Jaringan GUSDURian Profile picture
Aug 17, 2020 22 tweets 5 min read Read on X
9 Catatan 75 Tahun Kemerdekaan Indonesia
(A Thread)

Sejak diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, kemerdekaan masih meninggalkan sejumlah catatan. Apa saja catatan itu? Gusmin mencatat setidaknya ada 9 catatan besar. Sebuah pekerjaan rumah untuk kita semua. #DirgahayuIndonesia ImageImageImageImage
1. Intoleransi
Kasus intoleransi masih terus tinggi, terutama intoleransi atas nama agama. Kasus Ahmadiyah Cikeusik, Gereja Singkil Aceh, Masjid Tolikara Papua, Syiah Sampang, Gereja Yasmin, adalah beberapa catatan kasus yang terjadi.
Baru-baru ini, masyarakat adat di Kuningan dan keluarga Syiah di Solo mengalami kasus intoleransi tersebut. Di titik ini, kerjasama semua pihak menjadi instrumen penting untuk menyelesaikan berbagai kasus intoleransi secara adil.
2. Ketimpangan ekonomi
1 persen orang di Indonesia menguasai 50% aset nasional. Data ini menunjukkan ketimpangan yang sangat besar. Parahnya, ketimpangan dipertontonkan dengan sangat jelas.
kumparan.com/kumparannews/1…
Di media, kita bisa melihat tayangan di mana ada rakyat yang kesulitan makan di sisi lain ada sebagian lainnya yang mengumbar kemewahan.
3. Perusakan Lingkungan
Presiden Jokowi pernah mengatakan bahwa pembangunan harus memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan. Nyatanya, ada banyak pembangunan yang masih mengorbankan lingkungan.
Pabrik semen di Kendeng, PLTA di Poso, pembangunan bandara di Yogyakarta, perebutan lahan tani di Urut Sewu Kebumen adalah beberapa kasus yang pernah terjadi. Di Kalimantan, pembakaran hutan membuat banyak spesies langka seperti Orang Utan kehilangan tempat tinggalnya.
4. Hak Asasi Manusia
Di masa lalu, kita masih memiliki banyak catatan mulai kasus Munir, 1965, Kedungombo, pelenyapan aktivis ’98 dan lain sebagainya. Di masa kini, masih ada banyak kasus di mana HAM kerap dilanggar dalam penanganan sebuah aksi.
Penanganan kasus Novel Baswedan, pembangunan pabrik semen, penanganan demo mahasiswa Papua, menjadi contohnya. Kasus mahasiswa Papua di Jawa Timur bahkan merupakan kasus rasisme.

mediaindonesia.com/read/detail/32…
5. Undang-undang yang pro-rakyat
Sepanjang 2019-2020, terdapat banyak aksi menuntut pengesahan dan pembatalan rancangan undang-undang. RUU Penghapusan Kekerasan Seksual menjadi RUU yang sangat ditunggu pengesahannya.
Sementara RUU Cilaka atau Omnibus sangat ditentang. Ajaibnya, RUU PKS dihentikan pembahasannya, dan Omnibus Law dikebut untuk disahkan. tirto.id/penarikan-ruu-…
6. Pemberantasan Korupsi
Saat UU KPK revisi diajukan, aliansi masyarakat sipil menolak keras karena dianggap akan menggerogoti agenda pemberantasan korupsi. Namun DPR kemudian mengesahkan. Terbukti kini pemberantasan korupsi mengalami banyak hambatan.
Di sisi lain, setelah pegawai KPK dijadikan ASN, independensi pegawai jadi diragukan. Sebuah kemunduran.
republika.co.id/berita/qevkna3…
7. Oligarki dan Dinasti Politik
Sistem politik di Indonesia tidak ‘mewajibkan’ adanya oposisi. Meski keberadaan pihak yang berseberangan dengan pemerintah sangat diperlukan agar jadi control yang baik.
Periode kedua Jokowi ini semakin rumit karena dua kandidat yang bertarung justru menjadi satu kekuatan di pemerintahan. Sementara partai yang jadi pengawas semakin kecil suaranya.
Selain itu, fenomena dinasti politik ditampilkan di segala level.
Orang-orang yang berhubungan secara garis darah dengan pemegang kuasa memilih untuk melanggengkan kuasa dengan bertarung di jalur politik. Misalnya Bupati yang habis masa jabatan mengajukan istri atau anaknya sebagai calon. Dan lain sebagainya.
8. Pemanfaatan frekuensi publik
Pada dasarnya, frekuensi adalah milik publik yang harus dikelola untuk kepentingan rakyat. Hanya saja, di Indonesia frekuensi justru dimanfaatkan oleh pemilik media untuk mengeruk keuntungan dan menjalankan agenda politiknya.
Era konglomerasi membuat media-media di Indonesia hanya dikuasai segelintir orang, membuat kontrol informasi rawan dimanipulasi.
tirto.id/8-konglomerat-…
9. Pendidikan Tidak Merata
Dari Sabang sampai Marauke, pendidikan masih terpusat di pulau Jawa. Menjadi pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Era pandemi membuka mata kita di mana ketimpangan di bidang pendidikan begitu nyata.
Dari sisi infrastruktur, pengajaran online sangat menyulitkan siswa, khususnya dari luar pulau Jawa. Ada yang harus berjalan berkilometer hanya untuk sekadar cari sinyal. Belum lagi persoalan kualitas kurikulum dan pengajar.
Sembilan catatan di atas menjadi renungan buat kita semua. Tentu saja, ada banyak prestasi yang sudah ditorehkan dalam waktu 75 tahun ini. Kita selalu berharap yang terbaik bagi bangsa dan negara. Mari kita upayakan sembari terus berdoa.

