Thread by @GlHindu

@KoboiBengek Mindu sebenarnya capek menjelaskan ini mas. Tapi seingat Mindu sampeyan berkali2 menyinggung ini. Jadi baiklah Mindu jelaskan.
1. “Kasta” di Bali tdk terakit agama krn tdk ada dlm teks kitab suci.
2. “Kasta” adl produk sistem kerajaan yg bersinggungan dgn kepentingan penjajah.

@KoboiBengek 3. Sebagaimana sistem kerajaan pada umumnya, keturunan raja otomatis jd raja dan elite kerajaan. Lalu oleh belanda, klan2 lain juga diberi “jabatan turunan”. Ayahnya pendeta, turunannya pendeta. Ayah prajurit anak prajurit, dsb. Maka terbentuklah klan/marga dgn jabatan turunan.

@KoboiBengek 4. Dengan runtuhnya sistem kerajaan maka sistem “jabatan turunan” itu juga runtuh. Sekarang gubernurnya wayan koster, dari klan “biasa”. Gubernur 2 periode sebelumnya, made mangku pastika, juga dari klan (orang bali menyebut soroh) “biasa”.

@KoboiBengek 5. Yg diajarkan Weda bukan spt itu (berdasarkan keturunan), melainkan berdasarkan pilihan profesi sesuai kemampuan. Semacam trias politica montesque dlm trias politika. Pemisahan fungsi pemerintah (ksatria), agamawan (brahmana), pengusaha (waisya) dan buruh (sudra).

@KoboiBengek 6. Dlm pemisahan fungsi yg diajarkan Weda itu (disebut “Varna”), orang bisa berpindah varna meski tdk merangkap dlm waktu bersamaan. Misal orang lahir dr keluarga sudra, bisa mjd ksatria, saat pensiun mjd brahmana. Praktek ini sangat umum — banyak brahmana skr pensiunan tentara.

@KoboiBengek 7. Bahwa sekarang masih ada “klan ningrat” itu semata krn masy menghormati sejarah, spt di beberapa daerah lain di indo yg masih menjaga “keraton” dan keturunannya, meski secara kenegaraan sdh tdk ada fungsi kecuali 1 daerah khusus istimewa.

Semoga cukup jelas.