Lo pernah denger gak cerita seseorang yang tadinya merana bgt, trs jadi milyuner?
Well, tapi lo nggak harus jadi merana dulu kok buat jd milyuner. Buktinya, ada orang yang dari sananya biasa aja, atau emang punya ortu kaya, trus, jadi milyuner. Ada juga
Tapi, lo mungkin juga denger cerita sebaliknya. Ada org kaya, eh.. Tiba-tiba hidupnya merana. Ada jg orang yg gitu2 aja hidupnya.
Ketika kita ngomongin kesuksesan, kyknya gak pernah ada yang bener2 jelasin apa yang orang sukses dan not-so-successful lakukan secara berbeda.
Nah, hari ini lo akan belajar soal perbedaan antara orang sukses dan yang nggak sukses-sukses amat, supaya lo bisa adopsi perilaku-perilaku pentingnya dan makin sukses kedepannya.
Disclaimer: Lo mesti siap-siap, karena… gue yakin gak semua orang seneng sama faktanya.
Oke, langsung aja gue bahas. Faktor apa sih yang ngebedain orang sukses dengan yg enggak? 1. Kecerdasan 2. Hard-work 3. Signature-strength 4. Opportunity is key
1. Kecerdasan
Ada seorang peneliti, Mihaly Csikszentmihalyi, seorang peneliti yg sangat dihormati di lingkaran sains produktivitas.
Di bukunya yang berjudul Creativity, dia sadar sama satu hard truth: Gak ada satupun orang yang mengubah dunia, IQ nya lbh kecil dari 130.
Mungkin ada dari kalian yang orgnya cukup optimistik dan kalian percaya setiap orang punya kesempatan masing2 untuk ngelakuin yg mereka mau.
Well, kayaknya sains nggak sependapat sama kalian.
Cuma, gini. Ini tuh konteksnya mengubah dunia. Apakah semua orang yang baca thread ini harus ngubah dunia? Gak juga.
Mungkin lo mau punya kerjaan yang aman, bisa ngebiayai keluarga lo, gak khawatir sama finansial kalo misalnya lo harus masuk RS, misalnya.
Kalo buat itu, lo masih bisa optimis. Kenapa?
Pertama, asal IQ lo itu masih mencukupi untuk lo nggak DO di SMA, lo aman (seriusan).
Kedua, ada faktor yang akan jauh lebih berpengaruh, yaitu…. Hard-work.
2. Hardwork.
Yep. Kalo lo cukup lama ngikutin Satu Persen, harusnya ini nggak surprising. Satu Persen selalu percaya bahwa kerja keras nggak bisa dibohongin. Ya itu kalo kata gue.
Kalo kata sains gimana? Coba kita tanya Csikszentmihalyi lagi.
Msh di buku Creativity, Dia bilang klo sebenernya, ketika IQ lo udah >130, perbedaan IQ di atas itu dampaknya utk kesuksesan udah kecil bgt.
Yang ngaruh apa? Hard work.
Klo kita ingat2 Einstein, dia mengubah dunia bkn cuma karena dia punya IQ 160. Ada elemen hardwork jg.
Gak cuma itu. Penelitian dari Jeffrey Pfeffer, professor di Stanford University bilang bahwa… Untuk orang-orang sukses, kerja 8 jam sehari, 5 hari seminggu itu nggak cukup.
Ini mungkin agak mengkhawatirkan, tapi utk orang-orang "sukses", kerja 60-65 jam seminggu nggak asing
Ini sebenarnya adalah salah satu hal yang nggak bisa dipungkiri: If you aim really high, there will be sacrifices.
3. Signature-strength
Di Psikologi, ada sesuatu yang disebut sebagai signature strength yaitu hal unik yang individu bisa lakukan dengan baik.
Udah banyak penelitian psikologi yg nunjukin bahwa bekerja mengikuti signature strength lo akan membuat lo jauh lebih produktif.
Jam kerja yang tadi gue sebut di poin sebelumnya? Lo nggak akan keberatan buat nambahin itu, kalo lo melakukan pekerjaan yang sesuai sama signature strength-lo.
Apa yang terjadi kalo tiba-tiba ada kerjaan yang lo ga suka? Delegasiin aja kerjaan itu ke orang yang lebih mampu.
Signature-strength ini emg karakteristik khusus, tapi di penelitian2 yang ngungkit soal signature strength, kadang-kadang juga ada pembahasan soal optimal productivity factors (OPF).
Apaan tuh?
OPF itu faktor2 dalam diri yg punya sumbangsih ke seberapa produktifnya seseorang.
Misalnya, faktor yang paling memengaruhi produktivitas lo itu waktu, karena lo paling “nyala” itu pas malem, misalnya.
Di sini pembahasan jadi menarik: Kalo misalnya hardwork dan productivity se-ngaruh itu sama kesuksesan, berarti harusnya OPF ini juga harus lo pikirin.
Nah, skrg pertanyaannya: Faktor apa yang dominan di diri lo, yg bisa membantu lo jadi JAUH lebih produktif?
Untuk jawab hal ini, lo bisa isi online test dari Satu Persen: Tes Faktor Produktivitas. Lo bisa akses tesnya di sini (dan ini gratis)
But beware tho, tes ini bukan tes yang udah teruji di UI maupun ITB #eh
4. Opportunity is king.
Ini mungkin adalah hal paling esensial yang gue bisa bilang di thread ini. Kesempatan itu ada untuk diambil, dan kalo lo nggak ngambil kesempatan bagus, lo bisa jadi baru aja ngebuang jutaan dollar.
