. Profile picture
May 26, 2020 56 tweets 8 min read Read on X
Bojonegoro, 2015

"Kiriman Yang Ditanam"

"A THREAD"

based on true story

@bacahorror
#bacahorror
#threadhorror
Disini saya akan menjadi sudut pandang dari narasumber, semua yang ada di cerita ini sudah meminta ijin dari narasumber dan bisa dipertanggung jawabkan, demi keamanan dan kenyamanan bersama untuk tempat dan nama akan disamarkan.

Foto hanya pemanis
Waktu itu saya mendengarkan carita dari budhe saya yang sedang berbincang dengan beberapa saudara saya, tentang apa yang dialami oleh tempat usahanya.
Budhe punya usaha rias pengantin dan penyewaan alat alat pengantin. Budhe adalah sebutan untuk kakak perempuan dari ibu atau bapak kita kalau dijawa.
Budhe merasa beberapa hari belakangan terlihat usaha miliknya sedikit sepi pelanggan. Tidak seperti biasanya yang setiap hari pasti ada yang entah itu menyewa baju atau hanya untuk merias.
Melihat ada yang janggal dengan tokonya, Pakdhe memberikan beberapa doa doa yang dia bisa untuk kelancaran dan kenormalan tempat usahanya. Pakdhe adalah orang yang sedikit agamis, dan budhe adalah orang yang tidak begitu percaya akan hal hal yang mistis.
Ia selalu berfikir bahwa itu adalah hal yang lumrah dalam usaha. Hari demi hari setelah pakdhe memberikan doa doanya, tidak ada yang berubah dari toko tersebut, toko itu tetap sepi pengunjung.
Mendengar cerita itu saya menjadi ingat dengan pembina pramuka saya yang pintar akan hal hal seperti "itu", sebut saja Roi. Saya bicara ke budhe "dhe, aku lo enek konco sing iso ngerti koyok ngunuwi" (Dhe, saya punya teman yang mengerti tentang hal hal seperti itu).
Budhe minghiraukan, tapi nenek saya berkata "Yo jajal to takoko, gapopo" (Iya coba ditanyakan, gapapa).
Malam harinya saya berkunjung kerumah kak Roi, disitu saya menceritakan semua apa yang terjadi dengan toko budhe saya. Kak Roi langsung mengajak saya untuk melihat toko budhe saya.
Sebenarnya kak Roi juga bisa melihat toko budhe dari rumahnya, tapi dia ingin memastikan langsung ke toko tersebut.
Setelah sampai di toko dengan ditemani saya dan nenek, kak Roi mulai melihat sekeliling toko tersebut. Sedikit berdiam, entah apa yang dilakukannya, ia berkata "nek kene enek makhluk wedok telu, sing pertama iku pancene deke uwes manggon nek kene suwe,
sing keloro iku wong wedok tuo, lan sing ketelu iki yaiku makhluk kiriman, enek sing ngirim ndek toko iki, lan dipendem"
(Disini ada tiga makhluk perempuan, yang pertama itu memang dia sudah lama berada disini, yang kedua adalah sosok perempuan tua, yang ketiga adalah makhluk kiriman, ada yang menggirim di toko ini, dan dikubur).
Kak Roi melihat semua yang ada ditoko budhe, termasuk makhluk yang dikirimkan ke toko budhe.
Seketika itu saya, kak Roi dan nenek mencari cari apa yang ditanam disekitar toko tersebut. Tidak ada yang ditemukan.
kak Roi berkata "ndek kene nek mendem" (Disini tempatnya mengubur) dengan menunjuk tempatnya. Disamping toiletlah tempatnya, dibawah lantai kramik.
Toko budhe berbentuk kotak bersegi, dimana toilet berada di pojok kiri belakang, dan didepan toilet itu adalah kamar. Sedangakan di samping pintu kamar ada lemari, serta sofa dan beberapa etalase yang berada di samping tembok penyekat antara toilet dangan ruang utama toko.
Dengan melihat sifat budhe yang tidak begitu percaya akan hal hal mistis, tidak mungkin rasaya untuk mengabil barang "kiriman" Itu dengan membongkar keramik toko tersebut.Akhirnya kak Roi mencoba untuk mengambilnya dengan cara lain, dengan cara gaib yang ia bisa.
Malam itu selesai dengan pengambilan benda yang ditanam di toko budhe. Nenek memberikan amplop kepada saya, yang ditujukan kepada kak Roi yang sudah pulang.
Paginya saya kembali kerumah kak Roi untuk memberikan amplop yang diberi nenek, kak Roi menolaknya "opo iki ? Gausah"
(Apa ini ? Tidakusah). "Mboh ko mbah kok, wes to terimo ae gapopo" Kataku (tidak tahu dari nenek, sudahlah terima saja). Kak Roi menerimanya "sepurane, aku yo gak wani mbukak iki. Soale aku niate cuma nulung, nek mengko aku nerimo kabeh aku wedi nek dindo sing gak apik karo wong"
(Maaf saya juga tidak berani membuka ini, karena niat saya cuma menolong, nanti kalau saya menerima semuanya saya takut disangka yang tidak baik sama orang).

