Kisah ini saya alami sendiri beberapa tahun lalu. Tanggal 14 Desember waktu itu, saya dan 2 kawan saya dari Jakarta berangkat naik kereta dari stasiun Pasar Senen ke Stasiun Solo Jebres.
Awalnya kami cuma bertiga, tapi di kereta, kami bertemu beberapa kawan pendaki lain yang kebetulan juga mau ke Gunung Lawu.
Jam 20.00, akhirnya kami sampai di stasiuin Solo Jebres. Setelah istirahat dan berbincang, kami sepakat menyewa mobil yang ada di stasiun Solo Jebres untuk ke
Sesampainya di base camp, kami dan pendaki yang lain langsung istirahat agar bisa recovery dan mengumpulkan cadangan tenaga untuk perjalanan esok harinya.
Kami yang seharusnya mengikuti jalan ke kanan untuk sampai ke warung mbok yem, entah kenapa malah memilih jalan naik ke puncak Gunung Lawu.
Kami baru menyadarinya ketika kami sudah sampai puncak gunung lawu, Hargo Dumilah.
Tanpa sempat berfoto2 ria atau apapun karena memang kami tidak merencanakan langsung ke sini, Kami pun memutuskan untuk langsung turun tanpa berfikir panjang.
Kami mendengar seseorang, entah laki laki atau perempuan seperti sedang mengetuk ngetuk kayu..
Kami terus mengikuti jalan turun sambil mendengar suara itu,
Kami meneruskan perjalanan dgn rombongan tersebut, hingga sampai ke Mbok Yem. Selama di puncak gunung lawu, semuanya berjalan dgn normal tanpa hal ganjil apapun.
setelah pamit ke mbok yem dan beberapa org yang ada disana, mbok Yem berepesan "Hati-hati, fikiran jangan kosong ya". Saya belum paham apa maksud mbok yem, saya cuma meng-iya kan omongannya dan berlalu pergi.
Satu kawan saya bernama Muck, menemukan uang 5000 rupiah di tempat orang sana biasa berziarah, persis disamping sumur sendang derajat.
Ketika Mock memberikan uang tersebut, seketika anak itu menolak, dan dia langsung berbicara memakai bahasa jawa yang sangat halus.
Ucup kemudian menjelaskan, "kata anak ini, kalau mau uangnya bilang dulu sama yang ada di dalam sana.."
Malamnya, saya memberanikan diri untuk bercerita kpd seseorang yg sedang bertugas di base camp tersebut.
Saya menggeleng.
Saya kaget mendengarnya, ketika saya tanya kenapa, Dia hanya bilang
"pokoknya jangan, takut terjadi hal yang tidak di inginkan".
Dan kali ini dia benar-benar kaget dan langsung bertanya "Dimana? di petilasan?". Saya jawab bukan.
"Itu bukan rumah, itu tempat Eyang Lawu." Ujar beliau
Seketika saya langsung panik dan takut terjadi apa apa kepada saya meskipun sudah dibawah.
Lalu saya lanjut cerita, bahwa saya dan kawan menemukan uang 5000 di sendang derajat.
Sesampainya di Yogyakarta, saya bercerita tentang apa yang saya alami di gunung lawu,
Sekian dan terima kasih sudah membaca
Tamat