My Authors
Read all threads
Eyang Lawu di Pendakian Gunung Lawu

Based on True Story
a thread
Narsum : Daffa via email

Kisah ini saya alami sendiri beberapa tahun lalu. Tanggal 14 Desember waktu itu, saya dan 2 kawan saya dari Jakarta berangkat naik kereta dari stasiun Pasar Senen ke Stasiun Solo Jebres.
Kami bertiga berniat mengunjungi gunung yang berada diantara timur dan tengah pulau jawa, Gunung Lawu.

Awalnya kami cuma bertiga, tapi di kereta, kami bertemu beberapa kawan pendaki lain yang kebetulan juga mau ke Gunung Lawu.
Jumlah mereka kurang lebih 5-6 orang. Kami bertigapun bergabung dengan mereka, lumayan ada tambahan teman ngobrol.

Jam 20.00, akhirnya kami sampai di stasiuin Solo Jebres. Setelah istirahat dan berbincang, kami sepakat menyewa mobil yang ada di stasiun Solo Jebres untuk ke
base camp lawu, base camp Cemoro Sewu, namanya.

Sesampainya di base camp, kami dan pendaki yang lain langsung istirahat agar bisa recovery dan mengumpulkan cadangan tenaga untuk perjalanan esok harinya.
Keesokan harinya, Sebelum kami mulai tracking, ternyata kawan yang bertemu kami di kereta kemarin menemui kendala. Logistik yg mereka perlukan untuk pendakian dipegang oleh salah satu kawan mereka yang belum sampai base camp.
Mereka harus menunggu orang itu datang untuk bisa memulai pendakian. Kami dihadapkan pilihan antara tetap mendaki tanpa mereka atau ikut menunggu.
akhirnya setelah diskusi, kami memutuskan naik bertiga, dengan formasi semula kami dari Jakarta. Yaitu saya dan kedua teman saya.
Sebelum kami masuk jalur pendakian, saya bertemu satu orang lagi dari Yogya yg tidak memilki teman mendaki, akhirnya orang itu yang ikut sama kami, jadinya kami ber 4 berangkat dari base camp.
Awalnya suasana dan kondisi terasa biasa aja selama pendakian, hingga kami sampai di Sendang Derajat. Sendang Derajat adalah salah satu mata air yang ada di gunung lawu, Meskipun berada di puncak gunung, mata airnya tidak pernah habis atau kering walaupun diambil terus menerus.
Sendang Drajat Gunung Lawu :

Foto diambil dari bangborii.blogspot.com
Air sendang ini dipercaya dapat memberikan keajaiban bagi orang yang meminumnya, mau percaya atau tidak itu kembali kepada kepercayaan masing masing, yg pasti saat berada disana kami harus tetap menghormati nya.
Selain itu, di Sendang Derajat juga terdapat bangunan yang berupa bilik-bilik untuk mandi, karena para peziarah disarankan untuk menyiram badannya dengan air sendang ini dalam hitungan ganjil.
Konon dengan mandi di Sendang Drajad maka derajat atau pangkat, tapi kembali lagi ini adalah keyakinan turun temurun masyarakat setempat. Percaya atau tidak percaya, saya memilih menghormatinya.
Setelah istirahat dan berdiskusi singkat. Ucup, kawan kami dari yogya memutuskan untuk jalan terlebih dahulu agar bisa membuka tenda, sementara kami bertiga masih packing agar berat di carrier berkurang sambil isi air di lokasi tersebut.
Tibalah kami bertiga di persimpangan jalan antara ke Mbok Yem ( Hargo Dalem) dan ke puncak Gunung Lawu.

Kami yang seharusnya mengikuti jalan ke kanan untuk sampai ke warung mbok yem, entah kenapa malah memilih jalan naik ke puncak Gunung Lawu.
Kami masih meneruskan perjalanan sampai akhirnya kami bertiga sadar kalau ini bukan jalan ke warung Mbok Yem di Hargo Dalem.

Kami baru menyadarinya ketika kami sudah sampai puncak gunung lawu, Hargo Dumilah.
Saat itu arloji yang saya bawa sudah menunjukan pukul setengah 6 sore, dengan keadaan yang sudah sangat gelap..

Tanpa sempat berfoto2 ria atau apapun karena memang kami tidak merencanakan langsung ke sini, Kami pun memutuskan untuk langsung turun tanpa berfikir panjang.
Menuruni gunung di malam hari dalam keadaan gelap nyatanya sangat mengerikan.. Selama di perjalanan turun, kami bertiga mengalami kejadian yang terjadi diluar nalar...

