SimpleMan Profile picture
Aug 2, 2020 128 tweets 20 min read Read on X
Berawal dari DM salah satu akun yang merasa bahwa pabrik gula yang saya ceritakan di trit-trit saya sebelumnya menyerupai tempat tinggalnya semasa kanak-kanak, membuat saya cukup terkejut, karena saya sudah mencoba mengaburkan semua clue, sedikit syok karena akhirnya ada yg tau. Image
dari salam pembuka akhirnya kita saling sharing cerita dan dia menceritakan ini, membuat saya jadi teringat dengan anak kecil yg pernah hadir didalam hidup saya, kaget, ternyata bukan cuma saya yg pernah melihat bocah setan ini, sampai hari ini saya tidak akan pernah lupa.. Image
tidak akan pernah lupa wajah bocah biadab ini terutama saat menyeringai lalu bilang, "melok aku ae, akeh kancane nang kunu" (ikut aku saja, banyak temannya di situ) yg merujuk pada kolam pembuangan limbah,

kadang dunia begitu sempit, akhirnya saya meminta ijin mengulik sejarah
sejarah masalalu lebih jauh pabrik gula ini dan untunglah beliau mengijinkan, jadi malam ini kita akan kembali ke tempat ini, temat dimana pengalaman seseorang yg saya kira pasti tetangga saya tapi kami tidak saling mengenal haha,
jadi apa tidak masalah malam ini kita kembali ke pabrik gula lagi untuk mengungkap sesuatu yg disebut "Payangunyang"???
Payangunyang Pabrik gula-

Horror story-

@bacahorror #bacahorror Image
waktu itu, Rini masih berusia 10 tahun.

langit mulai menggelap, adzhan maghrib juga mulai terdengar sayup-sayup, jauh dari tempat Rini sedang berdiri Ia memandang kosong kearah lapangan tenis, Rini diam, ia tertuju pada sebuah pohon beringin besar,
namun bukan itu saja yg sedang Rini perhatikan melainkan tepat ditengah-tengah lapangan Rini melihat gadis kecil yg mungkin sebaya dengan dirinya, ia mengenakan gaun putih bersih, rambutnya panjang terurai, ia melihat Rini tersenyum lalu melambai-lambai kepadanya.
lapangan tenis ini jarang sekali digunakan, lokasinya ada didalam pabrik gula, tempat ini adalah satu dari banyak fasilitas yg diperuntukkan bagi karyawan di pabrik gula ini, tak ada penjaga, tak ada siapapun disini selain dirinya dengan gadis kecil misterius itu,
Rini masih tertuju kepada sosok itu, kulitnya kuning langsat, tingginya tak lebih dari tinggi Rini, ia masih melambaikan tangan memanggil, mengajak Rini untuk bermain, gadis kecil ini ragu karena kegelapan pepohonan dibelakang lapangan tenis perlahan mulai menyeruak,
Rini mendekat, ia berjalan di jalan setapak penuh kerikil kecil, ia masih melihat gadis itu tersenyum, menungguinya, tinggal beberapa meter lagi Rini sampai, namun sesaat sebelum Rini sampai di pintu kawat lapangan tenis sesuatu menarik dirinya, Rini terkesiap
"nduk, kowe kate nang ndi, gak krungu adzhan ta" (nduk, kamu mau kemana, gak dengar suara adzhan ya?)

Rini melihat ibuk, menarik tangannya, membawanya menjauh dari lapangan tenis, Rini mencoba menjelaskan namun nampaknya ibuk tak butuh penjelasan, ia menarik Rini, terus menjauh
sesaat sebelum ia benar-benar menjauh Rini menyempatkan utk melihat gadis kecil itu, ia ingin mengatakan kepada ibuk ada anak lain yg belum pulang, namun pemandangan itu tidak akan pernah Rini lupakan seumur hidup, karena gadis kecil misterius itu tengah merangkul kepalanya-
bapak sedang membuat kopi, ibuk ada disampingnya mengambil lauk dan nasi, Rini masih duduk diam, ia memandang kosong meja makan didepannya

Rini meyakinkan dirinya apa yg baru saja dia lihat apakah hal yg nyata, kepala gadis itu dirangkul sementara tangannya masih melambai-lambai
"pak ojok lali nggowo sentolop'e yo" (pak jangan lupa bawa senternya ya) kata ibuk, bapak tersenyum mengangguk, malam ini bapak bekerja shift malam, ia salah satu karyawan yg sudah lama bekerja di pabrik gula ini, karena masa kerja bapak, Rini sekeluarga mendapatkan salah satu-
fasilitas yg diberikan pabrik gula ini yaitu tempat tinggal.

Rini sekeluarga mendapat tempat tinggal disebuah rumah tak jauh dari gerbang selatan, orang-orang memanggil tempat ini dengan "perumahan belanda" karena lokasi ini dulu bekas rumah orang-orang belanda.
awalnya bapak tak mau menerima pemberian fasilitas ini namun lambat laun ekonomi semakin sulit, untuk berhemat akhirnya bapak menerima, sebenarnya untuk karyawan biasa seperti bapak tak diperbolehkan tinggal di perumahan belanda karena tempat ini khusus untuk supervisor keatas,
tapi karena rumah dinas biasa sudah penuh diambil oleh karyawan lain, bapak akhirnya ditawari untuk menempati salah satu dari 10 rumah belanda, ada hal aneh yg pernah Rini dengar saat bapak bicara dengan ibuk, katanya, teman-teman bapak sempat melarang dan lebih baik-
mencari kontrakan lain tapi tak dijelaskan apa masalahnya?

