acok melihat codet mengunting kepala mereka hingga putus.
Tangan acok terlihat gemetar memegang senter tersebut.
Kemudian kepala mereka tadi di masukan gondrong ke dalam karung goni yang telah di sediakan.
Terlihat darah menetes di karung tersebut.
Melihat itu, Kini rasa takut mulai menyelimuti acok.
Tubuhnya dari tadi tidak hentinya bergetar.
"dosa.. Dosa.. Apakah ini dosa.." batin acok yang terus saja meronta.

"woyy.. Jangan bengong be.. Bantu na masukan mayatnyo ke karung sikok lagi." ucap codet yang sedikit berteriak.
Seketika acok pun tersadar dari lamunanya.
Demi apapun acok benar-benar terpaksa melakukan ini semua.

Setelah semua selesai mereka pun kembali mengotong mayat dua anak tadi namun kali ini kepala mereka telah terpisah. Gondrong dan acok menggotong tubuhnya semetara codet
Membawa kepala mereka.
"mau kito kuburkan dimano ni bang?"

"kubur..? Kito lempar be ke sungai.. Masukan batu gek dalam karung tu biak dak nimbol."

*deggg* lagi lagi batin acok tersentak mendengarnya.
"Brummm.. Brumm.."
Mobil tepat pukul 2 malam mobil berhenti di jembatan ****** yang di bawahnya mengalir sungai ****
Karna kondisi malam itu sangat sepi mereka dengan mudah membuang mayat itu tanpa sepengetahuan orang lain.

*mbyyyarrrr* suara air ketika mayat itu di lemparkan.
"huhh.. Penat jugo gawe gini ni bang eh.." (ternyata lelah juga bekerja seperti ini ya bang) ucap acok dengan nafas yang masih terengah.

"haha ini baru duo yang kito dapat cok. Masih nyari duo lagi.. Masih mendeng ni cuman empat. Abang kemaren waktu jembatan yang sekarang kito
Jijak ni.. Sepuloh kepalak lagi yang harus di cari..". (haha kita baru mendapatkan dua dan masih ada dua kepala lagi yang harus di cari. Itu masih mendingan cuman empat kepala. Dulu waktu pembangunan jembatan yang sekarang kita pijak ini. Itu menggunakan sepuluh kepala) ucap
Codet sambil mengetuk besi penghalang jembatan dengan tangannya.

"sepuluh kepala..?" gumam acok di dalam hati. dan lagi-lagi dia meneguk liurnya.

Lama mereka terdiam. Sambil merasakan angin malam. Lalu mereka pergi setelah di rasa angin malam mulai menusuk ke tulang.
Malam itu acok sama sekali tidak bisa tidur. Hingga ke pagi hari.
Codet dan gondrong tertidur di belakang. Hingga matahari pagi pun mulai datang.
Codet pun terbangun.
"lahh pagi yo.. Kito ke kampung ******* be disano ado sekolahan yang jaraknyo cukup jauh dari pemukiman." ucap
Codet yang masih setengah Sadar dalam tidurnya. Tanpa mengatakan apa-apa acok langsung memutar mobilnya dan mengarah ke kampung yang katakan codet tadi.
Benar saja..
Ada sebuah perkampungan yang rumahnya tidak begitu banyak. Lalu beberapa kilo meter terlihat ada sebuah sekolahan
"stop dekat sini be cok. budak sekolah tu belum balek." (berhenti di sini saja cok. Anak dari sekolahan itu belum pulang.) ucap codet sambil menyuruh acok menepikan mobilnya sedikit memasuki semak belukar.

Jam masih menunjukan pukul 8 pagi. Biasanya anak sekolah pulang pada
Pukul 10 pagi. Mereka pun menunggu di dalam mobil. Codet yang merasa bosan lantas menyuruh acok mengambil papan catur yang di letakan di belakang mobil.
Acok pun melangkah keluar dan menuju bagian belakang mobil. Benar saja. Ada papan catur disana dan di sebelahnya terletak
Sebuah peti yang berdarah.
Ya.. Itu adalah tempat dimana kepala dua anak malam itu disimpan.
Acok pun cepat cepat mengambil papan catur itu lalu dia kembali ke dalam mobil.
Codet dan gondrong pun bermain catur fi kursi belakang mobil itu dan acok hanya melihat dari kursi depan.
Selalu ada gelak tawa di setiap bidak catur di makan.
Setidaknya itu bisa sedikit meregangkan otak acok agar terbiasa dengan pekerjaannya ini.