Kami mendengar seseorang, entah laki laki atau perempuan seperti sedang mengetuk ngetuk kayu..
atau sedang membetulkan rumah.. Hutan itu terasa ramai padahal di kiri dan kanan kami gelap tapi suara itu memecahkan keheningan perjalanan kami.

Kami terus mengikuti jalan turun sambil mendengar suara itu,
Sialnya kami sama sekali tidak memiliki senter, karena semua senter ada di carrier yang di bawa kawan kami dari Yogya tadi.
Sampai akhirnya kami agak turun ke bawah dan menemukan sebuah rumah, awalnya kami tidak tau itu rumah apa. Rumah yg terkesan kuno tapi masih sangat terawat dan rapih.
saat kami ingin melewati dan sekedar istirahat di rumah itu, tiba tiba ada seorang laki-laki tua yang keluar dan bertanya dengan nada sangat halus "Mau kemana mas?"
Kemunculannya yg tiba2 sontak membuat saya kaget, tapi setelah saya liat beliau hanya laki2 tua biasa, sayapun mengatakan tujuan kami dan kenapa kami berada disini sekarang..
"Saya lagi cari warung mbok yem mbah, soalnya teman saya ada disana bawa tenda, kita gak bawa apa apa" Kata saya.
Laki laki tua itu menjawab, "Kalo mbok yem turun lagi, lurus terus ke bawah. nanti disana kalian ketemu orang banyak, tapi kalian jangan terlalu malam ya sampenya", nasehat beliau.
Saya dan kedua kawan saya pun berterimakasih atas petunjuk tersebut dan langsung melanjutkan perjalanan. Setelah berjalan lurus sekitar 30 menit ke arah yang ditunjukkan pria tua tadi, kami menemukan sesuatu yg aneh..
Kami seakan akan berjalan memutar. karena di hadapan kami, kami menemukan rumah tua itu lagi..
Kami tersesat. Kamipun melewati rumah tua itu lagi, namun kali ini kami tidak menemukan laki-laki tua yang tadi ada di tempat tersebut.. Dengan perasaan campur aduk, kami terus berjalan melewati kabut yang semakin tebal, tentunya diiringi doa.
Sampai akhirnya, kami bisa bernafas lega setelah bertemu beberapa pendaki dan bersama-sama menuju ke warung mbok yem.

Kami meneruskan perjalanan dgn rombongan tersebut, hingga sampai ke Mbok Yem. Selama di puncak gunung lawu, semuanya berjalan dgn normal tanpa hal ganjil apapun.
Hingga tibalah saat kami harus turun gunung..

setelah pamit ke mbok yem dan beberapa org yang ada disana, mbok Yem berepesan "Hati-hati, fikiran jangan kosong ya". Saya belum paham apa maksud mbok yem, saya cuma meng-iya kan omongannya dan berlalu pergi.
Kami tiba lagi di Sendang Derajat untuk sekedar mengisi perut sebelum perjalanan turun yang panjang, disini ada kejadian yang sangat aneh.

Satu kawan saya bernama Muck, menemukan uang 5000 rupiah di tempat orang sana biasa berziarah, persis disamping sumur sendang derajat.
Kawan saya ini kemudian mengambil uang tersebut dan ingin memberikan ke salah satu anak dari penjaga warung yg ada di Sendang Derajat.

Ketika Mock memberikan uang tersebut, seketika anak itu menolak, dan dia langsung berbicara memakai bahasa jawa yang sangat halus.
Saya benar-benar lupa apa yang dia katakan, kami bertiga tidak mengerti bahasa Jawa, tapi saya ingat ada Ucup yang bisa berbahasa Jawa karena dia orang yogya. Saya panggil Ucup untuk menerjemahkan, dan ketika anak kecil itu menjelaskan, wajah ucup seketika langsung berbeda..
Akhirnya kami tanya, "ada apa?".

