My Authors
Read all threads
Menanggapi gejolak di jagad Twitter belakangan ini, Vatmin jadi ingin berkisah tentang cinta kasih, polemik, dan kesucian.

Konteksnya? Sama seperti sekarang: Wabah. Seabad yang lalu.

Tokohnya? St. Damien de Veuster (Damianus)

- UTAS-
Joseph de Veuster lahir di Belgia, 3 Januari 1840. Orang tuanya petani yang cukup kaya. Ia masuk dalam Kongregasi SS.CC, mengikuti jejak kakaknya, dan mengambil nama biara "Damien". Di kemudian hari, ia dikenal sebagai "Pater Damien".
Pimpinan Damien melihat bahwa meskipun ia adalah sosok yang kurang dalam pendidikan dan kecakapan hidup, namun ia adalah "seorang petani yang sungguh-sungguh bekerja keras untuk Tuhan dengan caranya sendiri."
Damien menjalani misi di Hawaii untuk menggantikan kakaknya yang tidak bisa berangkat. Ia sampai di Honolulu pada tahun 1864. Beberapa bulan kemudian, ia ditahbiskan. 8 tahun kemudian, ia pindah ke Molokai, tempat penampungan pasien kusta.
Mestinya, Damien diutus sebagai Romo hanya untuk orang-orang Katolik di sana. Namun, ia kemudian menjadi tenaga medis, konselor, guru, tukang bangunan, hansip, pembuat alat musik, penggali makam, dan petugas pemakaman untuk semua pasien kusta di sana.
Ia ingin membuat tempat penampungan itu sebagai rumah, bukan penjara. Ia mendirikan dua panti asuhan. Ia mengatur dan mengajarkan kebiasaan baik pada pasien dewasa. Ia mengajarkan orang-orang putus asa yang menunggu kematian itu semangat dan arti hidup.
Selama 10 tahun dari 16 tahun pelayanannya, Pater Damien tidak ditemani rekan Imam
lain. Akhirnya, pada tahun 1884, ia tertular kusta. Damien menulis bahwa ia tak ingin diobati bila untuk berobat ia harus meninggalkan pulau itu dan mengabaikan pelayanannya.
Dalam keadaan sakit, Damien terus melayani pasien kusta tanpa kenal lelah sampai sebulan sebelum wafatnya tahun 1889. Ia dimakamkan di samping gereja yang ia bangun. Ia diangkat menjadi Beato oleh Yohanes Paulus II (1995), kemudian Santo oleh Benediktus XVI (2009).
Karena karyanya yang terlihat sangat profan, ada berbagai polemik dan rumor negatif yang beredar, sebelum dan sesudah kematian Pater Damien. Salah satunya karena waktu itu penyakit kusta dianggap menular lewat hubungan seksual.
Pelayanan Damien memang membuatnya jauh dari gambaran seorang Imam yang elit dan bersih. Ia lebih tampak seperti relawan. Bahkan, ada yang menuliskan Pater Damien sebagai "orang kasar dan kotor", yang tertular penyakit karena kecerobohannya.
Alih-alih menulis traktat Teologi, Damien justru lebih banyak menulis surat untuk penggalangan dana dan undangan bagi sembarang Imam untuk berkarya bersamanya. Karenanya, para pimpinannya dan rekan-rekan Imam sempat menilainya secara keliru.
Rumor dan polemik ini cukup menambah derita Damien di sisa hidupnya. Bayangkan ironi itu: di saat orang-orang sibuk berdebat dan menghakimi, ia yang diperdebatkan itu justru sedang sibuk melayani dan mengasihi dalam keadaan sakit keras!
Mereka yang dilayani itulah yang akhirnya memberi kesaksian tentang Pater Damien, bahwa ia sungguh orang baik! Proses kanonisasinya cukup lama, namun akhirnya ia menjadi Santo pelindung orang kusta dan penyakit menular tak tersembuhkan lainnya.
Kisah St. Damien adalah tamparan buat kita saat ini, yang bicara dalil-dalil kesucian sembari memarahi orang; yang bicara kebenaran sambil menghakimi dan menyalahkan sana-sini; yang cepat sekali menilai orang, tapi lambat sekali mencintai.
Tidak bisakah kita beriman dengan rendah hati seperti St. Damien? Mewartakan kebenaran tanpa menyesat-nyesatkan, menghabiskan energi untuk mengasihi, dan menanggung semua tuduhan-umpatan tanpa nafsu membalas dendam?
Media sosial itu cuma etalase, seperti rumor St. Damien. Siapakah kita yang merasa tahu dan berhak menghakimi kekayaan pribadi di balik etalase itu? Bukankah tugas kita cuma mengasihi dan mewarta? Bukankah menghakimi dan menghukum itu hak Tuhan?
1 Kor 13:2: "Sekalipun aku mempunyai karunia utk bernubuat & aku mengetahui segala rahasia & memiliki seluruh pengetahuan, & sekalipun aku memiliki iman yg sempurna utk memindahkan gunung, tetapi jika aku tdk mempunyai kasih, aku sama sekali tdk berguna"
"Tapi, kita marah dan menyalahkan itu kan karena mengasihi? Harus tegas dan galak dong kalau soal menjaga kebenaran!"
Vatmin mau menutup utas ini dengan dialog kecil. Kisah nyata untuk direnungkan.
Dalam pertemuan, Bapa Uskup mengingatkan para Romo agar tidak suka marah-marah.
Seorang Romo yang terkenal suka memarahi umat berdiri dan bicara, "Tuhan Yesus saja di Bait Allah marah waktu ada yang salah!"
Uskup itu menjawab singkat, "marahnya Tuhan Yesus itu... suci."
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Jubir Vatikan Partikelir

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!