bapak sendiri saat bicara dengan ibuk, raut wajahnya sedikit khawatir namun ibuk meyakinkan bahwa tak ada yg perlu ditakutkan dari tempat ini, bapak akhirnya mengangguk, toh rumah ini jauh lebih besar dari yg dibayangkan
awalnya Rini juga tidak mengerti, untuk anak seusianya ia sudah bisa mencium hal ganjil salah satunya adalah melihat besar rumah dan segala tetek bengek perabotan didalamnya seharusnya banyak karyawan yg ingin tinggal di sini bahkan sekelas supervisor sekalipun,
tapi anehnya, 10 rumah belanda yg tersedia hanya Rini sekeluarga dan seorang lagi karyawan tak dikenal yg tinggal di blok barat, cukup jauh dari rumahnya, selebihnya rumah ini dibiarkan kosong, hal ini cukup menganggu bagi dirinya, apa alasan rumah ini tak diterima?
rumah ini memiliki 3 kamar berukuran besar dengan satu basement atas dengan anak tangga kayu, selebihnya adalah ruang tamu dan dapur yg dipisahkan oleh koridor panjang, selain itu ada halaman belakang yg dipenuhi tanaman-tanaman buah seperti jambu biji dan lain sebagainya,
banyak benda-benda lama seperti kursi tamu yg terbuat dari anyam bambu dan kayu jati dengan ukiran-ukiran, juga foto-foto tua lengkap dengan banyak wajah dari orang-orang belanda serta lukisan-lukisan yg nyaris membuat bulukuduk berdiri saat memandanginya.
semua benda itu adalah properti milik pabrik yg tidak boleh diambil tanpa seijin karena salah satu peninggalan lama saat pabrik gula ini masih dibawah naungan bangsa belanda.

terkadang Rini merasa terganggu saat ia duduk di ruang tamu, foto-foto itu seperti sedang memandanginya.
tak kalah dari foto-foto tua ada lukisan-lukisan yg cukup menarik perhatian Rini, seorang gadis bali sedang menari yg ada di kamar miliknya juga lukisan seorang kakek tua memegang cerutu rokok dengan merangkul ayam jago, lukisan ini terlihat lebih tua dari foto-foto itu.
Malam ini Rini merasa aneh, seperti ada yg mengawasinya namun tidak tahu apa itu, ia hanya termangu memandang kearah pintu putih dengan kaca, Rini berselonjor diatas ubin yg dingin, dihadapannya terdapat buku pelajaran, Rini masih memandang kosong kearah kaca yg menunjuk-
pada pemandangan halaman rumah saat sekilas kain putih terlihat melintas, melayang.

Rini terkejut namun suara ibuk yg muncul dari belakang mengalihkan perhatiannya,

"Rini sinau ya, ayok ibuk bantu"

Rini terdiam, ia tak tahu apa yg baru saja ia lihat.
ibuk yg menyadari gelagat aneh pada wajah anaknya lantas berdiri lalu membuka pintu, ia melhat kesana kemari seperti sedang mencari sesuatu, tak lama ibuk pergi ke dapur lalu kembali dan menebar sesuatu seperti garam, kemudian ibuk membawa Rini masuk ke kamar.
setelahnya ibuk tak mengatakan apa-apa, ia membantu Rini, mengajarinya dengan telaten sampai anak itu benar-benar tertidur.
ada seorang wanita sedang menari, berlenggak-lenggok dengan rambut hitam panjang, ia mengikuti irama musik dengan sendu suara yg entah muncul darimana. wanita itu begitu cantik lengkap dengan mahkota berwarna kuning-merah, sesaat Rini menikmati pertunjukannya sebelum ia melotot
Rini tersentak dari tidurnya ia menyibak selimut dengan keringat deras di keningnya, ia bermimpi melihat wanita menari saat Rini kemudian sadar didepan ranjangnya ada lukisan penari bali, Rini begidik ngeri memandanginya, lukisan itu melotot menatapnya, wanita yg sama. batin Rini
"ojok metu nduk, nang kene ae, soale akeh dayoh teko" (jangan keluar nak, di sini saja, soalnya banyak tamu sedang datang)

kalimat itu adalah kalimat yg Rini dengar sesaat sebelum terbangun namun Rini terlalu takut, ia berniat tidur di kamar ibuk sampai terdengar suara di dapur,
Rini melangkah dari dalam kamar, tepat disebrang kamar adalah tempat ibuk, tapi Rini menaruh curiga pada suara di dapur, suara yg terdengar seperti meja kayu yg di tepuk dengan tangan kosong, apakah bapak pulang?

tanpa sadar Rini mulai berjalan mendekatinya.
"bak bak bak" Rini berhenti sejenak saat mendengarnya, semakin lama semakin keras, "bak bak bak"

leher Rini mulai meremang, sesuatu yg amis tiba-tiba saja tercium, di koridor yg panjang Rini harus melewati satu kamar lagi, kamar kosong, kamar yg selalu dikunci oleh ibuk,
lalu mulai terdengar suara lain seperti suara menggaruk, diikuti suara melengking keras sekali sampai membuat Rini menutup telinga, dihadapan Rini kini ia melihat kamar kosong itu anehnya malam ini daun pintu di kamar itu sedikit terbuka,

ibuk lupa menguncinya?
dari celah pintu Rini tak bisa melihat apa-apa selain kegelapan total, Rini menarik gagang pintu lalu menutupnya tetapi entah benar atau tidak sesaat Rini seperti mendengar suara, "*lst*bl*ft!!!!!" pelan sekali, namun Rini yakin ia mendengarnya dari balik pintu ini,
Rini terdiam, ia ragu apakah harus membuka pintu itu sebelum "Bakk!!" suara itu lagi, tapi kali ini Rini merasa yakin kalau ini adalah suara terkeras yg pernah ia dengar sehingga tanpa sadar Rini langsung berlari menuju ke dapur.

