Nana is me Profile picture
Aug 13, 2020 62 tweets 8 min read Read on X
-- K O S T (Part 1) --

A Thread
.
Aku selalu merinding jika harus menceritakannya. Mengingat kenangan seram yang pernah terjadi. Peristiwa-peristiwa ganjil yang kualami saat masih menjadi mahasiswa kost dulu.
.
#bacahorror @bacahorror
@ceritaht @IDN_Horor Image
Cerita akan saya posting saat penulisan sudah selesai.

Doakan semoga nanti malam sudah bisa update ya...

📝📝📝
Halooo...
Selamat malam ...
Nana udah siap menemani malam jum'at kalian..
Oh iya, perlu diingat semua nama tokoh, waktu atau mungkin daerah asal sudah Nana ubah dari aslinya.

Hal ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang kurang berkenan.

Say bismillah ...
Juli 2*** .....

Senja waktu itu, langit mulai menggelap. Qiro’ah menjelang adzan maghrib sudah mulai terdengar sayup-sayup.

Aku berjalan lelah menyisiri jalanan kampung yang lumayan sepi. Kulihat rumah tua sederhana tak jauh beberapa meter saja dari hadapanku.
Rumah tua itu adalah kosku.

Dikursi teras yang lapuk, mataku menyipit menatap sesosok gadis berambut panjang duduk termenung.

Semakin dekat langkahku, semakin jelas penglihatanku. Gadis itu menatap jalanan dengan pandangan kosong.

Dia Ayu teman satu kosku.
Aku mengernyit. Ayu masih menatapku datar tanpa membalas sepatah katapun. Tampaknya ia berada dalam mood yang kurang baik atau mungkin saja PMS.

Tapi tetap saja gadis ini harus kuajak masuk ke dalam rumah kan? Kalau tetap dibiarkan melamun diwaktu sekarang, berada diluar,-
apalagi jika benar dalam kondisi tidak suci. Bukankah lebih berbahaya lagi?! Bisa-bisa kesurupan dia.

“Masuk yuk.” Ajakku sekali lagi.

“……..”

Kali ini mata itu menatapku intens. Baru kusadari tatapannya begitu aneh dan… sedikit menyeramkan.

“Yuuk?” Panggilku ragu.
'Ojo-ojo wes kelebon.’ (Jangan-jangan udah kesurupan). Batinku khawatir.

Tampak sesunging senyum di sudut bibirnya. Senyum yang sedikit dipaksakan.

“Mboten kok mbak.” (Tidak kok mbak). Jawabnya kemudian
“Oh ya sudah. Aku masuk ke dalam dulu ya.” Jawabku sembari membiarkannya.

Baru beberapa langkah, kakiku terhenti. Otakku yang sebenarnya sudah sangat lelah karena praktikum seharian di kampus, lagi-lagi terpaksa berpikir. Menyadari suatu keanehan.
‘Tunggu! Bagaimana dia bisa menjawab apa yang kupikirkan? Dan sejak kapan dia bisa berbahasa jawa?’

*
Pukul Sembilan malam.

Aku sudah bersiap-siap di depan televisi dengan camilan di atas meja. Kubenahi cara dudukku untuk menghindari busa kursi yang sudah bolong-bolong.

Maklum kursi tua. Meski kayu jatinya masih kokoh, namun kondisi lainnya sudah tak tertolong lagi.
Bahkan lantainya pun belum berkeramik. Masih berlapis semen yang kadang dibeberapa bagian sudah berlubang dan bercampur pasir.

Yah, harus dimaklumi. Kost ini kudapat dengan harga paling murah. Harganya hanya satu juta selama satu tahun. Satu orang satu kamar.
Hanya saja dengan harga semurah itu, tentu saja letak geografis terbilang jauh dari kata strategis dan nyaman.

