Peringatan ‼️
jika melihat gambar tersebut terasa pusing itu karena adanya energi. Jadi jangan lama lama untuk melihat. Usahakan berdoa dulu sebelum membaca. Terimakasih.
Oiya bagi kalian yang penasaran gambar gambar horor sketsa dari @rvanxjro , kalian bisa kepoin Instagram nya @rvanxjro .jangan lupa FOLLOW juga.
SEMUA GAMBAR MEMPUNYAI ENEGI JADI USAHAKAN BERDOA DULU.
Nih beberapa gambarannya
Jangan lupa follow Instagram nya
OKE
Saya akan mulai cerita ini nanti malam, sebentar lagi selesai.
Silahkan RT dulu Biar rame 😁
Follow juga gpp
Mari kita mulai
KISAH NYATA
cerita ini sudah mendapat ijin dari beliau.
Yogyakarta beberapa tahun yang lalu sebelum pensiun. seorang lelaki paruh baya yang di ikuti oleh makhluk tinggi besar hitam berbulu dan bermata merah selama tiga hari dan sempat akan di bunuh.
Pabrik gula. Banyak cerita cerita mistis yang ada di dalamnya, seperti makhluk besar dan setinggi cerobong asap yang menutupi cerobong tersebut karena kurangnya sesajen. Yang mengakibatkan produksi gula waktu itu sempat berhenti mendadak,
setelah di jawab dan syarat terpenuhi makhluk itupun pergi dan mesin mesin produksi mulai menjalankan kegiatannya. Kembali normal.
Pabrik Gula Madukismo adalah satu-satunya pabrik Gula dan Alkohol/Spirtus di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pabrik ini mengemban tugas untuk mensukseskan program pengadaan pangan Nasional, khususnya gula pasir.
diberi nama PT. Madu Baru. Yang kemudian dibagi menjadi dua pabrik yaitu Pabrik Gula (PG Madukismo) dan Pabrik Alkohol/Spiritus (PS Madukismo).
Sebuah bangunan besar berusia tua tahun 1955 berdiri dengan halaman luas, mesin-mesin kuno serta rel-rel kereta yang menjadi jalan kereta pengangkut tebu akan menyapa dan menguatkan kesan itu.
Kali ini saya akan menceritakan kisah seorang lelaki paruh baya yang bekerja di pabrik tersebut.
Dari sudut pandang orang pertama
Perkenalkan, aku Adi (samaran). Salah satu karyawan pabrik yang bisa dikatakan sudah menetap. Aku mau berbagi kisah dimana, setelah selesai delapan jam bergelut dengan mesin produksi.
Hari pertama.
Selama seminggu ini aku mendapatkan jadwal shift siang. Berangkat jam dua siang pulang jam sepuluh malam. Begitu seterusnya. Setiap pergantian shift akan ada suara "gauk" (begitu orang sini mengucapkan) suara keluar dari sebuah cerobong asap yang menjulang tinggi.
*suara gauk*
Aku bersiap untuk segera berangkat . Kebetulan jarak rumah dengan pabrik lumayan dekat hanya menempuh 10 menit. Setelah sampai di pabrik, aku bekerja seperti biasanya. Merasakan yang tak kelihatan sudah menjadi kebiasaanku selama aku masih menginjak di bangku sekolah
menengah pertama. Tak kala di tempat kerja apapun itu dan bentuknya semua ada di sana. Terdapat pohon beringin yang sangat besar dan tua di dalam pabrik. Semua orang sudah tau wingitnya tempat itu.
Singkat cerita
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Suara gauk berkumandang menandakan shift malam itu sudah usai dan di ganti dengan shift berikutnya. Suara gauk itu begitu kerasnya hingga jarak keraton saja bisa mendengarnya. Aku bergegas masuk ruangan, melepas pakaian
kerja dan ganti dengan kaos biasa. Terlihat dari sudut mataku, aku melihat sosok perempuan berpakaian seba putih lusuh melintas, dia bukan berjalan melainkan melayang. Kuntilanak. Aku hiraukan saja, daripada meminta sesuatu nanti aku yang repot. Setelah selesai ganti baju,
aku lanjut berjalan ke depan. Sebelumnya aku mampir ke pos satpam sekedar ngobrol santai melepas penat. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, aku pamitan dan segera ke parkiran untuk mengambil motor.
"pak Adi ayo ngopi sik?". Ucap salah satu rekan kerjaku sebut saja Agus.
(Ayo ngopi dulu)
"Wah mboten mas, aku tak langsungan mawon" jawabku menolak halus.