namun anehnya Rini tak menemukan siapapun di sana
Rini memutari meja makan mencoba mencari sumber suara namun ia tak menemukan apapun, tak ada hal ganjil yg mencurigakan lalu darimana sumber suara itu berasal saat Rini lalu melihat sesuatu, sebuah bercak merah tua dibagian tepi, Rini mencium aroma amis itu dari sana,
Rini berniat pergi saat tiba-tiba suara itu terdengar lagi, Rini berhenti, ia diam lalu memandang kearah anak tangga kayu yg menuju ke loteng, rupanya suara itu berasal darisana.

Rini menapak anak tangga saat dari koridor pintu kamar kosong terbuka dengan sendirinya-
Rini masih diam, ia tertuju pada celah gelap saat pintu ditarik, Rini mulai penasaran namun ia bingung apakah harus ke loteng terlebih dahulu ataukah harus ke kamar kosong itu, setelah menunggu dan tak ada apapun Rini akhirnya berjalan menuju ke loteng sebelum "Ni*t!!" "Ni*t!!"
Rini mendengar suara perempuan, berteriak-teriak dalam bahasa yg sama, terus menerus, lalu di ikuti barang-barang di dapur berhamburan jatuh menimbulkan suara yg begitu keras hingga dari koridor ibuk melangkah keluar memandang kearah Rini dengan sorot mata bingung,
ibuk menarik tangan Rini, menjauhkannya dari tangga kayu sebelum mulai membersihkan barang-barang yg berjatuhan sendirian, wajah ibuk tak bisa ditebak, Rini mencoba menjelaskan bahwa bukan dirinya yg membuat semua ini berantakan namun ibuk hanya diam saja, setelahnya ia membawa-
-Rini pergi meninggalkan dapur.

saat berjalan di koridor menuju kamar, Rini melihat kamar kosong itu sudah tertutup dengan sendirinya.

aneh.

Rini tidak mengerti apa yg sebenarnya terjadi di tempat ini.
pagi hari didalam kamar ibu menceritakan hal ini kepada bapak, Rini hanya bisa mendengarnya dari balik pintu, Rini ingin menjelaskan semua namun ibuk seperti tak ingin membicarakan apapun tentang hal ini, diatas sepeda kumbang Rini sudah dibonceng ibuk, bapak melambaikan tangan,
saat tepat diatas loteng dari kaca jendela yg masih menggunakan gaya klauso seperti kaca jendela didalam gereja, Rini melihat sepasang mata, mengawasinya yg berlalu pergi,
sore ini, bapak sudah melepas lukisan penari bali membawanya keatas loteng setelah Rini memohon-mohon, ibuk sebenarnya menolak hal ini namun Rini menantang kalau lukisan itu tak di lepas ia mau pindah ke kamar kosong hal ini mmebuat ibuk akhirnya pasrah,
namun ada yg aneh pada sikap ibuk, dimana saat Rini mengatakan ia lebih baik pindah ke kamar kosong itu bila lukisan penari ini tidak di lepas wajah ibuk terlihat kaget, ia seperti menyembunyikan sesuatu tapi ibuk tetap tak mau mengatakannya.
Malam ini, setelah makan malam Rini langsung menuju kamar bersiap untuk tidur, tak ada lagi lukisan penari bali di hadapannya satu hal yg membuat dirinya bisa tidur nyenyak malam ini, sebelum, tiba-tiba dari belakang terdengar pintu almari tua dengan ukiran-ukiran itu terbuka
Rini melihat sosok tangan kecil bersembunyi di balik tumpukan kain, warna kulitnya putih pucat tak seperti warna sawo matang, Rini melangkahkan satu kaki turun dari ranjang saat tiba-tiba sesuatu menarik kakinya kebawah ranjang membuat wajah gadis ini menghantam lantai tekel,
dua anak kecil lalu berlari berhamburan, satu keluar dari dalam almari satu dari bawah ranjang mereka tertawa cekikikan pergi keluar pintu, meninggalkan Rini yg mulutnya berlumuran darah, satu gigi depannya tanggal, Rini menjerit menangis keras-tapi anehnya tak ada yg datang...
tubuh Rini kesakitan, wajahnya masih terasa sakit sembari menangis Rini keluar dari kamar tapi ibuk maupun bapak tak ada yg mendekat, lalu dari ruang tamu terdengar seseorang sedang bersenandung, lagu campur sari, Rini mendekati sumber suara tempat seorang lelaki tua sdng merokok
lelaki tua itu berhenti bersenandung saat Rini berdiri menatapnya, lelaki yg tidak diketahui siapa itu memalingkan wajah menatap ke jendela melalui kursi kayu, satu kakinya terangkat seperti orang-orang tua pada umumnya, di meja terdapat segelas kopi dengan asap mengepul,
rasa sakit yg Rini rasakan berubah menjadi rasa penasaran, siapa orang ini, apakah teman bapak? batin Rini sembari mengawasi, tak lama lelaki tua itu lalu tertawa kencang, "ra usah wedi ambek aku, sing mok wedeni iku seharuse londo nang mburimu kui"
(tak perlu takut denganku, karena yg seharusnya kau takuti itu belanda yg berada dibelakangmu itu)
Rini menjerit, dibelakangnya berdiri seorang wanita menggunakan gaun kuno, tinggi berkulit putih pucat dengan rambut kuning berbercak merah, setengah wajahnya berlubang, ia menyeringai kepada Rini yg berjalan mundur, tak mengerti Rini bersiap pergi saat lelaki tua itu berteriak
"Ambune Londo basin, MINGGAT KOWE TEKO KENE" (bau orang belanda memuakkan, pergi kamu dari sini!!)

