Mengapa mahasiswa berdemonstrasi? Mengapa Widji Thukul, serta aktivis dan pemikir lainnya bisa hilang? Setiap orang memiliki jawabannya masing-masing.
Kali ini, Logos akan membahas salah satu kelas masyarakat dalam perspektif Gramsci, yaitu kelas Intelektual.
- a thread!
Kali ini, Logos akan membahas salah satu kelas masyarakat dalam perspektif Gramsci, yaitu kelas Intelektual.
- a thread!
Beberapa waktu yang lalu, Logos telah membahas konsep hegemoni kultural Antonio Gramsci. Bagi teman-teman yang belum baca, baca dulu gih.
Mari kita berangkat dari sebuah ilustrasi: Mengapa ada seorang istri yang tidak berani melawan tindakan buruk suaminya terhadap dirinya? Setiap individu (atau kelompok) barangkali memiliki beragam varian jawaban. Akan tetapi, tidak akan jauh dari istilah “durhaka”.
Ya. Si istri tersebut takut dicap sebagai “istri durhaka”.
Rasa takut yang kita miliki adalah wujud dari hegemoni konsep adab istri terhadap suami. Tapi, bagaimana kita bisa terhegemoni?
Rasa takut yang kita miliki adalah wujud dari hegemoni konsep adab istri terhadap suami. Tapi, bagaimana kita bisa terhegemoni?
Gramsci menjelaskan bahwa suatu nilai dapat menghegemoni masyarakat apabila nilai tersebut dibawa oleh agen kultural. Gramsci menyebut agen pembawa nilai sebagai kelas ‘Intelektual’.
Intelektual, sebagai salah satu kelas masyarakat dalam perspektif Gramsci, tidak dapat dipahami hanya sebagai sekelompok individu yang memiliki gelar akademik; intelektual adalah suatu peran dalam kehidupan sosial.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, peran kaum intelektual adalah membawa suatu konsep nilai tertentu dalam rangka penanaman hegemoni.
Gramsci membagi kaum intelektual ke dalam dua golongan, yaitu intelektual tradisional dan intelektual organik. Meskipun posisi seorang intelektual dalam kedua kelompok tersebut dapat tumpang tindih, terdapat perbedaan yang jelas antara keduanya.
Dalam contoh kasus hubungan suami dan istri sebelumnya, seorang pemuka agama‒‒yang menyatakan bahwa menuruti kehendak suami (apapun kehendaknya) adalah bagian dari ibadah dan melawannya adalah perbuatan dosa‒‒dapat menjadi bagian dari kedua kelompok intelektual tersebut.
Intelektual tradisional adalah kelompok intelektual yang berperan secara horizontal. Golongan ini berperan memastikan individu-individu dalam kelompoknya (kelasnya) memiliki satu suara.
Dalam contoh hubungan suami-istri di atas, si pemuka agama memiliki intensi untuk mempertahankan kultur patriarkis dalam kelompoknya.
Kemudian, intelektual organik adalah intelektual yang berperan secara vertikal.
Kemudian, intelektual organik adalah intelektual yang berperan secara vertikal.
Golongan ini berperan menyebarkan nilai yang dibawanya kepada masyarakat. Intensi dari golongan ini adalah menjadikan nilai yang dianutnya sebagai nilai arus utama dan menghegemoni masyarakat.
Kembali ke hubungan suami-istri, si pemuka agama memiliki intensi untuk menyebarkan budaya patriarkis ke dalam masyarakat.
Tindak mempertahankan dan/atau menyebarkan nilai dilakukan dalam ruang publik. Salah satunya adalah melalui platform tercinta kita, Twitter.
Tindak mempertahankan dan/atau menyebarkan nilai dilakukan dalam ruang publik. Salah satunya adalah melalui platform tercinta kita, Twitter.
Di Twitter, berbagai intelektual dari berbagai kelompok saling bernegosiasi dan berkontestasi.
Nah, menurut kalian, setelah mempelajari kelas intelektual dalam perspektif Gramsci, mengapa Widji Thukul hilang?
Nah, menurut kalian, setelah mempelajari kelas intelektual dalam perspektif Gramsci, mengapa Widji Thukul hilang?
Sumber:
1. The Concepts of Ideology, Hegemony, and Organic Intellectuals in Gramsci’s Marxism (Valeriano Ramos, Jr.)
2. Selection From Prison Notebooks of Antonio Gramsci (Antonio Gramsci)
Konten oleh @eaxxdr
1. The Concepts of Ideology, Hegemony, and Organic Intellectuals in Gramsci’s Marxism (Valeriano Ramos, Jr.)
2. Selection From Prison Notebooks of Antonio Gramsci (Antonio Gramsci)
Konten oleh @eaxxdr