Ucup kemudian menjelaskan, "kata anak ini, kalau mau uangnya bilang dulu sama yang ada di dalam sana.."
Kami tidak tau itu siapa, karena benar-benar tidak ada siapa-siapa di dalamnya.. Kami saling pandang satu sama lain dengan cemas. Muck segera mengembalikan uang tersebut ke lokasinya semula. Setelah itu kami langsung bergegas meninggalkan Sendang Derajat untuk turun.
Anehnya, sebelum kami sampai base camp, tiba-tiba saja hidung saya mengeluarkan darah yang lumayan banyak.. Saya mimisan. Sangat aneh, padahal saya sendiri tidak merasakan apa apa, bahkan merasakan pusing pun sama sekali tidak.
Saya langsung berhenti dan membersihkan darah itu menggunakan tisu.. Beruntung kesadaran saya tidak hilang dan saya masih bisa melanjutkan perjalanan turun.
Sesampainya di base camp, kami sebenarnya ingin langsung cerita pengalaman kami, tapi karena sudah terlalu capek, kami memutuskan untuk bercerita kalau kami sudah istirahat.

Malamnya, saya memberanikan diri untuk bercerita kpd seseorang yg sedang bertugas di base camp tersebut.
Awal saya bercerita soal saya yg sampai di puncak gunung lawu jam setengah 6. Dia sangat kaget saat saya bercerita hal itu. Dia langsung melihat saya dari atas sampai bawah dan berkata "kamu gak papa? gaada kejadian apa apa?"

Saya menggeleng.
"Yaampun mas, kalau sudah jam 5 kebawah itu disarankan jangan naik ke puncak lawu duh gusti"

Saya kaget mendengarnya, ketika saya tanya kenapa, Dia hanya bilang

"pokoknya jangan, takut terjadi hal yang tidak di inginkan".
Setelahnya saya lanjut cerita, bahwa saya bertemu dengan laki-laki tua di sebuah rumah kuno.

Dan kali ini dia benar-benar kaget dan langsung bertanya "Dimana? di petilasan?". Saya jawab bukan.

"Itu bukan rumah, itu tempat Eyang Lawu." Ujar beliau
"..Itu kamu di Hargo Dalem, tempat Muskwa Prabu Brawijaya" tambah orang itu.

Seketika saya langsung panik dan takut terjadi apa apa kepada saya meskipun sudah dibawah.
Lalu penjaga base camp itu berkata "gapapa, kalau niat kamu baik, kamu pasti di tolong. tapi kalau niat kamu dari awal udah jelek, kamu mungkin gak di pulangin".
Saya langsung merinding saat dia berkata seperti itu, syukurlah saya ditunjuki jalan oleh beliau dan tidak mendapatkan perlakuan yg aneh2.

Lalu saya lanjut cerita, bahwa saya dan kawan menemukan uang 5000 di sendang derajat.
penjaga itu kemudian bertanya "gak kamu ambil kan? biasanya uang itu untuk tumbal, siapa yang ngambil uang itu, bisa jadi dia tumbalnya, tapi boleh percaya atau enggak loh ya". Wajar jika anak itu menolaknya tadi..
Setelah panjang bercerita, kami dan para pendaki yang lain langsung beristirahat untuk pulang esok hari, dan ucup, kawan kami dari Yogya juga pamit untuk pulang terlebih dahulu.
Esoknya, kami menuju stasiun, saya berpisah dengan 2 kawan yang lain karena harus ke Yogyakarta untuk menemui kerabat disana.

Sesampainya di Yogyakarta, saya bercerita tentang apa yang saya alami di gunung lawu,
saat saya ingin memberi tau dan menunjukan tisu bekas darah yang saya simpan, saya benar-benar kaget. Tiba2 saja tisu itu sama sekali tidak ada darah yang membekas, padahal tisu itu yang saya gunakan untuk membersihkan darah yang keluar dari hidung saya dan sengaja saya simpan.
Demikian kisah saya mengenai pendakian Gunung Lawu. Gunung nyatanya membuat kita lebih mengetahui jati diri kita sebagai manusia yg kecil lagi lemah. Kita hidup tidak sendirian di dunia ini dan berdampingan dengan ciptaan Tuhan lainnya di muka bumi.
Namun pengalaman mistis adalah romansa sebuah pendakian, hal yang akan kamu ceritakan sebagai sebuah pengalaman tidak terlupakan yg sulit kamu temukan di lokasi lain. Cobalah mendaki untuk merasakannya juga suatu hari nanti.
Mesti pengalaman mistis tidak selalu akan kamu temukan, saya bisa jamin kalian akan mendapatkan pengalaman yg sangat berharga..

Sekian dan terima kasih sudah membaca

Tamat
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with mwv.mystic

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!