Bahkan untuk mencapai jalan raya utama, aku harus rela melewati perkampungan penduduk, sawah, dan kampus terlebih dahulu. Lumayan sekali untuk berolahraga.
Yah, mau bagaimana lagi. Segala sesuatu harus disyukuri bukan?

Aku mulai memencet tombol remote lalu menatap layar TV tabung dengan tak sabar. Menunggu drama korea yang sedang hits kala itu. Saat sedang asyik-asyiknya menonton sendiri, tiba-tiba saja seseorang duduk tak jauh-
dari tempatku namun disudut lain. Aku menoleh.

“Kamu ngikutin drama ini juga Yuk?”

Ayu mengangguk, menatapku sekilas, lalu kembali mengarahkan pandangan ke layar televisi. Aku yang sedang asyik mengunyah wafer menawarinya.
Tak enak juga kan makan-makan sendiri kalau ada orang lain disekitar kita.

Ayu menggeleng. Lagi-lagi dia tak mengeluarkan sepatah katapun. Aku merasa sedikit aneh. Kupikir dia sedang sakit gigi karena sejak tadi sore tak pernah menyahut saat kuajak berbicara.
Namun setelah kuamati diam-diam, gelagatnya terlihat aneh. Sama seperti sebelumnya.

Gadis itu menatap layar tv, hanya saja masih dengan pandangan kosong. Ku ajak berbicara sesekali, ia hanya menjawab dengan anggukan atau menggeleng saja.
Sepertinya Ayu memang menyadari aku yang sempat mencuri-curi pandang. Tak lama kemudian mata kami saling bersibobrok. Disaat aku tak sengaja menatap netra hitamnya, kurasakan bulu kuduk ditengkukku meremang.

Tunggu. Ini adalah salah satu sinyal indera sensitifku sedari dulu.
‘Hah? Masa sih?’ Batinku kemudian.

Dan benar saja, lagi-lagi Ayu tersenyum aneh padaku. Lalu siaran televisi tiba-tiba menghilang, berganti dengan semut-semut hitam putih yang memenuhi layar. Aku yang terkejut langsung berdiri dan memukul beberapa sisi kotak bertabung itu.
Berharap mendapat sinyal cerah lagi. Dan benar saja, layar kembali menjadi jernih. Aku mendesah lega. Tentu saja hal ini biasa terjadi karena umur TV yang sudah tua juga.
Aku kembali mengarahkan pandangan lagi ke Ayu. Namun ternyata gadis itu sudah menutup pintu kamarnya.

Aku tertegun sejenak. Kebetulan yang aneh bukan? Bagaimana saat Ayu tersenyum padaku dan hilangnya saluran Televisi bisa terjadi secara bersamaan.

*
Semenjak hari itu aku mulai merasakan hal-hal ganjil di kost, yang mana selama 9 bulan tinggal disini hampir tak pernah mengalaminya.

Meski rumah tua, kosku bukan termasuk rumah yang angker.
Belum lagi kelakuan Ayu yang makin hari makin aneh. Dan ternyata tak hanya aku yang merasakan demikian namun anak-anak kos yang lain juga.

Pernah suatu malam saat tidur, aku harus terjaga karena mendengar suara ketukan. Awalnya kupikir suara orang yang mengetuk pintu depan.
Tapi setelah kudengar dengan seksama, ternyata berasal dari jendela kamarku sendiri. Seperti suara kuku yang diketuk-ketukkan.

Tuk Tuk Tuk …

“Sopo se iki bengi-bengi ganggu wong turu.” (Siapa sih ini malam-malam ganggu orang tidur). Gerutuku malas.

Tuk Tuk Tuk…
“Siapa?” Sahutku setengah berteriak.

Tuk Tuk Tuk..

“Siapa itu??” Tanyaku lagi setengah jengkel.