Tanpa terasa jam sudah
Menunjukan pukul 10 pagi. Terlihat beberapa anak sudah mulai pulang berjalan kaki.
Beberapa anak ada yang berjalan beriringan namun tak jarang ada anak yang berjalan sendirian tertinggal dengan rombongan temannya. Anak-anak yang seperti itulah yang mereka incar.
Kini bukan lagi acok yang menculik anak itu. namun codet dan gondronglah yang turun tangan.
Codet dan gondrong tidak suka berlama-lama seperti yang di lakukan acok sebelumnya. Mereka berdua pun mengambil sapu tangan lalu di usapkannya obat bius di sapu tangan tersebut.
Ketika melihat dua anak sedang berjalan dengan jarak yang lumayan jauh antara dua anak tersebut. Dengan sigap codet menutup mulut anak itu dan yang satunya di tangani oleh gondrong.
Apalah daya jika kemampuan seorang anak kecil di banding dari dua laki-laki perkasa itu.
Mereka pun mengangkat mereka ke mobil dan mobil pun melesat dengan cepat meninggalkan tempat itu..
...

Rokok bang acok pun di matikan. Terlihat beberapa banyak puntung rokok berserakan di lantai.
"cerito selanjutnyo dak perlu abang sampaikan pun kau lah tau kan kek apo nasib budak tu tadi." (cerita selanjutnya tidak perlu abang kasih tau pun kamu sudah taukan seperti apa
Nasib anak itu tadi) ucap bang acok sambil memuntungkan rokoknya.

Bang acok ada benarnya. Dia tau jika aku tidak kuat mendengarnya apa lagi ketika kepala anak-anak itu di penggal menggunakan gunting besar yang di ceritakan bang acok tadi. Hmm..
"lantas.. Bagaimana bisa penculik yang di lakukan oleh kelompok abang pada waktu itu tidak ketahuan pemerintah." tanyaku yang penasaran.
Karna tidak mungkin rasanya kejahatan seperti itu tidak di selidiki.

Dengan bijak. Bang acok hanya menjawab.
"semuo di kendalikan dengan uang."

"haahh"

"karena uang mulut bisa tertutup.
Karena uang telinga bisa tuli.
Karena uang mata bisa buta."
Ucap bang acok yang waktu itu sedikit berteriak.

Yah.. Aku gak terima dong. Kalo semua di kendalikan dengan uang lantas apa gunanya orang
Sekolah tinggi jika uang yang menjadi penentunya. Sia-sia dong ngasah otak selama ini.

"definisinya gak gitu bang.. Menurut saya semua itu tidak di kendalikan dengan uang. Semua itu di kendalikan dengan otak.. Pintar otak uang bisa datang. Tapi banyak uang otak belum tentu
Pintar. Mohon maaf nih bang. Contohnya aja bos proyek abang pada masa itu.. Seharusnya dia berfikir menggunakan otak untuk membangun bagaimana caranya jembatan itu bisa kokoh. Bukan malah numbalin kepala bang. Itulah alasan kenapa penjajah waktu itu menunjuk kepala dengan maksud
Agar kita berfikir.. Semua teori tentang tumbal kepala itu salah bang." tegasku yang membuat bang acok sedikit terdiam.
Lalu bang acok tersenyum dan menepuk tangannya.
*prok.. Prokk.. Prok..*
"hmm kau ado betolnyo jugo lup.. Tapi entah kenapo setiap jembatan yang di kasih tumbal
Tu awet lup.. Kau tingok la ko na. Jembatan ****** yang dulu kato bang codet ado tumbal 10 kepalak. Udah tu jembatan ****** yang waktu tu 4 kepalak masih banyak lagi lup di pulau kito ni kalo proyek jembatan besak pasti guno kepalak. Lah lamo abang ni gawe cem tu. Tapi entah la
Sekarang lup. Abang pun kurang tau jugo lagi soal itu. Udah hampir 10 tahun jugo dah abang brenti." (hmm ada benarnya juga kamu nak. Tapi entah kenapa setiap jembatan yang di kasih tumbal pasti tahan lama. Coba saja kamu lihat jembatan ****** yang dulu kata bang codet itu ada 10
Tumbal kepala. Udah itu jembatan ****** yang waktu itu 4 tumbal kepala dan masih banyak lagi nak. Di pulau kita ini setiap proyek jembatan besar pasti menggunakan tumbal kepala. Sudah lama abang bekerja seperti itu. Dan entah sekarang. Apakah masih menggunakan cara itu atau tidak
Abang pun kurang tau. Sebab sudah hampir 10 tahun abang meninggalkan pekerjaan itu.) pungkas bang acok.

