Kecerdasannya luar biasa. Di kelas VI 83 HIS, ia hafal isi kamus Koenen kecil dari A sampai Z. Ia dijuluki Lopend zakwoordeboek (kamus kecil yg berjalan).
"Ia orang yang tenang, ketawa juga tenang, menekuni buku-buku juga tenang. Semua yg dipelajari nampaknya terus tertanam dalam pikirannya. Kelihatannya jalannya lurus, tanpa belokan, tanpa lubang."
Prinsipnya: "Seperti halnya orang setiap hari harus makan dan minum, begitu pun setiap hari saya harus pergi mengikuti perayaan Ekaristi."
Tugas pertamanya ia mjd pastor paroki Muntilan & dosen Seminari Tinggi.
Sebagai pengajar di Seminari Menengah inilah yang mengantarkannya pada nasib yang ngeri.
Di Seminari menengah sedang ujian. Asrama tak luput dari lalapan api. Anak-anak mencoba memadamkan api tapi laskar besar Hizbullah bersenjata lengkap melarangnya.
Jelang malam, tentara Hizbullah mengundang para pastor untuk berunding mengenai nasib gedung misi dan personilnya.
Akhirnya, Rm. Sandjaja ditemani Frater Bouwens (mewakili imam belanda) dan Bruder Kismadi.
Tubuh Rm Sandjaja ditemukan penuh dg tusukan benda panas. Dahinya berlubang. Tengkuknya berlubang. Sadis!
Pak Willem, ayah Rm Sandjaja hancur hatinya mendapati anaknya dalam keadaan spt itu. Ia meminta kedua jenasah itu dikuburkan di pemakaman setempat.
Ia disebut telah menyelamatkan rekan-rekan imam lainnya.
Lebih dari itu, setialah akan imanmu!
Terakhir, mari berbisik dalam hati:
"Romo Sandjaja, doakanlah kami!"