Based on true story
A THREAD
Horror story by
@annograph
@bacahorror @bagihorror @IDN_Horor
#bacahorror
Aku akan bercerita sebagai sudut pandang orang pertama / ibuku.
Arai, seorang pegawai operator alat berat salah satu perusahaan Plywood terbesar di Indonesia.
Sebagai gambaran, perusahaan ini membangun camp tarik untuk para pegawainya di wilayah Hutan Tanaman Industri.
Penduduk kampung setempat dan juga merupakan seseorang yang ku kenal.
(Su=Paman. Dari kata usu/bungsu sebagai paman/bibi termuda).
Su Demong sendiri adalah paman dari Arai, dialah yang mengajak arai bekerja di perusahaan itu.
“Udah num, Nara pun dah siap.” Jawab Arai kemudian
“Bagus lah kalau udah yakin, aku bantu apa ni?” tanya ku lagi
“Ndak ada, nanti kalau aku perlu bantuan pasti aku bilang num. Minta doa jak dulu.” Ujar arai
“Makasih num, makasih banyak. Aku pulang dulu. Sampai ketemu besok di logpond.” Kata arai mengakhiri perbincangan malam itu.
Yang mana segala hal berbau mistis, adat maupun tradisi masih sangat dipegang erat disana.
Semua pantangan jangan dilanggar, karena bisa berakibat fatal.
Sebagai pegawai perusahaan yang memiliki penghasilan lumayan besar, arai memenuhi sekian banyak syarat melamar gadis pujaan hatinya tersebut.
Aku, sahabat Arai merasa sangat berbahagia.
Bukannya apa, Arai termasuk bujang tua. Sudah berumur namun terlambat menikah.
“Rai, Jadi kapan lah kau nikah?” tanyaku saat jam istirahat di logpond
“Bulan depan Num rencananya. Biar aku sempat ngumpulkan uang juga untuk jemput umak sama apak aku di kampung.” Jawab Arai
“ah kau ni, kalau dah jadi punya aku tu ndak akan jadi punya orang lain. Biarpun aku mati.” Kata Arai kemudian
Waktu berlalu sepekan, 2 pekan. Hingga tibalah pada musim menuai padi bersamaan dengan musim penghujan.
Yaitu dengan cara berdoa bersama dan potong kambing dalam jumlah ganjil. Biasanya sebanyak 3 ekor.
Upacara tolak bala pun terabaikan.
**********
Hujan panas saat itu, bisa berhari-hari terjadi. Para pekerja sibuk menyelipkan selembar daun rumput ke telinga, supaya tidak diganggu setan katanya.
“Num, Su Demong ngajak aku bawa harvesting (alat berat pencapit kayu) di logpond block 2. Besok mulainya.” Kata Arai
“Kok mendadak rai?.” Tanyaku
“Ndak kah kau jauh nanti pulang balek dari Block sini ke block 2??.” Tanyaku lagi.
Block 2 memang berada jauh masuk ke dalam rimba.
“Usu sih nyuruh aku tidur d sana sekalian. Tp nanti dah ada operator baru ya aku pindah kesini lagi." Ucapnya menjelaskan
“Okee..” jawabnya.
Arai pun pindah logpond ke Block dimana Su demong bekerja
Sampai tiba di hari ketiga, tepat seminggu sebelum hari pernikahannya tiba.
“Rai, stop dulu lah. Udah malam, hujan juga ini. Bisa di lanjut besok.” Ucap Su damong
“Udah lah rai, masih ada besok. Nanti kau sakit.” Ucap Usu sekali lagi
Su Demong yang mengkhawatirkan keponakannya pun akhirnya dengan setengah hati membantu agar pekerjaan hari ini segera tuntas.
Hujan membuat suara Su Demong menjadi samar sehingga Arai salah memposisikan kayu.
kayu yang di jepit oleh arai dengan alat berat menggelongsor tepat menghantam tubuhnya.
Arai meninggal ditempat dengan posisi duduk dan terjepit kayu yang dibawanya sendiri.
Tulang belulang hancur dengan usus yang terburai menjadi pemandangan yang amat menyakitkan bagi Su damong.
Semua klakson mobil operasional yang ada di block 1 berbunyi tanpa henti semalaman.
Meski sudah diputuskan kabel-kabelnya oleh mekanik, klakson tsb masih juga berbunyi hingga akinya habis.
Aku bergegas bangun dan membangunkan rekan sekamarku. Mayang dan Isa.
“Yang, sa, bangun. Sirine apa tu coba dengar. Ada yang mati kah?". Tanyaku cepat
“Pak ada apa kok sirine panjang?? Siapa yang mati pak??.” Tanya Mayang yang masih mengantuk.
“Num, kawan kau num. Arai. Arai mati ketimpa gelondong kayu. Hancur badannya num.” Ucap pak Nasri gemetar.
Aku yang mendengar berita itu terduduk lemas. Menangis pun tak bisa.
“Ndak tau num, dia sama Su Demong semalam ujan-ujan masih ngurus kayu.” Pak Nasri menjawab sekenanya.
Tanpa berpikir lama kami langsung menuju ke block 2 untuk melihat kondisi arai.
Keesokan paginya, semua orang berkumpul untuk mengantarkan jenazah Arai ke kampungnya utk segera dikebumikan, aku menuju rumah Nara untuk mengajaknya ikut serta
“Ndak kak, ndak kuat aku.” Ucap Nara menangis sesenggukan
“Ndak kak, biar jak bangket. Ndak peduli aku. Dia pun ndak peduli sama aku kak.” Jawab Nara masih dengan tangisnya yang seperti enggan mereda.