‘Iki pasti kerjaane arek-arek kampung sing jahil.’ (Ini pasti kerjaan anak-anak kampung yang iseng) Batinku kesal.
Oh iya, rumah kosku tidak memiliki pagar, jadi orang luar tentu bisa bebas kapan saja memasuki pekarangan. Dan kebetulan letak kamarku memang berada di bagian paling depan.

Tiba-tiba suara ketukan itu makin cepat hingga membuatku sempat terlonjak.
Ragu-ragu aku mendekati jendela yang tertutup gorden meski suara ketukan kuku itu masih tak berhenti.

‘Buka … nggak … buka … nggaak..’ Batinku menimbang.

Tuk Tuk Tuk Tuk Tuk Tuk Tuk..
Karena kesal kuberanikan saja menggeser tirai gorden secara spontan,-
namun aku tak menemukan siapapun dibalik sana. Hanya teras kosong yang diterangi cahaya lampu saja. Untuk memastikan lagi, aku sampai menempelkan wajah ke kaca menelisik sekitar. Tapi orang secepat apa yang bisa menghilang begitu saja.

Yang jelas itu bukan orang.

***
Minggu, Pukul tujuh pagi.

Aku dikejutkan dengan suara orang berteriak histeris disertai keriuhan yang lain. Kontan aku langsung terbangun dan beranjak keluar dari kamar meski masih dengan mata belekan.
Dan benar saja kulihat beberapa anak-anak kos kami dan kos (pria) belakang rumah berkerumun seperti memegangi seseorang.

“Ngalehhhh.. ngalehoooo kabeh. Bangsat! Tak pateni kowe kabeh!” (Pergi. Pergi kalian semua. Bangsat! Kubunuh kalian semua!) Teriak Ayu yang terlihat meronta.
Aku yang masih setengah sadar hanya bisa bengong melihat situasi demikian. Tak lama kemudian aku berlari lagi ke kamar, mengambil hijab dan berganti setelan Panjang.

Aku sampai lupa di depan sana banyak anak-anak cowok. Untunglah mereka tidak begitu menyadari kehadiranku.
Setelahnya aku langsung bergegas keluar kamar dan kulihat kondisi mereka masih sama.

Ayu berusaha berontak melepaskan diri, didekatnya ada bang Ahmad (pemilik kost pria di belakang rumah kost kami) sedang membaca doa-doa sambil memegangi kepala Ayu.
Ayu makin histeris bahkan sempat mengobat-abit anak-anak cowok yang memeganginya. Padahal jika dalam kondisi normal, tenaganya tak mungkin bisa sebesar itu.
Tanpa bertanya pada yang lain, aku sudah tahu kalau dia memang kesurupan. Kejadian itu tak berakhir begitu saja.

Hari-hari berikutnya Ayu sering mengalami kesurupan. Bahkan dalam satu hari ia bisa mengamuk hingga 3-4 kali.

*
Malam itu terasa begitu sunyi, lampu kamar sudah berganti menjadi lampu tidur, bunyi jangkrik mulai menemani.

Tapi ada suara yang sedari tadi cukup mengganggu, suara kucing yang terus mengeong tiada henti. Awalnya kupikir wajar, mungkin saja kucing-kucing itu memang-
sedang memiliki acara reproduksi bersama. Tapi sudah hampir satu jam suaranya tak kunjung berhenti.

Sampai-sampai ku ketuk-ketuk jendela dengan sedikit keras, mengusir mereka agar segera pergi dari samping kamarku. Namun tak kunjung berhasil.
Sempat kuintip, namun posisi mereka ada diluar pekarangan. Satu berwarna hitam dan satu lagi berwarna putih dengan ekor panjang kuning. Keduanya melihat kearah kosku.

“Heh! Puss… Ngaleh! Ngaleh!” (Heh! Puss .. Pergi! Pergi!). usirku dari balik jendela.
Hanya saja mereka tak menggubris dan mengeong makin histeris. Tak bisa kupungkiri, alasan kucing-kucing itu mengeong mungkin saja karena mereka melihat apa yang seharusnya tidak mereka lihat.

