Sebelumnya cukup ramai diskusi soal grafik Rt (source: Tim FKM UI), tentang "apakah PSBB di @DKIJakarta efektif?"
Ketika PSBB dijalankan, grafik Rt tidak turun signifikan. Menurut riset tsb, itu karena pelaksanaannya tidak efektif.
Laporan tim FKM UI juga menunjukkan bahwa 60% masyarakat di rumah saja itu tidak sia-sia. Terbukti berhasil menurunkan penularan. Bahkan sejak sebelum PSBB dimulai (10 April).
Tapi belum berhasil menurunkan Rt secara signifikan. Kenapa?
Karena pelaksanaannya tidak berhasil membuat masyarakat lebih patuh #DiRumahSaja.
- pembatasan pergerakan masy TERBUKTI efektif menurunkan penularan (Rt)
- Pembatasan pra-PSBB oleh DKI efektif menurunkan Rt
- Pelaksanaan PSBB 1 dan 2 tdk berhasil menaikkan kepatuhan masy, akibatnya Rt td turun signifikan
Sekarang kita lihat bagaimana publik melihat wacana RELAKSASI PSBB.
Keyword "PSBB", dg filter "relaksasi", "pelonggaran". Periode 15-20 Mei 2020.
Pada periode 15-20 Mei, isu besar terkait relaksasi PSBB:
a) Penegasan bahwa pemerintah belum melakukan relaksasi PSBB;
b) Kritik atas wacana relaksasi PSBB oleh pemerintah;
c) Syarat yang ditetapkan Anies Baswedan untuk pelonggaran PSBB di Jakarta.
Pemberitaan di media online cenderung mempertanyakan wacana pemerintah merelaksasi PSBB.
Kata “Gegabah” dan “Ekonomi” beberapa kali muncul sebagai headline di media nasional (misal detik.com, okezone.com, republika.co.id, dll).
Media online juga memberikan saran, agar pemerintah lebih mendengar ahli epidemiologi.
Di media sosial, setelah wacana relaksasi PSBB dijawab dengan, salah satunya, tagar #IndonesiaTerserah, penegasan Jokowi bahwa pemerintah belum melakukan relaksasi dominan direspons positif oleh publik.
Malah, publik berharap agar PSBB semakin diperketat, terutama karena masih banyak pelanggaran PSBB.
Kepada pemerintah, terus memperkuat dan memperluas informasi belum diberlakukannya relaksasi PSBB.
Amplifikasi juga berbagai upaya serius pemerintah dalam menegakkan PSBB di berbagai wilayah, dari mulai penyuluhan, imbauan, razia keramaian, penindakan, dll.
- Total 1.760 artikel ttg relaksasi PSBB.
- @detikcom merupakan portal yang paling banyak memberitakan topik ini dengan 82 artikel, disusul @republikaonline 76 artikel, dan @tempodotco 55 artikel.
- Penegasan belum ada relaksasi PSBB, memicu puncak pada 18 Mei.
Terdapat cluster pro dan kontra pemerintah. Media banyak dikonsumsi oleh cluster kontra, spt @kumparan, @CNNIndonesia, @detikcom, @republikaonline.
Kontra: @sociotalker, @falla_adinda, @mensionair.
• Narasi yang mengkritisi wacana pemerintah melakukan pelonggaran PBB mendapatkan engagement terbanyak.
• Cuitan @jokowi yang menegaskan pemerintah tidak mengeluarkan keijakan pelonggaran PSBB juga banyak diapresiasi netizen
Berikut ini daftar cuitan yang paling banyak diamplifikasi, dan yang kemungkinan besar mempengaruhi opini netizen. Dari: @falla_adinda, @mensionair, @jokowi, @sociotalker, @kumparan, @sandalista1789, @sirianagde, @elisa_jkt, @nurdinabdullahh.
Influencer dalam percakapan berasal dari berbagai kalangan, dari tenaga medis (@falla_adinda), akademisi (@sociotalker) juga berbagai akun natural menandakan tingginya perhatian publik atas isu-isu dan narasi yang diangkat melalui terkait pelonggaran PSBB.
Wacana pelonggaran PSBB yang sempat terdengar dari pemerintah dikritik keras oleh netizen, dan media juga menganggap itu gegabah. Buru2 klarifikasi dibuat oleh Presiden.
PSBB pada akhirnya akan selesai. Dan virus belum juga akan pergi. What's next?