Namun tak dinyana, malam pertama hari kematian Arai justru menjadi awal mula ricuhnya Camp dan Logpond.
Pukul 10 malam kami baru pulang dari kediaman almarhum Arai.
Malam duka itu dipenuhi cerita dari rekan-rekan sesama pekerja.
Sebagian besar rekan kerja kami mengatakan bahwa Arai kecelakaan karena menjadi salah satu tumbal atas lalainya mereka melakukan selamatan untuk Tolak bala.
Tumbal atas lalai tersebut akan memakan korban dalam jumlah ganjil.
Hal ini memang sudah berlaku sejak lama. Naas sekali terulang ditahun ini.
Aku merasa ada yang merayap di kakiku, dalam keadaan mengantuk kuhentakkan kakiku agar binatang itu pergi.
Tak lama setelahnya mayang terbangun
“Ngapain aku narik selimutmu, aku juga punya selimut sendiri.” Jawab isa lalu melanjutkan tidurnya.
Sembari minum kopi, Isa bercerita
“Num, Yang, tau ndak, semalam tu ada Arai bangket. Dia bediri di kaki kita betiga, ususnya kemana-mana.”
“Hah??? Jangan bohong sa.” Ucapku terkejut
“Ndak num, semalam tu mulutku digosok2 pakai kulit jeruk busuk sebelum si bangket tu narek selimut mayang.
Bulu kudukku ikut merinding mendengarnya
“Ngapa kau ndak cerita semalam sa?.” Tanya mayang lagi
__________________________________________
“Kaak..Kaak danum.” Teriak Nara belum juga menjejak sandalnya kedepan pintu kamarku
“Kakk danum, semalam Arai bangket kak.” Kata Nara dengan menunjukkan wajahnya yang sedikit panik
“Bangket gimana ra?”
“Dia ngapain?.” Tanyaku
Hingga malam ke 40, dari cerita rekan yang lain.
Arai sering kali muncul tengah malam entah di kamar, di dapur, di atas atap membawa ususnya yang berserakan.
\
Hampir semua rekannya mengalami kejadian tersebut.
Begitu pula dengan suara air yang dituang dan disiram ke lantai, tidak ada bekas basah dan air dalam kondisi utuh.
Para petinggi perusahaan yang baru mencoba untuk melaksanakan selamatan meskipun terlambat.
Namun apa mau dikata, Ibarat kata nasi sudah menjadi bubur, ditambah kerupuk pun sudah beda rasanya.
Seseorang yang menurut berita terjepit kayu saat proses pemindahan tumpukan kayu ke atas truk.
Namun ajal tak bisa ditebak. Seminggu setelah kematian arai, orang tersebut menyusulnya.
Tukang masak camp yang sedang berjalan menuju camp tidak mengira bahwa exa tersebut tanpa operator.
________________________________________________________________
TAMAT
Hari itu, hujan panas. Di tempat yang sama, dusun dimana Perusahaan Plywood membuka lahan.
Agus sendiri merupakan pegawai perusahaan disana.
Sumi saat itu tengah mengandung besar berkata pada suaminya,
Pergilah Agus ke rumah Nek Ayot, disampaikannya pesan istrinya dan diiyakan oleh si Dukun beranak tersebut.
Agus belum pulang, Nek Ayot belum datang.
Sementara sumi sudah berada dalam kondisi pecah ketuban.
Sumi yang sendirian pun tanpa perbekalan apa-apa melahirkan dan tak ditemani siapapun.
Bayinya keluar masih dengan balutan plasenta dan air seperti didalam kantong.
Saat agus pulang dalam keadaan basah kuyup, Sumi sambil menangis memperlihatkan kondisi bayinya kepada sang suami.
Bagi mereka hal tersebut merupakan aib yang tidak boleh diketahui oleh penduduk dusun.
Hanya dengan berbalut kain panjang saja.
Sampailah di rumah Nek Ayot
“Nek, aku mau urut perut.” Ucap Sumi.
Nek ayot yang tadinya hendak menyiapkan peralatan untuk melahirkan mendadak melihat kearah sumi.
“Nek, kami mau cerita. Sebenarnya 3 hari lalu sumi dah melahirkan sendiri. Tapi yang keluar anak jin. Kayak didalam bungkusan. Jadi ku kubur di bawah rumah.” Ujar Agus menjelaskan dengan takut kepada Nenek
“Ayok kita ke rumah kau, kita gali! liat nanti anak kau sendiri tekubur disitu. Saja bodoh ndak ada otak!.” Lanjutnya.
Oleh nek ayot jenazah bayi tersebut diangkat kemudian di robek selaputnya.
Sepasang suami istri itu terlihat berkaca-kaca menyesali perbuatannya. Anak yang didamba mati ditangan mereka dan karena kepolosan mereka sendiri.
Namun, ntah kenapa semenjak penguburan ulang itu. Bayi Sumi dan Ayut kerap terdengar menangis tengah malam mengganggu ibu bapaknya.
Itulah sebabnya mengapa setiap kali musim hujan panas penduduk dusun selalu melakukan upacara adat dan selamatan.
Tahun 1996 usai melakukan pembibitan baru, perusahaan tersebut menghentikan pembukaan lahan dan ditutup secara permanen.
Sekarang bekas camp dan logpond kembali menjadi rimba.
Kelak, jika ada waktu akan ku ajak ibuku berkumpul dengan mereka, rekannya dahulu. Sekedar bernostalgia ataupun berbagi cerita.
Aku tak sabar, akan ada cerita apa selanjutnya.
Sampai bertemu lagi, Salam. 🤠🤠🤠🤠