"abang ada rasa kasian gak saat menculik anak-anak itu bang."
Tiba-tiba air mata bang acok menetes..

"haa nangis.. Ada apa dengan orang ini" batinku. yang melihat kejadian itu
Lalu seketika air mata dengan mata yang berkaca itu di usapnya dengan cepat menggunakan kain baju lengannya.
"sampai sekarang lup.. Abang masih menyesali tu semuo. Pengen la abang tu ketemu dengan orang tuo budak-budak tu untok minta maaf.. Tapi mau di apo kan la lagi lup. Orang orang tuo nyo be abang dak tau" ucap bang acok dengan mata yang masih berkaca.
Di balik tampangnya yang sadis. Namun hatinya masih lembut. Itulah yang kunilai dari seorang bang acok.

Dari cerita bang acok itu aku bisa menyimpulkan kenapa pada masa itu penculikan itu jarang terungkap.
Yang pertama minimnya informasi karna pada masa itu android belum ada
Tidak seperti sekarang yang bahkan membunuh kucing saja bisa di penjarakan.
Yang kedua kasus tidak pernah di usut tuntas. Di karenakan pelapor tidak mempunyai banyak uang. Benar seperti kata bang acok tadi. Jika ada uang semua bisa aman.
Itulah alasan. Kenapa kelompok bang acok
Pada masa itu menculik anak-anak jalanan. Dan anak-anak kampung yang bisa di katakan tergolong (mohon maaf) Miskin.

Tanpa terasa malam itu menemani bang acok bercerita jam pun sudah pukul 2 dini hari. Itulah alasan aku bisa pulang karna mau sahur.
Cerita ini kudapat waktu itu kan lagi bulan puasa.
Langsung aja ya kan aku pamit.

"yaudah kalo gitu bang. Saya mau pamit pulang mau sahur bang. Kasian orang tua nungguin di rumah." ucap ku sambil berdiri dari kursi kayu panjang itu.
"iyo.. Iyo lup.. Balek la lagi. Rumah kau dimano. Mau abang antar sekalian dak." ucapnya sambil berdiri juga merogoh saku seolah mencari kunci motornya.

"ehh dak usah bang. Nyusahin abang pulak nanti hehe saya bisa sendiri kok bang." ucapku beralasan.
Yah padahal aku takut aja kalo abang itu nganterin. Takut kepala ku juga yang di tebasnya. Wkwk canda..

"ohh iya bang. Itu berapa yang biaya motorku tadi."
"dak usah di bayar lup.. Bawak be. "

"lahh.. Gratis.. Makasih ya bang" ucapku yang tersenyum kepada beliau.
"iyo.. Iyo.. Abang jugo makasih udah mau kawani abang malam ni." ucapnya membalas senyumku tadi.

Yaudah langsung aja aku gas motor menuju rumah..
Sampai rumah benar saja. Ibuku nungguin depan pintu karna khawatir.
Yah hampir setengah jam juga sih ibu marah-marah karna telat
Pulang. Aku cuman jawab ban motorku tadi bocor. Udah itu langsung diam. Karna tau sifat ibu kalo di jawab dia makin lama ngomelnya..
Itulah seorang ibu. Sedewasa apapun sebesar apapun kamu. Di matanya kau tetap lah anak kecil baginya.
Semenjak hari itu. Aku sering mampir ke tempat bang acok.. Yah cuman sekedar main catur. Atau pun servis motor.. Kadang suka gak enak juga servis motor di situ. Selalu aja di gratisinnya. Padahal memang itu yang aku suka. Wkwkw
Oke.. Terimakasih telah membaca thread ini mohon maaf jika menggantung terlalu lama.. Next tetap aja bakal di gantungin lama.. Namanya juga sibuk. Hehe sekali lagi mohon maaf dan terimakasih..
Wasalamualaikum..
@bacahorror retweet dong min 😥