“Tapi, bukannya ini obvious? Lo ngapain usaha kalo gaada kesempatan?” Iya, menurut lo mungkin kek gitu.
Tapi coba liat dunia bisnis. Ngutip buku “The Illusion of Entrepreneurship”, gak ada bukti nyata kalo pebisnis milih model bisnis karena potensi laba.
Bahkan, 63% dari pebisnis yang mengikuti penelitian tsb mengakui bahwa bisnis mereka gak punya kelebihan dibandingkan kompetitor.
Cuma 1/3 pebisnis yang bilang bahwa mereka bener-bener mikirin soal potensi laba.
Dan… inilah sebuah pola yang cukup jelas keliatan.
Orang-orang yang suksesnya kebangetan itu gak mempertimbangkan kalo mereka harus passionate sama bidangnya.
Bahkan mereka gak milih kesempatan bukan krn mereka “ngerti” dan “punya pengalaman” di sana.
Mereka melihat kesempatan seperti:
“Kesempatan ya kesempatan. Lo mau ambil apa nggak?”
Se-simpel itu.
Ada romantisasi gak penting di dunia bisnis tentang “passion”.
Terlalu banyak orang yang berpikir bahwa passion akan membawa mereka ke kesuksesan finansial dan lainnya, padahal nggak juga.
Strategic Thinking yang membawa lo ke sana.
Hal ini bisa banget lo liat di sisi bisnis. Menurut penelitian di buku “Self-Made”, miliuner hanya akan melakukan bisnis yang mereka tau berpotensi tinggi.
Permintaan banyak, supply masih dikit. Bukan karena “Mereka nyaman ngelakuinnya”, atau karena “gue passionate sama hal ini”
Wow. Oke. Empat poin itu aja udah cukup lama nih buat dibahas. Jadi gimana menurut lo? Mana fakta yang kalo menurut lo paling menarik? Coba tinggalin komentar soal mana karakteristik yang lo udah punya! #SatuPersen#HidupSeutuhnya
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Stop Menunda!
.
.
.
Pekerjaan Nggak Selesai Karena Asik Main Sosmed, A Thread
Kalo lo denger notif hp atau aplikasi chat, respon pertama lo apa? Langsung ngecek atau biarin aja? Apalagi kalo notifnya dari doi hahaha
Nah, notifnya tuh muncul pas lo lagi ngerjain sesuatu. Kira-kira, lo termasuk orang yang tetep fokus ngerjain atau malah tergoda buat ngecek?
Misal, lagi ngerjain tugas terus dapet notif di sosmed.
Niatnya sih ngecek bentar tapi malah keterusan main, nggak sadar udah satu jam keasikan scrolling! Tugas belum selesai, tapi waktunya malah abis buat main sosmed.
Motivasi Hidup
.
.
.
Belajar Growth Mindset dari Haikyuu, A Thread
Pict: Pinterest
Anime Haikyuu nyeritain tentang Hinata, anak baru SMA yang pengen jadi pemain voli hebat, tapi tingginya cuma 163 cm.
Tim voli SMA-nya, Karasuno, punya cita-cita buat jadi tim yang hebat juga, tapi mereka nggak punya pelatih dan fasilitasnya pun biasa aja.
Dari awal cerita, Hinata udah diperlihatkan kalo dia ngalamin kekalahan telak. Padahal, itu pertandingan voli pertamanya setelah dia SMP, karena pas awal masuk isi timnya cuma dia sendiri.
Ini bisa ikut juga setelah ngajakin temen yang sebenarnya anak basket dan sepak bola.
Buat Lo yang Masih Negative Thinking
.
.
.
Belajar Mindset Positif, A Thread
Pict: Yan
Akhir-akhir ini, kayaknya masalah tuh umum banget sampe orang jadi ngedumel setiap hari.
Nggak jarang juga akhirnya mereka nyebarin negative vibes sama orang-orang di sekeliling mereka, walaupun kadang mereka tau kalau masalah itu bisa diselesain.
Ketika seseorang terlalu fokus sama hal buruk, ada kemungkinan besar mindset yang kebentuk jadi negatif juga.
Mindset negatif kaya kebiasaan suatu ngeluh ini disebut The Tetris Effect. Fenomena psikologis yang pertama kali dikenalkan sama Jeffrey Goldsmith.
Lawan Overthinking dan Insecure
•
•
•
Merencanakan Waktu Overthinking, A Thread
Pict: Spencer Selover
Pernah nggak sih lo semaleman nggak bisa tidur karena banyak pikiran?
Misalnya, insecure mikirin kekurangan diri sendiri. Mungkin mikir, "Kalo dibandingin orang lain, gue nggak ada apa-apanya." Nggak jarang itu dipikirin terus.
Kenapa bisa gitu? Seringkali otak nggak bisa bedain antara takut sama cemas. Padahal keduanya adalah hal yang berbeda.
Merasa takut itu saat sesuatu yang berbahaya emang benar-benar nyata. Kalo rasa cemas itu ketika ada hal yang lo anggap ancaman padahal belum tentu terjadi.