Apa catatanmu di hari kemerdekaan ini? Image

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Jaringan GUSDURian

Jaringan GUSDURian Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @GUSDURians

Jan 22, 2023
Gus Dur: Sang Bapak Tionghoa Indonesia

Utas

Membicarakan Imlek di Indonesia tak bisa dilepaskan dari sosok Gus Dur. Lho, kok bisa? Begini...

Mulai 1967 hingga tahun 1999, kita tidak bisa menikmati pertunjukan Liong dan Barongsai. Tak ada lampion di mal dan tempat umum.
Kita juga tidak bisa berbicara dalam bahasa Mandarin. Nama 'berbau’ Cina pun dilarang. Warga Tionghoa bahkan dipaksa untuk memilih satu dari lima agama resmi di Indonesia.

Ya, di masa itu, kita tak lagi bisa menjumpai nama-nama seperti Soe Hok Gie, Ong Tjong Bing, Lie Eng Hok,
Liem Swie King, dan sejenisnya. Sebab, mereka harus mengubahnya menjadi nama-nama ‘pribumi’ seperti Hartono, Wijaya, Kusuma, dan lainnya. Kita juga tak bisa menjumpai sekolah-sekolah Tionghoa, surat kabar berbahasa Mandarin, dan apa pun yang berhubungan dg Cina.
Read 20 tweets
Dec 24, 2022
Mengapa Perlu Jaga Gereja?

Setiap malam Natal, Gusmin selalu ingat dengan sosok Riyanto, seorang anggota Banser yang wafat ketika menyelamatkan ratusan manusia yang sedang beribadah di Gereja Eben Haezer, Mojokerto, tahun 2000 silam.

Utas
Muslim, kok, jaga gereja? Mungkin itu yang banyak dipertanyakan orang. Bahkan beberapa tokoh menyebut tindakan menjaga gereja adalah tindakan yang berlebihan. Mengapa harus jaga gereja jika kita punya aparat keamanan?
Orang yang pertama kali menginstruksikan agar Banser menjaga gereja adalah Gus Dur. Perintah Gus Dur ini merupakan respons dari pembakaran gereja di Situbondo, Jawa Timur, pada 1996. Pasca kejatuhan Soeharto, stabilitas keamanan semakin menjadi pekerjaan rumah bangsa Indonesia.
Read 17 tweets
Dec 23, 2022
Asal-usul Kutipan 'Tuhan Tidak Perlu Dibela'

Siapa yang tidak mengenal kalimat Tuhan Tak Perlu Dibela”? Kalimat itu terkenal sekali, hingga menjadi judul buku dan sampai sekarang masih dikutip, jadi kaus, jadi meme, jadi status Facebook, bahkan jadi “dalil”.

#BulanGusdur
Ya, kalimat Gus Dur itu mungkin yang paling terkenal, setelah “gitu aja kok repot”. Dari manakah kalimat itu berasal?

Ternyata, Gus Dur memarnya dari kalimah seorang sufi agung, al-Hujwiri. Berikut ini kalimat lengkapnya:
“Bila engkau menganggap Allah itu ada hanya karena engkau yang merumuskan, hakikatnya engkau sudah kafir. Allah tidak perlu disesali kalau Dia mnyulitkan kita. Juga tidak perlu dibela jika orang menyerang hakikat-Nya.”
Read 8 tweets
Oct 16, 2022
[PRESS RELEASE]

Lima Rekomendasi Jaringan GUSDURian untuk Indonesia

A thread

Pada Jumat hingga Minggu 14-16 Oktober 2022, Jaringan GUSDURian menyelenggarakan Temu Nasional GUSDURian (TUNAS) di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.
TUNAS merupakan agenda pertemuan rutin tiga tahunan yang diadakan untuk mengonsolidasikan komunitas dan jejaring GUSDURian.

Acara tersebut dihadiri oleh keluarga, sahabat, murid, pengikut, serta pengagu, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dari berbagai kalangan.
Beberapa tokoh yang hadir di antaranya istri Gus Dur Sinta Nuriyah, Alissa Wahid, Inaya Wahid, budayawan Zawawi Imron, Menteri Agama RI 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Read 22 tweets
Oct 16, 2022
Anda bisa mengambil apa saja dari keteladanan Gus Dur. Di sini saya akan membacakan sesuatu yang serius dari Gus Dur. -Bu Nyai Sinta Nuriyah

#TunasGUSDURian2022
Pikiran Gus Dur berakar pada sosiologis pesantren. Suka silaturrahim dengan para kiai dan dekat dengan masyarakat akar rumput.

Hal itu yang mengasah empati Gus Dur dalam melihat sesama.
Saya berharap anak GUSDURian untuk tetap silaturrahim dengan kiai dan pesantren.

#TunasGUSDURian2022
Read 4 tweets
Oct 16, 2022
Gus Dur itu hanyalah melanjutkan pemimpin agungnya, Rasulullah Saw. -@gusmusgusmu

#TunasGUSDURian2022
#GusDur yang ditiru adalah pemimpinnya, sebagaimana yang tercantum dalam alqur'an.

عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ
رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

"Ikut merasakan penderitaan umat dan penuh perhatian, kasih sayang". #TunasGUSDURian2022
GUSDURian perlu diajari seneng membaca dan cara membaca yang benar. -@gusmusgusmu

#TunasGUSDURian2022
Read 11 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(