setelah mengatakan itu wanita mengerikan itu melesat pergi, lelaki tua itu lalu memanggil Rini, mengatakan apa yg daritadi ia sebenarnya lihat,

"tak duduhi dayoh e omahmu"
(tak beritahu tamu-di rumahmu)

Rini melihat jendela tepat disana ia bisa melihat nyaris di segala penjuru halaman berdiri pocong puluhan bahkan lebih banyak lagi tak hanya memenuhi rumahnya namun memenuhi halaman rumah disebelahnya.

"sak iki muleho" (sekarang pulanglah)
Rini melihat bapak ibuk sudah berdiri di depan wajahnya, melihat Rini dengan wajah khawatir, tak hanya itu banyak orang memenuhi tempat ini yg menggunakan seragam pabrik gula, saat itu juga ibuk lalu mengatakan bila Rini sudah tidur hampir 2 hari 2 malam,
seorang lelaki lebih muda dari bapak lalu mengajak bicara, ia mengatakan kalau tempat ini gak bagus untuk di tinggali dan lebih baik pergi dari sini, lelaki muda itu juga menunjuk sesuatu tepat di koridor pintu, Rini hanya memperhatikan sementara ibuk terus memeluknya.
"gok kunu onok londo wedok sing ndas'e pecah gara-gara dibentuk-bentukno bojone" (di situ ada belanda perempuan kepalanya setengah pecah gara-gara dibentur-benturkan kepalanya oleh suaminya) kata si lelaki muda, lalu ia kembali melihat Rini, mendekatinya lalu melihat wajahnya..
"untune petal" katanya, "nang ndi iki untune?" (giginya lepas, dimana giginya ini) katanya seraya melihat ke lantai mencari-cari,

"gawe opo?" (buat apa?)

"barang menungso yo ojok sampe digowo demit, celaka" (barang manusia jangan sampai diambil demit, celaka nanti)
siang itu beberapa orang mulai mencari dibeberapa tempat sementara Rini mengawasi, saat seorang mau masuk ke kamar kosong lelaki muda itu berkata, "ojok nang kunu, gak onok, liyane" (jangan kesitu, gak ada, ketempat lain saja)

lelaki itu masuk ke kamar bapak ibuk, lalu,
sesuatu terjadi, dimana lelaki itu mundur dan menutup kembali pintu kamar bapak, ia lalu masuk kembali ke kamar Rini dan menemukan petal giginya diikat di dalam kain berwarna hijau, semua orang tampak heran bagaimana dia bisa langsung tahu,

setelahnya, semua teman bapak pergi.
di sana, diluar pintu Rini mendengar sesuatu, "anakmu gowoen ae sak kamar ambek koen, ojok sampe ijen yo soale pinggir kamare iku onok sing jahat" (anakmu bawa saja ke kamarmu, jangan biarkan sendirian karena disamping kamar anakmu yg paling jahat)
bapak baru saja pergi karena hari ini ia shift malam, ibuk pergi ke dapur, terdengar suara piring yg artinya ibuk sedang mencuci dan menyusun piring, Rini di dalam kamar memandang lukisan lelaki tua dengan ayam jago,

siapapun yg melukis ini benar-benar luar biasa seakan-akan-
-mata itu begitu hidup, entah kenapa Rini semakin yakin sosok lelaki tua yg ia lihat tak lain adalah kakek didalam lukisan ini lalu bagaimana hal itu bisa terjadi, tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu kamar orang tuanya, Rini terdiam, termangu menatapnya..
**
"berarti njenengan urip ten griya niku pirang tahun mbak?" (berarti anda hidup di tempat itu berapa lama mbak?" tanya saya waktu itu, beliau hanya diam sambil menatap kosong tembok dibelakang saya.

"gak suwe kok mas, sampek pabrik niku bangkrut" (gak lama kok mas, sampai-
pabrik itu akhirnya bangkrut)

"trus opo sing asline kedadean bengi niku, bengi sing njenengan krungu suoro dok dok tekan lawang kamar wong tuwone njenengan" (lalu apa yg sebenarnya terjadi di malam itu, malam saat anda mendengar suara ketukan di pintu kamar orang tua anda).
mbak Rini untuk pertama kalinya melihat mata saya kemudian dengan suara gemetar ia berkata, "PAYANGUNYANG"

saya masih diam mencoba mencerna kalimat wanita yg sekarang sudah menikah dengan satu momongan ini, "nopo niku Payangunyang mbak?" (apa itu Payangunyang mbak?)
mbak Rini masih melihat mata saya lalu berkata, "biar tak selesaikan dulu ceritanya nanti njenengan akan mengerti arti kalimat itu, karena Payangunyang itu masih ada dan banyak orang memilikinya tapi lambat laun penyebutan ini mulai hilang ditelan jaman"
saya mengangguk, menunggu beliau melanjutkan ceritanya.
Malam itu hujan lebat turun, seorang lelaki paruh baya berlari menyusuri lumpur menuju ke gubuk reot disamping kebun pisang, ia lalu mengetuk pintu kayu, dari dalam rumah terdengar suara anak perempuan, suaranya mengelogok seperti ingin memuntahkan sesuatu dari dalam tubuhnya.
terlihat seorang perempuan membukakan pintu, sosok yg familiar bagi si lelaki, perempuan itu menatap dengan wajah sayu, tanpa membuang waktu si lelaki bergegas masuk sembari bertanya, "yo opo buk, Rini, onok kemajuan?" (bagaimana buk, Rini ada kemajuan?)

