Statement Generaal majoor J.F.D. Bruinsma, Kpd Panglima Perang Tuanku Hasyim.
"Tokoh yang menjadi pemimpin dan menjadi jiwanya pertahanan yang merupakan musuh kita yang tidak kenal damai, tidak pernah tunduk maupun hendak mendekati dan yang mau berperang terus secara habis2san
"Walaupun sudah jatuh Kraton (Dalam) dan Sultan sudah tewas, Tokoh yang menjadi jenderalnya orang Aceh sebagai yang penuh, kegagahberaniannya, kecintaannya pada tanah air, orang yang ingin kita menceritakannya serba sendiri tentang dirinya."
“Tuanku Hasyim adalah kelahiran berbakat. Yah, kami tutup cerita kami tentang Tuanku Hasyim, panglima perang musuh kita, tokoh yang berani, penuh kebijaksanaan dalam mempertahankan Mesjid Raya "
" Dengan kesimpulan bahwa seandainya dia tidak pernah hidup, agaknya sudah bertahun-tahun lamanya kita memiliki Aceh dengan tenteram”.
Dikutip dari Buku : " De Vevoring Aceh’s Groote Missigit".
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
"Kami (Turki) memiliki sejarah ikatan persahabatan yang kuat sejak berabad-abad yang lalu. Nenek moyang kami tidak mengabaikan permintaan bantuan dari Sultan Aceh Alaeddin,"
( Recep Tayyip Erdoğan )
“Saya teringat Sultan Aceh Alauddin menangis meminta pertolongan kepada kami. Hari ini kita melanjutkan solidaritas kita dengan saudara kita Indonesia. Sebagaimana Rasulullah bersabda sesama muslim adalah saudara,”
Turki akan selalu hadir ketika Indonesia mengalami bencana. Sebab sebagai saudara, Turki juga merasakan sakit saat Indonesia berjuang melawan bencana.
“Kebahagiaan Indonesia juga menjadi kebahagiaan kami. Meski jarak kita berjauhan.
( Aceh membatu Singa Mangaradja perang melawan Belanda tahun 1877 dan awal 1878)
Di sana, pada akhir 1877 dan awal 1878, tiba-tiba diketahui bahwa sekelompok besar orang Aceh telah berpisah dari pantai untuk membantu di danau Toba Singa Mangaradja melawan Nasrani.
terhadap orang kulit putih (Bangsa Belanda) yang ingin menyebarkan agama Kristen di wilayahnya.
Bahwa sekelompok Atjehers, yang dipimpin oleh Teuku Ben Blang Pidië, telah melewati Siem-Siem untuk pergi bersama menyatukan (imam) Si Singa Mangaradja.
Setelah Wafat Cut Nyak Dhien Di Sumedang Jawa Barat . Perang tetap dilanjutkan Oleh Putri Nya Cut Gambang Bersama Suami Nya Teuku Mayed Di Tiro.
Zentgraff Menukilkan Watak Putri Cut Nyak Dhien Dalam Surat Kabar De Java Bode ,
" Bon Sang Ne Saurait Mentir "
( Seperti Orangtuanya, Begitulah Si Anak )
Cut Gambang Dan Suaminya Terus Bergerilya Di Pedalaman Pidie Mempetahankan Tanah Kelahiran nya dari tangan penjajah .
Namun Pada Tanggal 3 September 1910 , Terjadi Pertempuran Jarak Dekat, Pasukan Marsose Yg Dipimpin Oleh Schmid ,
Menembak Cut Gambang Bersama Suaminya , Akhirnya Cut Gambang Rebah Di Tanah Dan Schmid Menghampiri Cut Gambang Yang Sudah Berlumuran Darah Dan Schmid menawarkan air minum kpd cut gambang dan membalut luka tembak nya .
Kalau menurut Sumber Buku Dari Ulama Besar Asal Minangkabau Yaitu Syekh Sirajuddin Abbas Menyebutkan : Fatahillah adalah Pangeran dari Kerajaan Samudra Pasee (Aceh), Sehabis Pulang dari Mekkah Untuk Menuntut Ilmu, Akhirnya Beliau Tidak bisa pulang Ke Pase. karena perang & blokade
Laut Dari pihak portugis Sehingga Fatahillah Putar haluan ke Demak dan akhirnya Menikah dgn kerabat Istana disana Dan Fatahillah memimpin perlawanan terhadap Portugi Dan Akhirnya Fatahillah Berhasil Menaklukkan Sunda Kelapa Dari Tangan Portugis Dan Didirikan Lah Kota Jayakarta
Sumber : Sejarah Dan Keagungan Mazhab Syafi’i, KH Sirajuddin Abbas Ulama Besar Mazhab Syafi’i Dari Minangkabau.
Dan Berlanjut Pada Tahun 1525 M
Kapal Kapal Galleon Portugis Menghadang Kapal-kapal Galley Kesultanan Aceh Di Laut Merah.
Dan Pada Tahun 1569 M Armada Kapal Portuguese Kembali Melancarkan Serangan Kpd Kapal-kapal Aceh Di Pesisir barat laut Sumatra.
Dan Pada Tahun 1565 M. Kerajaan Ottoman mendukung Kesultanan Aceh Dan Mengirimkan Bantuan Kapal Kapal Perang Galley Bastard Dan Kapal Kardiga Dalam Perjuangannya melawan Portugis di Malaka.
Laksamana Wazirul Harb Habib Teupin Wan Atau Nama Asli Beliau Habib Abdurrahman bin Hasan Asseqaf.
H.C.Zentgraff : “ Bahwa Habib Teupin Wan merupakan sosok yang tidak kenal kompromi dengan Belanda dan terus menyerukan jihad untuk melawan penjajahan di Tanah Aceh.
"Habib Teupin Wan masih sangat muda tetapi karakter beliau sudah menunjukkan seorang pemimpin yang memiliki visi yang sangat tegas, yakni mengusir penjajah Belanda dari Tanah Aceh tanpa tawar menawar."
( H.C ZENTGRAAFF, Di Dalam Bukunya " ATJEH").
Laksamana Wazirul Harb Tuanku Hasyim Banta Muda.
General Majoor Bruinsma Di Dalam bukunya berjudul Verovering Aceh’s Groote Missigit, Bruinsma secara mendetail menyatakan kekagumannya kepada Tuanku Hasyim yang menyebutnya sebagai "Osman Pachanya Aceh."