My Authors
Read all threads
MENYEPI DI DALAM RAHIM IBU

A Thread

By Kisah Tanah Jawa
Ibu, sosok ini punya arti penting dalam peradaban manusia. Bagi orang Jawa sendiri, sosok Ibu identik dengan istilah Garba atau Gua Garba untuk menyebut rahim.
Dari sanalah titik perjalanan hidup manusia berawal, semenjak ruh ditiupkan, sampai pada saatnya pulang pada penciptanya, dengan kata lain, Gua Garba adalah simbol dari terciptanya manusia dan kebudayaan.
Selama hidupnya, manusia terikat pada konsep kosmologi jagad cilik dan gedhe. Dikatakan demikian karena manusia adalah perwujudan kecil dari dunia.
Dalam diri kita terdapat semesta hutan, sungai, lautan, gunung, dan lain sebagainya, itu sebabnya manusia disebut sebagai jagad cilik, sementara itu alam semesta disebut jagat gede.
Jagad cilik saling berhubungan dengan jagad gede, keduanya bisa saling mempengaruhi satu sama lain.
Di Yogyakarta sendiri terdapat sebuah Gua yang dari bentuknya, oleh masyarakat disana dianggap menyerupai seperti vagina (yoni).
Masyarakat disana percaya jika mereka tidak memiliki keyakinan dan keteguhan hati, maka akan sulit bagi mereka untuk masuk ke dalam Gua, Goa yang memiliki lorong yang fleksibel tersebut, terletak di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
Jika kita sebut sosok Ibu sebagai jagat cilik, maka kita bisa bilang bahwa gua yang berada di Desa Bleberan tersebut adalah jagad gedenya, dalam arti yang filosofis sebagai semesta yang lebih luas.
Gua yang berbentuk vagina ini biasa dipakai oleh beberapa tokoh besar sebagai tempat bersemedi, dari era pelarian Majapahit, Sunan Kalijaga hingga Bung Karno dipercaya pernah bersemedi disana.
Memasuki ruang di dalam gua, kita seperti masuk pada dimensi lain, memasuki asal usul bagaimana dulu kita berasal, kesadaran makna seperti itu biasanya akan terjadi saat kita tengah melakukan semedi didalamnya.
Bicara tentang Gua, tidak lepas juga dari peran sejarah Gunung Kidul di dalamnya, Gunung Kidul dulunya merupakan kawasan yang berupa hutan belantara.
Hingga kini terutama di dalam Gua tersebut, masih sering dipakai untuk semedi, meminta hajat, dan untuk menguji kemampuan spiritual, biasa mereka datang ke Gua pada hari-hari tertentu, yaitu hari Selasa Kliwon, Jumat Kliwon dan Rabu Legi.
Mereka harus memiliki keyakinan yang kuat dan niat yang bulat, sebab akan ada banyak godaan selama melakukan semedi.
Godaan saat melakukan semedi itu tidak lepas dari sejarah Gunung Kidul itu sendiri, yang pada masa lalu pernah terjadi perang besar, pada saat Panji Harjodipuro akan melakukan pembabatan hutan, dengan dibantu oleh Mbok Nitisari seorang dukun sakti dan pintar.
Mereka berhasil mengalahkan sosok penunggu disana yang memiliki kekuatan besar, yang dikenal sebagai jalma mara jalma mati angker Nyi Gadung Mlati, sang penguasa kawasan Alas Nongko Doyong.
Nyi Gadung Mlati sebagai penguasa kawasan Alas Nongko pada awalnya tidak pernah setuju dengan permintaan dari Mbok Nitisari, yang memintanya membuka wilayah untuk proses pembabatan, hingga akhirnya terjadi pertempuran, yang membuat Nyi Gadung Mlati kewalahan dan menyerah.
Akhirnya Nyi Gadung Mlati mengizinkan wilayah Alas Nongko Doyong dibuka sebagai wilayah Kadipaten Gunung Kidul.
Namun Nyi Gadung Mlati tidak begitu saja memberikan wilayahnya, Nyi Gadung Mlati kemudian memberikan persyaratan agar setiap tahun dibuat sesaji, agar dirinya bisa tetap hidup, dan ikut menjaga Alas Nongko Doyong untuk selamanya.
Sesaji itulah yang kemudian dianggap sebagai sesuatu yang sakral hingga saat ini, termasuk kepada mereka yang akan masuk dan bertapa didalam Gua, sesaji dianggap sebagai penghormatan kepada penunggu disana termasuk kepada Nyi Gadung Mlati.
Sehingga mereka yang akan melakukan semedi disana diwajibkan juga untuk membawa sesaji, tentunya itu dilakukan untuk menghindari mereka dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Terlepas dari gangguan yang ditemui saat kita melakukan semedi, ada makna filosofis dari arti bertapa dalam gua tersebut, dimulai dari diri kita sendiri sebagai manusia, baik lelaki maupun wanita, merupakan simbol dari lingga sang ego.
Seperti kita masuk kedalam Gua untuk bersemedi, itu ibarat seperti lingga masuk kedalam yoni, yang berarti saat kita selesai bersemedi, saat kita keluar dari dalam Gua, kita diharapkan bisa sesuci dan selugu bayi yang baru dilahirkan.
Gua ibarat rahim yang berarti sayang, ini juga mengajarkan kita, bahwa kita tidak akan muncul di dunia ini tanpa peran Ibu. Ibumu adalah rumahmu, rumahmu adalah Ibumu.

Kontributor: Deli Putra
Ilustrator: Kakak Day
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with The Lost Book

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!