si perempuan menggeleng,
lelaki itu menyusuri ruangan yg tak terlalu besar lalu masuk kedalam kamar, disana ada seorang wanita tua rentah, tubuhnya bungkuk, melihat Rini dengan sorot mata mengiba, sementara Rini, anak kecil ini sedang duduk bertelanjang dada dengan tubuh ditutupi oleh kain sarung,
sedaritadi ia terus memuntahkan-makanan dari dalam isi perutnya.

mbok Ipah, perempuan yg dikenal sebagai tukang pijit panggilan di kampung ini yg pertama kali menawarkan diri akan membantu Rini keluar dari masalah ini, masalah saat kejadian di malam itu ketika Rini melihat-
PAYANGUNYANG, membuat gadis kecil ini tak berdaya hingga terjadi seperti ini.

"nduk" panggil mbok ipah pada ibu Rini, "jupukno lengo Bakung nang mburi, mbok tak mijeti gulune Rini maneh" (ambilkan minyak bakung dibelakang, mbok mau memijit leher Rini lagi)
setelah menerima minyak itu, mbok ipah melumuri jari-jari tangannya lalu mulai memijit Rini, gadis itu masih diam hanya dapat melotot tak bisa bicara, orang mengatakan Rini sawan, namun apa yg dilihat oleh gadis kecil ini, bagaimana ia bisa menjadi seperti ini, hal itu yg membuat
bapak-ibuk serta mbok Ipah penasaran.

selama memijat leher Rini, mbok Ipah merasa tidak enak badan, ia berkali-kali mengelogoh memegang mulutnya, ia merasa mual selain itu apa yg ia lakukan terasa tak disukai oleh sesuatu yg sedari tadi dicari oleh beliau.
"nduk, rungokno si mbok, onok opo, opo sing mok delok bengi iku?" (nak, dengarkan suara si mbok, ada apa, apa yg kamu lihat malam itu)

Rini menoleh, melotot, melihat mbok Ipah, mulutnya ingin bicara namun tak ada suara yg keluar, tak lama muntahan kembali keluar dari dalam mulut
mbok ipah tidak menyerah, ia terus memijat leher hingga punggung sampai akhirnya mbok ipah menyadari sesuatu, mbok Ipah lantas menyuruh Rini membuka mulut, disana ia melihatnya.

mbok Ipah meninggalkan Rini untuk berbicara dengan kedua orangtuanya. Rini hanya bisa diam, melihat.
"untune sakjane wis tanggal, tapi kok isih onok, ra mungkin isok cukul cepet ngene" (giginya seharusnya sudah tanggal, tapi kok masih ada, tidak mungkin bisa tumbuh secepat ini)

Rini masih membuka mulut

"nduk, untumu iki oleh si mbok jabut yo" (nduk, gigimu boleh si mbok cabut)
Rini mengangguk, ia tidak mengerti apa hubungannya dengan gigi didalam mulutnya. namun gadis kecil itu hanya bisa pasrah, si mbok juga berkata, "iki pasti loro, mangkane aku jalok tolong wong tuomu nyekel" (ini akan sangat sakit, makanya aku minta kedua orang tuamu memegangi)
ibuk dan bapak lalu duduk disamping Rini, menahan tangan, kaki serta tubuhnya, sementara mbok Ipah meminta Rini untuk tak menutup mulutnya, saat wanita tua itu mulai menarik dengan tangan kecil yg terlihat seperti tulang terbungkus kulit tipis namun meski begitu tenaga wanita-
-tua ini tak dapat diremehkan karena begitu ia menariknya, tubuh Rini mengejang, kedua orang tuanya berusaha keras menahan saat kepala Rini seperti di hantam begitu keras

Rini ingin berteriak, tubuhnya tak kuat menahan rasa sakit nyeri seperti ini namun ia berusaha sekuat tenaga
sampai akhirnya, mbok Ipah bisa menarik satu gigi yg membuat Rini terus menerus memuntahkan darah, gadis itu lalu menangis, suaranya kembali sesaat sebelum akhirnya ia menceritakannya, menceritakan kejadian malam itu saat Rini menemukan sepucuk paku yg dibeluri oleh gimbal rambut
Malam itu Rini mendengar seseorang mengetuk pintu kamar orang tuanya, padahal bapak shift malam sedangkan ibuk berada di dapur, Rini yg penasaran berjalan mendekat ke pintu membukanya, sesaat ia melihat seseorang berlari masuk ke kamar kosong diikuti suara tertawa dari anak-anak.
Rini yg sejak pertama kali datang ke rumah ini penasaran dengan isi kamar kosong itu lalu mendekat, dari arah dapur Rini bisa mendengar dentingan antara suara piring, mungkin ibuk yg melakukannya

gadis kecil ini menyentuh handle pintu mendorongnya, di-sana, di kamar itu ia masuk
saat itu kegelapan menyelimuti kamar kosong itu, Rini mencari saklar setelah dia menutup pintu, ia tak mau ibuk sampai tahu bahwa dirinya ada di dalam ruangan ini.