Kak Roi tidak mau di sangka dukun karena setiap membantu dia diberi imbalan.
Lama berbincang di rumah kak Roi, tiba - tiba kak Roi bilang kalau nanti malam dia akan ke toko lagi. "Engko bengi aku ape nek tokone budhe mu maneh" (Nanti malam saya mau ke toko budhe mu lagi).Lha kenopo kak ? Gak yo wes bar to debengi ?"
(kenapa kak ? Bukannya tadi malam sudah selesai ?).

Disitu kak Roi menceritakan apa yang terjadi pada malam ketika ia pulang dari toko budhe. Selepas pulang ia masuk kerumah, tak berapa lama pintu rumah ada yang mengetuk.
Mendengar suara ketukan tersebut sontak ibu kak Roi berniat membukanya.

Memiliki firasat tidak enak, dalam hati kak Roi berkata "lha kan pager omah lak wes tak kunci, kok iso enek sing ndodok lawang" (Kan pagar rumah sudah saya kunci, kok bisa ada yang mengetuk pintu).
Kak Roi pun melarang ibunya membuka pintu rumah. "Mboten usah buk, kulo mawon sing mbukak" (Tidak usah buk, saya saja yang membukakan).
Kaget apa yang dia lihat didepan pintu rumahnya. Dengan wajah seram dan marah sosok wanita yang dikirim ditoko budhe tersebut berada didepan rumahnya, bertatap muka langsung dengan kak Roi, makhluk tersebut berkata
"nek wani sesok bengi moro nek toko ayo gelud karo aku neng kono" (Kalau berani besok malam datang ke toko ayo bertengkar dengan saya disana).
Mungkin makhluk itu marah dan mendatangi kak Roi serta menantangnya karena kak Roi telah mengambil barang yang ditanam di toko budhe.
Malam harinya saya menunggu kak Roi di depan toko. Terlihat dari kejahuan motor kak Roi mendekat. Dari apa yang diceritakan kak Roi kemarin untuk bertengkar dengan makhluk itu,
dalam hatiku sebenarnya saya penasaran dengan hal hal gaib yang di ceritakan oleh kak Roi.

Kemudian saya memberanikan diri untuk ikut dalam ritual yang kak Roi lakukan.
"Kak aku ngko oleh melok gak ? (Kak, nanti saya boleh ikut tidak ?)
"We arep melok ? Yo gapapo, ngko tak duduhi opo ae sing kudu mbok lakoni karo nek we gelem mbesok tak uruki carane bereng, tapi alon alon"
(Kamu mau ikut ? Ya tidak apapa, nanti saya kasih tahu apa saja yang harus kamu lakukan dan kalau kamu mau nanti saya kasih tahu caranya juga, tapi pelan - pelan) jawab kak Roi.
Saya dan kak Roi kemudian masuk kedalam toko dan mencari tempat yang seminim mungkin dari cahaya agar kak Roi bisa fokus.

Kak Roi meminta untuk mematikan semua lampu yang ada ditoko, saya duduk disofa samping lemari dan menghadap tembok.
Sedangkan kak Roi memilih untuk berada di pojok kiri depan area toko, di antara etalase.

"Kue merem, cukup moco surat pendek sing mbok apali. Karo, nek kue kerungu enek suoro sing nyeluk kue utowo nek ngeroso hal hal laine kue ojo sampe melek.
Nek we melek, we bakalan weruh kabeh opo sing onok ndek toko iki" (Kamu tutup mata, cukup membaca surat surat pendek yang kamu hafal. Dan, kalau kamu mendengar ada suara yang memanggil kamu atau kalau merasa ada hal hal yang lainnya kamu jangan membuka mata.
Kalau kamu membuka mata, kamu akan tahu semuanya yang ada ditoko ini) jelas kak Roi.

"Wes, ndang" (Sudah, silahkan). Dengan aba aba dari kak Roi, saya mulai memejamkan mata dan membaca semua surat pendek yang saya hafal. Berulang ulang saya baca dan tidak terjadi apa apa.
Hingga akhirnya saya keget, terdengar suara perempuan tertawa. Suara itu terdengar seperti melewati bekalang saya dan kemudian menjauh.

Saya berfikir positif, itu hanyalah suara orang yang membeli bensin di sebelah toko budhe, hingga saya melanjutkan membaca surat surat pendek.
Tak berselang lama hal lain terjadi, telinga saya ada yang meniup bergantian kiri dan kanan sebanyak tiga kali.

