Sekilas, kata2 yang ada di dalam foto ini terlihat positif kan? Tapi, kalo lo perhatikan lagi, justru kata2 itu sebaiknya dihindari. Mungkin lo jadi kepikiran, “lah terus gue harus ngomong apa dong?”
Yuk, simak thread ini sampe selesai!
Nih, toxic positivity itu mengabaikan perasaan yang gak enak atau emosi negatif yang ada di dalam diri. Dan ini menyangkal emosi dasar manusia.
Terus, gimana caranya kita tau kalo hal yang terlihat positif malah sebenernya negatif?
- Menutupi perasaan sebenarnya
- Memaksakan perspektif ke temen lo, kayak “lo masih beruntung” daripada memvalidasi pengalaman emosional mereka
- Menjejalkan pikiran yg mengganggu dengan kata2 “yaudah, namanya juga nasib, terima aja”
“Just be positive”
“Ah itu mah biasa. Gua pernah ngalamin yang lebih parah”
“Liat sisi positifnya aja”
“Ini gara-gara lo kurang ibadah”
Kata2 ini memang bisa memberi semangat, tetapi bagi orang lain, terutama yang memiliki kepercayaan diri yang rendah, atau masih runyam dengan masalahnya, hal ini malah bisa memperburuk keadaan.
Nah, kalo cerita mereka dibandingkan dgn kisah lain, bisa aja dia jadi merasa ga nyaman, merasa orang yg dicurhatin ga paham ceritanya, merasa dirinya semakin buruk. Akhirnya, dia akan cenderung gamau curhat lagi sama lo.
Di tengah masyarakat Indonesia yang kebanyakan beragama dan mengedepankan nilai keagamaan dalam kehidupan, kalimat kaya gini pasti sering banget dilontarkan buat mereka yang sedang dalam keadaan mental yang kurang baik.