meraba-raba dari sisi tembok Rini mencari-cari, saklar seharusnya ada di sisi samping pintu namun Rini tak kunjung-
menemukannya, tapi Rini yg bersifat keras kepala tak mau menyerah, ia masih berjalan perlahan-lahan sembari meraba-raba sampai akhirnya ia merasakan sesuatu, sesuatu yg terasa dingin, Rini tercekat merasakan dirinya seperti bersentuhan dengan jari-tangan manusia.
Rini menemukan saklar saat lampu di dalam kamar akhirnya menyala terang tapi di dalam kamar kosong itu Rini tak menemukan apapun selain benda-benda tua berserakan yg kebanyakan di tutupi oleh kain berwarna putih termasuk ranjang tua berdebu yg dibalut dengan tirai transparan.
aroma debu begitu menyengat, Rini mencoba melihat sekeliling, ia berjalan menyusuri lantai di sisi ranjang kosong itu yg tanpa sadar jari kakinya menabrak sesuatu yg langsung berdenyit bergerak-gerak, Rini membuka benda apa yg ada di balik kain ini saat dirinya menemukan,
kursi goyang untuk anak-anak, kayunya sudah tua namun masih terlihat kuat.

Rini merasa tempat ini seperti hidup, badannya menggigil, di ujung sebuah meja tua Rini menemukan kotak korek lama dengan kotak besar panjang, tak seperti korek pada umumnya nampaknya korek ini adalah-
peninggalan lama yg tak pernah tersentuh oleh siapapun, Rini menyimpulkan bahwa kamar ini memang belum pernah di masuki oleh siapapun, lantas, kenapa?

pertanyaan itu terus menerus muncul di dalam kepalanya.

Rini membuka kotak korek di dalamnya batang korek terlihat masih banyak
sesaat ketika Rini mendengar sesuatu mengetuk di balik almari tua kayu jati dengan ukiran khas jawa Rini mendengar suara anak perempuan menangis, saat itu tiba-tiba lampu di dalam kamar mendadak mati.
Rini yg gelagapan lantas beringsut mencoba berjalan menuju saklar tapi anehnya Rini tak dapat menyalakan meski ia sudah menekan saklar itu berkali-kali, Rini tersentak ketika dia merasakan sesuatu mengenakan pakaian putih melayang melintasi punggungnya, Rini merasa ia tak sendiri
suasana di dalam kamar mendadak menjadi dingin, sunyi, senyap, Rini bisa merasakan bahwa dia tak lagi sendirian di dalam kamar ini, tapi Rini sendiri tidak tahu siapa dan di mana dirinya diawasi, tak lama, Rini, dengan ketakutan yg menyelimuti dirinya mulai berjalan menuju pintu
Rini menarik handle pintu tapi aneh, pintu tak mau terbuka dan perlahan Rini merasakan kain putih yg menutupi sebagian benda di dalam kamar ini seperti di tarik sehingga kain-kain putih itu berjatuhan, Rini bisa melihat dengan jelas sesuatu sedang mencoba menunjukkan eksistensiny
Rini membuka kotak korek menyalakan sebatang untuk membuat api agar setidaknya ada cahaya yg menyinari kegelapan itu, di balik kain transparan yg menyelimuti ranjang Rini melihat dua anak laki-laki kecil sedang duduk bersila saling menepuk tangan sambil bernyanyi dengan bahasa-
yg sama sekali Rini tak kenali, mereka terlihat begitu riang, Rini yg mulai gemetar ketakutan mencoba melihat lebih dekat, ia menyusuri lantai memutari ranjang sampai ke sisi lain namun lagi-lagi keanehan terjadi karena dua anak kecil yg sempat Rini lihat, menghilang.
tiba-tiba dari belakang terdengar suara almari terbuka, suaranya begitu keras menimbulkan nada berkrieeek yg panjang, Rini daritadi penasaran apa yg ada di dalam almari ini sebenarnya, dengan sebatang korek dan api yg bergoyang Rini mendekat ke benda tua itu,
di-sana Rini menemukan baju-baju kuno tergantung di atas sebatang kayu-tak ada apapun kecuali hal itu, Rini meringkuk menoleh kesamping, dia menemukan sesuatu, guratan dari kayu yg di ukir, Rini meraba, merasakan, sampai akhirnya ia sadar bahwa guratan ini di buat dari kuku jari.
sebenarnya ada yg lebih menganggu dari sekedar menemukan kuku jari di bagian kayu jati almari yaitu di belakang Rini ia merasa ada dua anak lelaki yg dari tadi bisa ia rasakan kehadirannya sedang berdiri sejajar memandangi Rini, namun saat Rini menoleh ia tak menemukan mereka..
sebatang korek itu telah habis di lahap api, Rini menyalakan sebatang lagi saat meringkuk merangkak berjalan di sudut almari di bawah beberapa gantungan baju sebelum sesuatu tiba-tiba berhembus, Rini bisa merasakan sesuatu meniup batang korek api miliknya..
Rini menyalakan sebatang korek lagi namun lagi-lagi sesuatu meniupnya kembali, membuat Rini kembali diselimuti kegelapan, hal ini terus menerus terjadi sampai terdengar suara menangis di ujung almari, Rini tercekat mundur sebelum pintu almari tertutup lalu mengurung dirinya.
Rini mencoba mendorong-dorong pintu almari namun tenaganya tak cukup dari celah-celah pintu Rini melihat sepasang kaki berdiri dengan sepatu hitam kulit berkaos kaki putih panjang tepat ada di-sana, tak beberapa lama wajah anak lelaki menunduk melihat wajah Rini tanpa bola mata
Rini terseok melangkah mundur, ia menjauh dari celah almari tanpa ia sadari ia merangkak sampai di ujung dan menemukan sesuatu, sebuah paku yg menancap di bagian dalam almari terbungkus oleh sesuatu yg berserabut menyerupai potongan rambut panjang, Rini mengambil benda itu,
Saat itulah Rini baru saja menyadari ada yg sedang duduk meringkuk tepat dibelakangnya.