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Putra Ramadhan

Putra Ramadhan Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Angah_Put

Mar 3, 2021
"40 HARI"

"Dia akan mati atau menjadi gila seumur hidup namun akan ada resikonya"
"Apa itu mbah?"
"jika dia berhasil menjinakannya maka semua itu akan BERBALIK PADAMU"
..

based on true story
@bacahorror
#bacahorror Image
Malam atau sore akan saya mulai.
Sebuah cerita kelam yang dialami oleh kakak teman saya yang satu kontrakan di tempat perantauan ini.
Read 127 tweets
Oct 27, 2020
-Sepenggal kisah andi dan alasan kenapa ia berhenti menjadi nahkoda kapal- Image
Suara nyaring mesin perahu ketek yang melaju dari pelabuhan menuju kapal tongkang untuk mengantakan nahkoda yang ingin berlayar.
Sebelum itu kapal itu berhenti di dermaga besar tempat biasa kapal -kapal memuat barang.
Dengan kecepatan penuh, abdur pun melaju membawa perahu ketek tersebut membawa seorang nahkoda yang biasa di sebut yudi.

Hingga sampai di dermaga, yudi pun naik. Dan yudi mengajak abdur dulu naik kekapal karna kebetulan kapal belum berangkat.
Read 14 tweets
Aug 8, 2020
"Ingatlah.. Tidak ada perjanjian yang akan berakhir menyenangkan"

"Apapun akan kulakukan"

AKU SUDAH MEMPERINGATKANMU JANGAN PERNAH MENYESAL ATAS KEPUTUSANMU

-melanggar Larangan-
Seri ke 2
_Perjanjian Dengan Iblis Laknat_

@bacahorror #bacahorror Image
Akan di mulai besok pukul 09:00.
Sampai jumpa besok😊
Malam hari,
Terlihat sekitar 5 orang mondorong gerobak yang berisikan sound serta alat musik lainnya.
Di dalam 5 orang tersebut ada seorang wanita yang mengenakan pakaian layaknya biduan mengenakan baju serta rok mini.

"mau mangkal dimana ini bang"
Ucap laras berjalan
Read 242 tweets
Jul 29, 2020
APA YANG KAU LAKUKAN.?
"maafkan kami.."
TIDAK ADA KATA MAAF. KAU HARUS MEMPERTANGGUNG JAWABKAN SEMUA INI

-MELANGGAR LARANGAN-
_Horror Story_

@bacahorror #bacahorror
Baru pulang kerja..
Mandi dlu, sholat.
Dan langsung kita mulai wait bentar ya.😊
*srekkk.. Srekkk*

Langkah dari seorang remaja yang menginjak dedaunan kering yang berjalan memasuki hutan.
Bermodalkan ketapel serta beberapa batu di kantongnya,
Remaja itu berburu burung yang biasa dia lakukan di sore hari.
Read 178 tweets
Jul 3, 2020
"Apakah aku harus MENERIMA DAN MENERUSKAN DENDAM ORANG TUA?"
.
SUDAH SEHARUSNYA.. DAN INI SEMUA HARUS DI AKHIRI.

"Akhir Dari Garis Keturunan Terakhir"
_Palasik Kuduang_ PART III

@bacahorror #bacahorror
Sebelum itu..
Ada baiknya singga disini dulu.

Read 400 tweets
Jun 29, 2020
"Bekas Pabrik Limun"

Semua orang hanya tau apa yang di hasilkannya
Namun tidak tau kisah apa yang ada di balik itu semua.

_based on true story_
@bacahorror #bacahorror
Mood baik itu susah datang.
Akan saya mulai di 100 rt 😁 ahh dikit kok
Tahun 2000an minuman pabrik ini sangat terkenal di kota kuala tungkal. Dengan khas rasa sarsaparilla yang sangat menyegarkan bila di campur dengan es.
Read 99 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(