Segera kutepis jauh-jauh pikiran itu. Aku tak ingin mengalami insomnia, karena besok-
harus bangun pagi-pagi buta. Jam setengah tujuh ada praktikum Mekatronika di lab, yang mana asisten labnya adalah pacarku sendiri.

Masa iya aku telat? Tapi ini tak ada hubungannya dengan itu. Sungguh. Karena dipraktikum kali ini aku harus lulus untuk memperbaiki-
nilai PLC-ku yang lumayan hancur.

Aku kembali berbaring dan membungkus tubuhku dengan selimut hingga kepala. Kupasang headset di kedua telinga, lalu menyetel musik dari ponsel agar bisa segera tertidur. Dan benar saja cara itu berhasil. Aku bisa memejamkan mata dengan sempurna.
Hanya saja tak lama kemudian aku membuka mata lagi. Sayup-sayup kudengar suara orang bersenandung.

Awalnya lirih, namun lama-kelamaan terdengar semakin jelas. Kudengar lebih seksama, itu suara wanita sedang nyinden.
Kulirik sekitar, aku masih di dalam kamar dalam kondisi yang sama.

‘Sopo iki nyinden bengi-bengi. Opo tekan suara TV yo?’ (Siapa ini nyinden malam-malam? Apa berasal dari suara TV ya). Batinku kemudian.
Ralat
*Mekatronika -> PLC
Ntah kenapa rasa penasaran begitu besar menggelayuti, hingga kuputuskan untuk mengecek saja darimana asalnya suara sinden tersebut.

Begitu keluar kamar, aku tak menemukan siapapun diruang TV, bahkan TV-nya saja masih mati. Otakku sudah mengirim sinyal tak beres,
hanya saja tubuhku bergerak sebaliknya. Suara sinden itu terdengar tak jauh dari kamarku.

Kulirik lorong menuju arah dapur, yang mana disamping kanan-kirinya terdapat kamar anak-anak kost yang lain. Karena nanggung kudekati saja. Firasatku langsung mengarah di kamar-
pintu pertama yaitu kamar Ayu. Benar saja, kulihat pintunya sedikit terbuka menampakkan celah.

Kudorong pintu kayu itu secara perlahan. Jantungku mulai berdegup kencang. Diatas ranjang Ayu tampak sesosok wanita berkebaya hijau sedang menyisir rambut panjangnya di depan kaca.
Hanya saja itu bukan Ayu, tapi seorang wanita dewasa dengan tubuh sedikit berisi. Benar, wanita itulah yang sedang menyenandungkan sinden dengan merdu. Namun tetap saja menyeramkan.
‘Aja sira andaleming
lah age sira malesa
aja katon lanang dewe
yo le ya nang wong jentara
sun tan nedya nglawana
sak karsanira sun lumuh
mrih aja nganiaya’
‘Tutugna ngganira nyuduki
nanging aja nyuduk mata
sepet esuk-esukane
yo le nang damarsasongko
becik sira nungkula
sun angkat dadi tumenggung
sun agung sak karsanira’
‘Tan kena ginawa becik
si trayoli damarwulan
wani nyuduk mata inyong
samengka keris ing asta
den prayitna anyuda
katiban gegaman ingsung
kunta pedang sokayana’

(Kurang lebih lirik sindennya seperti itu. Source lyric: by google)
Aku tertegun sepersekian detik, sempat terhipnotis dengan suaranya.

Namun tiba-tiba saja, wanita sinden itu berhenti bernyanyi, seolah menyadari kehadiranku. Lalu terdengar suara merintih seperti menahan sakit dengan tangisan yang menyayat hati.
Aku memundurkan langkah dan langsung berlari ke kamarku. Sontak kukunci kamarku dengan segera.
Tak lama kemudian terdengar suara orang mengetuk pintu kamarku kasar.

“Buka! Buka! Buka!”