(Gak usah mas, aku pulang saja)
"Hahaha... siap pak, ngatos atos pak Adi" ucapnya sembari memakai jaket.
(Hati hati )
"Monggo monggo mas" jawabku singkat.
(Mari mari mas)
Aku starter motor maticku dan segera pulang ke rumah. Aku gas pelan pelan untuk menikmati udara malam. "Ah silire" batinku sembari memandang ke depan. Sekitar 600 meter berjalan aku melewati sebuah jembatan.
Jembatan yang sudah di renovasi menjadi lebih luas lagi. Dari pangkal jembatan aku melihat sosok tinggi besar berbulu dengan mata merahnya sedang menatap ke arahku. Dia membawa sesuatu yang besar di tangannya, seperti batu yang sangat besar. Aku diam tak mau menggubrisnya.
Tiba tiba dari atas kepalaku terasa benturan yang sangat keras. Seperti suara kepala yang sedang di pukul dengan batu besar.
"DUAARRRR"
itu yang aku rasakan. Aku berhenti tepat di ujung jembatan melihatnya ke atas dengan di suguhkan mata merahnya.
Seperti tatapan mata yang mempunyai dendam yang begitu besar. Aku diam masih di atas motor melihat matanya. Aku berdoa, Kemudian melanjutkan perjalanan pulang. Saat tiba di rumah, Rasa pusing masih terasa. Aku langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan melanjutkan -
sholat malam dan kemudian wiritan. Setelah selesai aku masih memikirkan hal itu.
Suara ayam jago berkokok aku terkesiap bangun dari tidurku, aku berjalan ke kamar mandi untuk mandi dan mengambil air wudhu dan melanjutkan sholat subuh dan wiritan. Aku tengok jam dinding ternyata sudah jam 5 pagi.
Aku bangkit dari tempat sholatku, membersihkan rumah dan bersiap untuk pergi karena ada janjian dengan kawan di daerah Bantul.
"Halo mas, aku mangkat saiki!". Ucapku dengan kawan di seberang telefon. ( Berangkat sekarang)
Setelah semua siap, aku segera berangkat menuju rumahnya. Aku melewati jalan samas, setelah melewati pertigaan yang konon persimpangan itu angker,
terlihat dari depan ada sosok perempuan berdiri di pinggir jalan sedang "Ngawe-awe" (melambai lambai). Aku perhatikan dari jarak masih agak jauh, aku perhatikan arah depan jalur yang berlawanan. Tak ada satupun orang yang melihat perempuan itu.
"Udu menungso iki" (bukan manusia ini) batinku masih mengendarai motor dengan kecepatan pelan.
Aku hampiri perempuan itu.
"Enten nopo mbak?". Kataku
(Ada apa mbak)
"Mas tulungi aku, terno aku Muleh, aku kesel banget!" Jawabnya mengiba.
(Tolong saya, antarkan saya pulang, saya capek sekali)
"Lha sampeankan iso mebur mbak, kok malah milih mbonceng aku?". Jawabku sedikit meledek.
(Anda kan bisa terbang mbak, kenapa malah mau nebeng saya )
"Aku kesel banget mas, tulungi Yo mas, mgko tak duduhi dalane" jawabnya.
(Saya capek sekali mas, tolong ya mas, nanti saya kasih tau jalannya)
"Yo wes mbak ayo tak terke" jawabku mengiyakan
(Ya sudah mbak mari saya antar)
Setelah sudah sudah naik di jok belakang, perempuan itu menunjukkan jalan pulangnya. Yang menurutku jalannya begitu rumit di ingat. Setelah Melewati banyak belokan dan tengah sawah yang jauh di sana. Akhirnya sampai.
"Kae mas omahku". Ucap perempuan itu sambil menunjuk arah kuburan.
(Itu mas rumahe)
Saat berhenti di depan gapura makam, aku bertanya.
"Omahe sik endi mbak?".
(Rumahe yg mana mbak)
"Kae mas kijing paling pojok" jawabnya sembari menunjuk.
(Itu mas batu nisan paling pojok)
"Oh Yo wes mbak aku tak lanjut Meneh". Kataku seraya berpamitan.
(Ya sudah mbak, saya mau lanjut lagi)
"Nuwun Yo mas". Ucap perempuan itu kemudian menghilang
(Terimakasih)
"Njih" balasku dengan batin.
Aku baru kali ini di ganggu di pagi buta. Hahaha ketawaku masih di atas motor. Dan benar saja, jalan keluar menuju jalan raya benar benar lupa. Aku bolak balik muter sana sini tidak juga menemukan jalan keluar. Hanya berputar putar. Aku berhenti, aku matikan motor.