Rini menoleh, ia tak bisa mundur lalu dengan keberanian yg tinggal tak seberapa ia menyalakan sebatang korek dan disitulah Rini melihat seorang gadis Belanda dengan separuh kepala terpotong
sosok itu mengelinjang melotot melihat Rini yg kepalang takut, tak lama ia lalu merangkak mundur, saat itu Rini menyadari bahwa sosok itu seperti ingin menunjukkan sesuatu.

Rini terlihat bingung, apakah ia harus mengikuti atau selesai sampai di sini,
Rini melangkah keluar dari dalam almari, ia melihat sosok itu baru saja melintas keluar dari dalam kamar, pintu itu adalah pintu yg daritadi tak dapat dibuka oleh Rini, ia mengikuti, dengan selangkah demi selangkah Rini merasa asing, rumah ini sama tapi terasa berbeda.
sebuah jam tua terpajang di dekat sekat antara dapur dan lorong, sesuatu yg tak Rini lihat saat tinggal di rumah ini sebelum Rini melewati benda tua namun terawat itu ia di kejutkan oleh jeritan memekikkan telinga dari arah dapur, tempat seharusnya ibu berada.
Rini tergopoh berlari mencari tau namun dirinya di buat mematung saat melihat seorang lelaki tinggi putih pucat sedang mencengkram leher seorang wanita dan anak perempuan dari belakang tempat mereka duduk, membenturkan wajah mereka ke atas piring yg dipenuhi oleh makanan,
lelaki asing itu berbicara menyentak dengan kalimat yg tak Rini mengerti sementara di depannya sepasang anak kembar sedang duduk melahap makanan dari garpu di tangannya, Rini terseok tak mengerti sama sekali, tak beberapa lama teriak riuh terdengar dari luar rumah,
riuh suara dari orang-yg sama sekali tak tahu darimana datangnya, wanita itu lalu mencoba melepaskan cengkraman si lelaki tinggi sebelum lelaki itu menghantamkan kepala wanita itu di sudut meja yg di buat dari bahan kayu jati itu menghantam tepat batok kepalanya,
si anak perempuan lari terseok-seok ia masuk ke dalam kamar, sebelum Rini tahu apa yg terjadi matanya terpaku melihat kearah dua anak kembar tempat dimana si lelaki jangkung itu memiting kepalanya, lalu mengejar menuju ke kamar kosong, saat itu wajah Rini tercekat karena-
si lelaki jangkung lalu melihat kearahnya.
dobrakan pintu, si lelaki jangkung melesat masuk dengan memikul senapan laras panjang, ia lalu meringkuk menendang-nendang pintu almari tempat dimana Rini yakin anak perempuan itu bersembunyi, tak mau menyerah dengan tenaga manusia dewasa ia berhasil membuka paksa lalu merongrong
terdengar suara hantaman benda keras dan jeritan memekikkan, Rini tak melihat langsung kejadian itu berlangsung namun ia bisa mendengar tangisan memilukan, teriakan penyiksaan sebelum si lelaki jangkung keluar, ia sekarang menuju ke atap rumah, Rini terseok ketakutan,
namun ia masih merasa penasaran, di ujung bagian atap tempat gudang lama rumah ini berada, si lelaki jangkuk berteriak di sana menunjuk-nunjuk apa yg ada di bawahnya dengan bahasa yg aneh, sebelum menembak kepalanya sendiri,

Rini mendekat dan ia bisa melihat kerumunan orang,
semuanya nyaris tanpa kepala-

Rini bergerak mundur sebelum menabrak sesuatu dan ia melihat seorang perempuan dengan gaun bali memeluk dirinya.
mbok Ipah mengangguk lalu meminta dua lukisan itu, si penari bali dan kakek dengan ayam jago, namun bapak menolak karena bagi dirinya ada hubungan sesuatu yg tak bisa ia jawab dengan lukisan ayam jago saat itulah mbok ipah menjelaskan tentang PAYANGKUNYANG
Payangkunyang adalah suatu benda mati yg di ikuti atau di rasuki oleh jin sejenisnya mendekam, mengawasi dan hidup di sana, lukisan itu memiliki sejarahnya, ia mengintai keluarga ini, namun yg lebih mengerikan adalah rumah itu adalah payangkunyang bagi orang belanda yg tinggal
-di sana sebelumnya.