Kembali mencoba berfikir postif hanyalah angin yang lewat, tapi saya teringat bahwa semua pintu di toko tersebut telah ditutup
dan terdapat satu kipas angin dinding, dan itupun terletak tepat diatas sofa, yang artinya jika kipas itu menyalapun angin akan terasa di kepala saya, bukan ditelinga.
Kembali didudukku dengan membaca surat surat pendek, lagi terdengar suara. Kali ini bukan suara perempuan tertawa tapi suara tutup botol kaca terjatuh dilantai, suara itu terdengar dari arah belakangku dimana tempat kak Roi duduk.
Dan tak berselang lama saya mersakan ada gesekan jari, gesekan itu terasa tipis di punggung.

Mungkin itu gesekan dari kak Roi yang sedang berinteraksi dengan makhluk tersebut.
"Wes, wes bar" (Sudah, sudah selesai) Kata kak Roi, menandakan semuanya selesai dan saya membuka mata
Saya menyalakan lampu dan terdiam mengingat apa yang terjadi olehku, untuk pertama kalinya saya merasakan energi setidak nyaman itu disekitarku.

Terlihat juga kak Roi menghela nafas cepat dan sedikit lemas karena energinya terkuras.
Kami berdua duduk di sofa dan minum air, lalu saya bertanya pada kak Roi "kak, sampean mau njogo aku to yo ?" (Kak, tadi kakak menjaga saya kan ?). "Ora, aku ket mau lungguh ning pojokan kunu. Yo kui ngunu bongso alus sing ape ngganggu kue"
(Tidak, dari tadi saya duduk di pojok sana. Iya itu adalah makhluk halus yang ingin mengganggu kamu) jelas kak Roi.

Saya menuju tempat kak Roi duduk dan mencari dimana tutup botol tadi yang terjatuh,
"lha mau enek suoro tutup botol ceblok nek ndi yo ?" (Tadi ada suara tutup botol jatuh dimana ya ?).
"Ora, iku mau ngunu percikanku karo bongso mau. Enek kres saitik lah" (Tidak, itu tadi percikan saya sama makhluk tadi, ada kres sedikit lah).
"Wes, kiriman mau wes tak baleko nang sing ngirim" (Sudah, kiriman tadi sudah saya kembalikan ke yang mengirim) kata kak Roi.
"Untung kue mau ora melek, nek kue melek kue bakalan eruh kabeh bongso opo ae sing ndek toko lan sekitare. Nek kue gung siap ndelok ngunuwi resikone gedi
kue iso depresi karo gangguan mental" (Untung kamu tidak membuka mata, kalau kamu membuka mata kamu akan tahu semua makhluk apa saja yang ada ditoko itu dan di sekitarnya. Kalau kamu belum siap melihat yang seperti itu resikonya besar, kamu bisa depresi dan gangguan jiwa)
"Yowes kak, aku gausah mbok ajari ndah" (Yaudah kak, aku tidak usah kakak ajari saja) balasku.

Malam itu selesai dengan perasaanku yang masih terbayang apa jadinya jika saya membuka mata, saya takut malam itu. Semua bayang bayang anehku bercampur dipikiranku,
malam itu setelah mengantar kak Roi kedepan toko lalu kak Roi pulang. Melangkahkan kaki menuju rumahku yang berada di belakang samping toko budhe, saya merasakan pundak saya begitu berat dimalam itu.
Bergegas menghubungi kak Roi perihal yang aku rasakan, kak Roi berkata "gapopo, sesok ayo melok aku. Aku yo ape dolan ndek nggone pakdheku" (Tidak apa apa, besok ikut saya, saya juga mau main kerumah paman saya).
Keesokkannya, didepan sekolahku saya bertemu kak Roi, dan dia melakukan sesuatu pada pundakku. Entah apa yang ia lakukan, pundakku terasa sedikit ringan setelahnya.
"Wes, ki ngono debengi enek sing liwat. Yaiku kethek, deke seneng karo kue. Kue saiki ditandai" (Sudah, itu tadi malam ada yang lewat. Yaitu monyet, dia suka sama kamu. Sekarang kamu ditandai) kata kak Roi. "Ditandai piye leh kak ? " (Ditandai gimana kak ?) Tanyaku.
"Yo goro gorone kue debengi melu aku, dadi awakmu iku ibarato wes bolong. Dadi iku iso dileboni karo bongso ngunuwi. Tenang, iso ditutup tapi yo alon alon gaiso langsung nutup"
(Ya karena kamu tadi malam ikut saya, jadi badanmu itu ibaratkan sudah bolong. Jadi bisa dimasuki makhluk seperti itu. Tenang, bisa ditutup tapi ya pelan - pelan tidak bisa langsung tertutup). Jelas kak Roi.
Hari demi hari setelah kejadian dua malam tersebut toko budhe kembali normal seperti biasa, ada pelanggan yang berkunjung ke toko budhe.
Sampai sekarang entah siapa yang menanam sesuatu ditoko budhe saya.
Dan setelah kejadian tersebut saya merasa diri saya lebih sesitif terhadap hal yang tidak kasap mata, seperti suara suara dan bayangan yang mungkin hanya halusinasi saya saja.
End.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with .

. Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(