Aku mulai melantunkan ayat suci, anehnya lidahku jadi kelu.
Aku membaca surat tersebut terbata-bata, bahkan beberapa ayatnya saja banyak yang lupa. Padahal aku sudah hafal betul dengan doa itu.

“Buka! Buka nduk! Buka! Hihihihihi…”
Aku masih berdoa dengan terbata-bata meski sudah berusaha. Otakku mulai berpikir, kulihat diatas ranjang diriku yang lain sedang berbaring.

“Loh? Iku aku.”
Aku mulai menyadari bahwa sukmaku tak sengaja berkeliaran lepas dari raga sepertinya.

BRAK! BRAK! BRAK!
“Bukak!” Teriak wanita itu makin marah.
‘Ya Allah. Piye iki? Aku kudu balek.’ (Ya Allah. Bagaimana ini. Aku harus balik).

Tanpa banya berpikir aku pun langsung menyungsur ke arah diriku yang lain.

“Astaghfirullahal’adzim.” Aku membuka mata.
Kulirik sekitar kamar. Sepi. Jika ini mimpi rasanya seperti nyata sekali. Bahkan masih bisa kurasakan degup jantung yang menderu kencang. Kuusap sekitar dahiku yang berkeringat dingin. Segera saja kunyalakan lampu utama kamarku agar menjadi terang.
Aku meraba ponsel, kulihat jam sudah menunjukkan angka 3. Mungkin saja ini teguran agar melaksanakan sholat malam.

Setelah menenangkan diri, akupun beranjak dari tempatku dan berencana mengambil wudhu.
Lalu berpikir lagi untuk kekamar mandi, yang mana lokasinya berada diujung didapur. Itu berarti aku harus melewati kamar Ayu juga. Bagaimanapun sosok sinden itu masih melekat di dalam pikiran.

Tapi yasudah, mungkin saja itu memang mimpi buruk. Aku harus memberanikan diri.
Bukankah dengan shalat bisa mengusir keberadaan jin-jin jahat.

Meski ragu aku terus berjalan dan melewati kamar Ayu yang ternyata masih tertutup. Aku menghela nafas lega.
Namun saat berjalan kembali ke kamar, kulihat pintu kamar Ayu terbuka setengah. Yang mana ia sudah duduk tegap dipinggiran ranjang dengan posisi menghadap kaca.

***
Break dulu ya..
Inshaa Allah dilanjut besok lagi.

Kerasa pusing dan mulai mual soalnya.

📄📌

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Nana is me

Nana is me Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @chillbanana313

Oct 15, 2021
God Damn it! Sial kesel banget gw 😡. Baru dapet berita ponakan gw yang lagi di pesantren mengalami kekerasan fisik dari kakak kelasnya. Dipukulin sampe babak belur bareng ke 6 temennya.

Please, ini pesantren loh ya. God! Rasanya pgn gw samperin kesono liat kondisi dia 😭.
Fyi, dia baru kelas 3 SMP. Dia di pondok tahfidz. Disana emg diwajibkan berbahasa inggris/arab sbg conversation sehari².

Masalah pemukulan sepele sebenernya. Hanya karena ponakan gw ga sngaja ngmg bhs jawa-indonesia ma temen²nya pas di kmr asrama.
Terus gak sengaja ketahuan ma pengurus OSIS nya.

Nah si OSIS nya ini melakukan hukuman fisik yg bener2 keterlaluan sih. Sumpah! Kenapa lo sampe mukulin anak org woy! Padahal lo aja masih teenager.
Read 4 tweets
Aug 22, 2021
--PENGALAMAN MISTIS SELAMA MENULIS THREAD HOROR--

Apa kalian tau? Mereka suka jika dibicarakan...

@bacahorror @ceritaht
@IDN_Horor @Penikmathorror
Hai para pecinta cerita horror..