Ku pejamkan mata sembari berdoa agar di tunjukan jalan keluarnya. Dan akhirnya aku sampai di jalan raya dan kulanjutkan menuju rumah kawanku.
Singkat cerita.
Aku sudah di rumah untuk merebahkan tubuhku yang kelelahan. Sekedar mengisi tenaga untuk melanjutkan Pekerjaanku nanti di pabrik. Setiap Selasa Kliwon dan Sabtu Kliwon ada acara rutin meditasi di rumahku.
Sebentar , mau makan dulu ...
Lengip meh Madang
Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, suara gauk terdengar di telingku. Aku bersiap berangkat kerja. Sampai di pabrik aku mulai aktivitas seperti biasa. Seperti biasa aku pulang dari pabrik jam sebelas malam setelah ngobrol santai dengan kawan kerjaku.
Kedua kalinya aku di pukul dengan batu besar oleh sosok genderuwo yang menungguku di jembatan. Aku masih diam tidak mau membalasnya. Tapi rasa penasaran itu menambah di benakku. Kedua kalinya aku di pukul batu dan bersyukur pukulan itu tidak mempan olehku.
Ku lanjutkan perjalanan kembali ke rumah. Istirahat sholat dan wiritan. Hingga pagi menjelang.
Hari ketiga.
Ketiga kalinya aku di pukul oleh makhluk itu. Dan ketiga kalinya juga aku berniat untuk meluruskan, masalah apa hingga aku mau di celakai oleh genderuwo tersebut.
Dari kejauhan aku sudah melihat dia menungguku di ujung jembatan, bersiap memukulku tapi sebelum dia memukul, aku terkesiap, menjawab kemauan makhluk itu. Saat berhenti di ujung jembatan aku fokus dengan batinku.
Terlihat sosok itu berdiri tegak di depanku 3 meter lebih dengan sorotan mata tajam dan membawa batu besar.
"Masalahmu opo, kok ket wingi nutuki ndasku!"
(Masalahmu apa , kenapa dari kemarin memukul kepalaku)
"Aku pengen mateni kowe!" Jawab genderuwo
(Saya mau membunuhmu)
"Lha ngopo kok arep mateni aku! Aku duwe masalah opo Karo bangsamu!"
(Kenapa mau membunuhku, saya punya masalah apa dengan bangsamu)
"Aku pengen jikuk pusoko sik neng awakmu ! Mergo pusoko kui iso nambani anake rojoku !"
(Saya mau mengambil pusaka yang ada di tubuhmu, karena pusaka itu bisa mengobati anak dari rajaku)
"aku iso nambani anake rojomu, tapi rasah nggo acara mateni aku!, sesuk bengi jam rolas tak tunggu omahku!"
(Saya bisa menyembuhkan anak dari rajamu, tapi tidak usah dengan membunuhku, besok malam jam 12 saya tunggu di rumah )
Aku sudah menunggu makhluk itu datang ke rumah. Aku tunggu dengan wiritan malam itu. Tiba tiba aku mencium aroma khas genderuwo. Sepertinya ada tamu. Aku fokus meditasi , membuka pagar gaib rumah dan membuka mata batinku.
"Mlebuo!"
(Masuklah)
"Sak durunge aku meh tekon. Opo kowe gelem bantu bangsaku kok nawari bantuan!" Kata sosok yang lebih besar dengan membawa anak di tangannya .
(Sebelumnya saya mau tanya. Apa kamu mau membantu bangsa kami, kenapa menawarkan bantuan)
"Wes akeh bangsamu sik tak tulung ".
(Sudah banyak bangsamu yang saya tolong)
"Yo wes iki anakku tambanono!" Sambil memberikan anak genderuwo itu ke pangkuanku.
(Ya sudah ini anak saya sembuhkan)
"Iki ceritane kepie, kok iso ngene!"
(ceritanya bagaimana, kenapa bisa seperti ini)
Kulit anak itu terkelupas melepuh akibat terkena air panas. Aku yang melihatnya kaget dan bingung. Penuh tanya.
Cerita Dari sudut pandang genderuwo.
"Wingi sore pas neng pantai , anakku lagi mbrangkang dolanan pasir, neng sebelahe ono gerobak mi ayam, ra sengojo sik dodol kui mbuang kuah mi ayam sik ijeh panas pas awake anakku"
( kemarin sore waktu di pantai, anak saya lagi merangkak bermain pasir, di sebelahnya ada gerobak Miayam, tanpa sengaja penjual itu membuang kuah panas tepat di badan anakku)
Kembali ke sudut pandang pak Adi.