kejadian ini akan berulang-ulang terjadi, apalagi bagi manusia yg tidak sadar akan hal ini, ia akan terus di ganggu, terus di pertontonkan pada sesuatu yg bila akal sehat tak bisa menerimanya bisa membuat gila seperti apa yg hampir saja terjadi pada Rini.
"mbaknya keroso ndelok niku opo yo opo mbak?" (mbaknya benar-benar merasa melihat hal itu atau bagaimana mbak?)
tanya saya pada mbak Rini, ia tampak berpikir bingung apakah ia melihat dalam lamunan apakah kejadian itu terjadi sebelumnya, namun mbak Rini kemudian bersumpah,
ia melihat rentetan itu di depan kedua matanya sendiri,
saya hanya diam, lalu setuju untuk membagikan cerita ini, saya sendiri dulu pernah mendengar bahwa tahun sebelum kemerdekaan orang-orang pribumi pernah menyerbu tempat pabrik gula ini berbekal membawa arit (sabit), pacul,
dan benda-benda lain untuk mengusir orang-orang belanda, namun cerita itu hanya di ceritakan turun temurun soal kebenaran akan kejadian itu masih dipertanyakan. apa yg sebenarnya terjadi dengan orang-orang belanda itu, tak ada yg tahu..
lalu saya mendapatkan pesan ini dari seseorang yg lain, rupanya setiap rumah belanda di pabrik gula memiliki ceritanya sendiri-sendiri, dan ini adalah salah satu dari cerita perih yg pernah terjadi bahkan ada seorang kuli yg terlibat penghancuran rumah-rumah ini pernah-
membawa pulang sebuah foto keluarga orang belanda yg setiap malam melototi dirinya, terkadang menyeringai kepada dirinya. Image
duh malam ini asyik ya, gak banyak yg ngelawak, rasanya seperti memutar masa lalu, indahnya, berikutnya saya mau tau cerita apalagi yg belum saya selesaikan, silahkan.. biar saya selesaikan nanti.

selamat malam.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with SimpleMan

SimpleMan Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @SimpleM81378523

Oct 31
OMAH JABANG MAYIT

A THREAD

@bacahorror #bacahorror Image
kata orang jaman dulu. kalau ada perempuan yg tengah mengandung, banyak yg harus dijaga dari segala tutur prilakunya. lisan, sifat, semuanya untuk menghindari hal buruk pada si ibu dan jabang mayit, karena setiap perbuatan selalu memiliki sebab akibat.
cerita ini dimulai dari seorang perempuan. sebut beliau dengan nama Tina.

mbak Tina baru 2 tahun menikah. ia mendapat seorang laki-laki dari luar pulau jawa. awal pernikahan mereka tinggal di salah satu kota S, hidup damai, hidup rukun, sebelum si suami, mas Agung, undur diri.
Read 96 tweets
Sep 12
-RUMAH RIAK-

Horror Story-

@bacahorror #bacahorror Image
“ini rumahnya ma?”
“iya pak. Teman yg saranin, halamannya luas, pohonnya rindang dan tanahnya itu loh, gak gersang, kayanya ibuk bisa produktif kalau tinggal di sini”
“harus di sini ya?”
“iya. Dari pertama mama lihat, mama ngerasa kalau berjodoh sama rumah ini”
Pak Prasto terdiam melihat rumah itu. Tidak ada yg salah dengan rumah yg saat ini ada dihadapannya, karena seperti apa yg dikatakan oleh Dona, isterinya, dari luar rumah itu, kelihatan sejuk, damai, serta tenang seperti yg diinginkan oleh seluruh keluarga,
Read 82 tweets
Sep 2
Rumah bekas pembunuhan itu rumah paling aman, karena sekalipun penghuninya nampakkan diri cuma sebatas maen petak umpet, tapi. kalau rumah itu bekas sekte atau perkumpulan yg gak bener, apalagi kalau pelakunya udah bukan sebatas nyari harta, mending lupain rumah itu!!
karena yg begini gak cuma ngebahayain 1 orang. satu keluarga pun bakal dijabanin. Gak cuma nyiksa secara mental psikis tapi bisa berujung sampe maut. serius!!
Mau cerita dikit. Pengalaman sendiri.
Read 34 tweets
Jan 19
BUHUL UTH-

sebuah pengiring dari serangkaian ketidaktahuan.

a thread Image
lama sekali saya gk menulis utas di sini, jadi maaf kalau tangan saya agak kaku, so langsung aja, dari serangkaian cerita yg saat ini tersimpan dalam memorry laptop saya, cerita ini memiliki bagian paling menarik, jadi nikmati saja ini sebagai bentuk rehat dari riuhnya tahun ini.
Juli, tahun 1998

Rumah itu masih terlihat bagus, meski pun desainnya terlihat seperti rumah tahun 60’an tapi temboknya terlihat masih kokoh, halamannya juga luas dengan banyak pohon besar tumbuh disekelilingnya termasuk satu pohon yg paling mencolok saat melihat rumah itu.
Read 140 tweets
Feb 1, 2023
-Panggon-

Horror Story

@bacahorror_id #bacahorror Image
Sebelum memulai ceritanya, rasanya kangen saya sedikit terobati terutama saat memulai sebuah tread dengan tulisan judul dan fotonya, dan tentu saja mention @bacahorror_id dan hastag bacahorror yg sudah saya pakai sejak akun ini pertama berdiri.

semoga cerita pembuka ini cukup,
cukup untuk membuka rentetan cerita yg sudah saya siapkan selama saya mengistirahatkan diri ya. baiklah, malam ini, mari kita mulai ceritanya.
Read 61 tweets
Feb 1, 2023
Halo???
Lama sekali gak mampir ke burung biru, saat rehat dan beristirahat menjadi fokus paling utama.

tapi malam ini, setelah duduk merenung sebentar sambil melihat layar hp, ada kerinduan yg datang lagi.. gak tau kenapa rasanya kangen..

kangen buat punya tenaga nulis seperti dulu.
butuh waktu buat ngumpulin tenaga dan fokus bahkan untuk sekedar menulis pesan ini dilaman twitter saya, tapi rasanya kangen yg sekarang sudah tidak terbendung lagi,

jadi kalau ada yg masih terjaga sembari menatap layar handphone, pemanasan yuk,

pemanasan untuk satu cerita saya
Read 4 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(