Gw nulis ini sambil nyicil thread “KOST” kuy lah. Gak usah khawatir bakal digantungin ya.

Jadi gini, gw mau berbagi sedikit pengalaman mistis selama menulis thread horror. Sekaligus menjawab rasa penasaran kalian yang sering nanya…
“Eh nulis thread horror gitu sering dapet gangguan nggak sih?”.

Sekarang gw jawab”IYA sluuuuur. Diganggu gw!”

Nggak tau lagi deh kalo threader yang lain. Tapi gw pastiin hampir kebanyakan sih, ya iyaa pasti ngalamin suatu kejadian. Nggak mungkin adem ayem aja.
Read 53 tweets
Aug 20, 2021
--KOST--

Gadis itu berubah menjadi penyendiri. Tanpa kami sadari, dia telah membawa sesuatu yang mengerikan di hunian ini.

A Horror Thread

@bacahorror #bacahorror
@ceritaht
@IDN_Horor
@bagihorror #bagihorror Image
Bantu Re-tweet ya @ItsQiana @Gumballwee @pakdhe_beja @qwertyping @Rioo43317016
Kata Pengantar dulu..

Haiiii… ada yang kangen thread kentang Nana?
Iya mon maaph buat para follower lama Banana yang udah digantungin thread “Kost” sampe jamuran. Dah banyak yang lupa kali ya 😭. Karena itu buat penebusan dosa kali ini, cerita bakal author posting sampai tamat.
Read 574 tweets
Mar 19, 2020
(Based from True Urban Legend)

M O N T I A N A K
a.k.a "MatiAnak"
.
.
@bacahorror #bacahorror
@ceritaht #threadhorror
.
.
A Horror Thread Image
P R O L O G

Suara nyaring kentongan yang dipukul berulang-ulang berhasil memecah keheningan malam hampir di seluruh pelosok desa. Warga yang mendengar sontak terbangun, sebagian besar langsung keluar dan menghampiri sumber suara.
Sedang yang lain hanya berani mengintip dari pintu dan jendela rumah masing-masing.

Meski rasa penasaran menggelayuti, namun anak-anak dan wanita yang mengetahui kodratnya tetap berada dibalik rumah. Pasalnya, malam tak pernah ramah bagi mereka,-
Read 270 tweets
Jan 16, 2020
(Based On True Story)
"TEROR POCONG KIRIMAN"
.
.
-Sebuah Utas Pendek-
@bacahorror #bacahorror
.
@bacahorror Tak ada yang spesial malam ini, tak terkecuali hari ini malam jum’at legi dan jarum jam masih bergantung di angka 22.00.

Suasana malam yang sesekali diiringi suara jangkrik saling bersahutan di luaran rumah.
Bu Sri yang kala itu terjaga dari tidurnya melangkah gontai ke arah dapur, tenggorokannya dirasa kering karena haus.

Untuk menuju ke dapur, Bu Sri harus melewati Lorong gelap yang melewati ruang tamu bercahayakan temaram. Sesaat kepalanya tak sengaja menoleh, matanya-
Read 203 tweets
Nov 15, 2019
(Based on true story)
.
.
Ini kisahku saat mengikuti Jumbara, disalah satu tempat yang sangat angker. Tempat bekas pembantaian PKI terbesar yang pernah terjadi dikotaku.
.
-A Thread-
.
.
@bacahorror #bacahorror #threadhorror
@bacahorror Apa kalian termasuk siswa/i yang dulu atau sekarang pernah aktif dikegiatan ekstrakulikuler sekolah? Bukankah kegiatan ekstrakulikuler begitu menyenangkan?

Harusnya sih. Kalau tidak, bagaimana mungkin kita mau mengikutinya bukan?
Aku termasuk anak yang gemar mengikuti kegiatan-kegiatan tambahan diluar jam wajib pelajaran sekolah. Salah satunya PMR. Aku terbilang aktif saat menginjak bangku SMP.
Read 352 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(