Aku seorang lawyer asli bandung yang bekerja pada kantor hukum di Kabupaten Purwakarta. Aku tidak mengkreditkan diriku sebagaiseorang indigo, tapi setidaknya aku bisa merasakan-
Kamipun pulang dan beberapa hari kemudian kami kembali mendatangi ibu Tina utk menyiapkan berkas yg diperlukan.
Namun rupanya itu menjadi awal mula kemarahan "mereka" padaku..
Akupun mempercepat gerakan shalatku dan segera melepas mukena. Cekikan itu masih terasa.
Aku mengatur nafas dengan sedikit panik. Aku segera keluar kamar itu dengan berkata kepada kak Novi "aku duluan ya kak"
Setelah ku telfon, alhamdulillah beliau bersedia meminjamkan kamar tamu nya malam itu.
Ketika kami sedang mengendarai motor masing masing, kak Novi teriak " perempuan itu ada belakang kamu! dia marah dan mau celakai kamu!"
Tiba tiba ban motor kak Novi meledak dan harus ditambal. Kak Novi minta maaf padaku dan menyuruhku pergi duluan karna khawatir terlalu malam sampai di rumah bu Sri.
Aku masuk ke kamar tamu. Di kamar tamu itu ada kamar mandi khusus tamu. Aku menuju kamar mandi untuk ganti baju dan berwudhu.
"sejak kapan ibu Sri mandi kembang??" Pikirku.
Oh iya ibu Sri adalah orang indigo sejak kecil bahkan hingga kini kemampuannya dalam melihat "mereka" terbilang sangat baik.
Dia bertanya "bawah mata sayang ko item ya?"
"hah masa?" Jawabku ga percaya.
Aku tidak melihat itu sebagai diriku sendiri..
Sampai di rumah, aku merasa pundakku sangat berat dan sakit hingga meminta tolong kepada ayahku untuk memijat pundakku sambil membacakan doa.
Kuceritakan bahwa ada perempuan yang lehernya berdarah mengikutiku.
Kupikir aku telah terlepas dari gangguan si jalang itu. Ternyata belum!
Aku takut dan tak mau menghiraukan dia. Namun dia nekat masuk ke dalam mimpiku, dia memperlihatkan wujudnya yang cantik namun matanya menyeramkan.
Di kantin pengadilan aku ditemani rekan pria ku sebut saja Endri. Aku memesan makan siang bersama dia.
bu Sri bercerita padaku, semenjak aku menginap malam jumat di rumahnya, suasana rumah bu Sri jadi mencekam.
Selain itu, bu Sri juga menceritakan pembantunya menemukan taburan bunga dan daun di depan pintu gerbang.
Karna merasa Khawatir dan takut terjadi hal yang makin aneh, Aku, bu Sri, Endra kami bertiga sepakat untuk mendatangi pak kyai A. Salah satu kyai yg dikenal utk konsultasi masalah seperti ini.
Letak rumah kyai A memang sangat jauh dari jalan raya. Sepanjang perjalanan, bu Sri ketakutan karna banyak sekali yg mengikuti mobil kami dan memang yang kurasakan energinya tidak nyaman.
Tak lama kemudian, perempuan jail itu memasuki badan mas Gama.
Dari sini kami tahu bahwa dia bernama Wahyuni.
Lalu hari itu juga kami mendengar kabar istri dari pak kyai A meninggal dunia.
Wahyuni masih terus mengikutiku. Namun Aku perlahan mulai terbiasa dengan jeritan2 si wahyuni itu. Sampai pernah punggungku dicakar, cakaran itu memanjang dari bahu hingga pinggang.
aku juga sempat membandingkan, cakaran kucing di tanganku dengan cakaran yang berada di punggungku,
Kami kembali melakukan upaya lain, ibu Sri dan Endri membawa ustadz Z ke rumahku.
Aku baru teringat ibu Tina, ku telfon ibu Tina dan ku ceritakan semuanya. Akhirnya ibu T meminta bantuan ustadz B. Setelah melalui mediasi, Kepada ustadz B pun si wahyuni menceritakan bahwa dia mati dibunuh...
Sekian, tamat