Aku yang mendengarkan cerita itu sepeti mau ketawa tapi aku tahan. Lucu saja menurutku. Ternyata kehidupan bangsa mereka sama seperti manusia pada umumnya.
Kalian mau percaya atau tidak, itu terserah kalian tapi ini adalah kisah nyataku.
Kemudian aku mengambil air yang sudah ku siapkan , air sendang yang sudah aku campuri dengan bunga cangkok Wijoyo Kusumo. Aku rapatkan doa dalam air itu dan aku usap usapkan pada tubuh anak genderuwo tersebut. Dengan izinNya tubuh anak itu sembuh dan kembali seperti semula.
Genderuwo yang melihatnya mengangguk dan memberikan gestur kedua telapak tangan memberi hormat.
"Matur nuwun, saiki kowe arep njaluk opo!"
( terimakasih, sekarang kamu mau meminta apa dariku)
" aku ra butuh opo opo, aku iso nulungi wes Seneng"
(Saya tidak butuh apa apa, saya bisa menolong sudah senang)
"Iling ilingen omonganku, nek butuh bantuanku , jawaben, kowe tak ewangi!"
(Ingat ingatlah omonganku, kalau membutuhkan bantuanku, jawablah, kamu akan saya bantu)
Aku hanya mengangguk. Kemudian sosok itu pergi.
Tak terasa tenagaku terkuras habis, lemas membuatku tertidur.
*Drrrttttt....drrrtttt....drrrtttt"
terdengar suara getar handphone.
Aku terkesiap tiba tiba malam itu aku di telfon oleh seorang warga jalan Kaliurang atas, sebut saja pak deden. dia mengabariku ada seseorang yang mencurigakan sedang berada di kolam.
"Halo Assalamualaikum pak "
"Wa'alaikumsalam pak Adi" jawabnya
"Pak Adi , Niki teng kolam njenengan enten tiyang Sik kecebur , tapi mbeto jaring. Maling ketoke pak" imbuhnya.
( Ini di kolam ada orang yang jatuh , tapi membawa jaring. Maling sepertinya)
"Nggihpun pak , mbenjang mawon Kulo tingali"
(Yasudah pak , besok saja saya lihat)
Menurut pengakuan warga yang melihat, orang itu sudah berada di dalam kolam dan sedang menjaring ikan. Kemudian ada warga yang melihat, rencana mau menolong tapi seakan akan orang yang di dalam-
kolam tersebut tidak bisa melihat warga yang ada di atas. Ternyata pak Adi sudah memasang pagar gaib untuk maling.
Ke esokan harinya, jam setengah delapan aku berangkat ke jalan Kaliurang. Saat sampai di kolam aku melihat orang itu sedang kedinginan hingga bibirnya berubah warna membiru.
Kira kira 100 meter dari kolam, aku buka pagar gaib agar bisa menolong orang yang sedang terjebak itu.
"Lek ngopo kungkum neng mblumbang?" Ucapku dengan sedikit tawa sembari menarik tangannya.
( Lek ngapain berendam di kolam)
Dengan nada kedinginan.
"Aku mau bengi lewat kene kepleset pak, lah arep Munggah mblumbang kok dadi Eneng beteng duwur banget, padahal pas kepleset ora Ono.
Njuk bengok bengok njaluk Tulung raono sing teko" jawabnya mengelak.
(Saya semalam lewat sini terus terpeleset, nah mau naik kolam tiba tiba ada benteng tinggi banget ,padahal waktu terpeleset tadi tidak ada. Terus teriak teriak minta tolong tapi tidak ada yang datang menolong)
Kepeleset kok Karo gowo jaring Ki nggo opo lek?" Ucapku memojokkan tapi masih dengan sedikit tawa.
(Terpeleset tapi membawa jaring buat apa )
Orang itu diam aja seakan tau apa yang dilakukan malam itu.
"Yowes Kono lek muleh wae, sesuk Ojo di baleni Yo !" Imbuhku
( Yasudah sana pulang saja, besok jangan di ulangi lagi)
Singkat cerita.
Esok harinya kembali beraktifitas seperti biasa.
Aku bersama kawanku sebut saja Wardi. Aku dengannya ada urusan di pesisir. Dengan motor maticku melaju pelan menikmati senja yang mulai meredupkan diri namun hadirnya selalu di nanti.
Setelah selesai urusanku, dari kejauhan aku melewati jembatan gantung jika dari arah pesisir. Aku melihat kerumunan warga membawa kentongan yang di bunyikannya menyusuri jalan raya. Aku berhenti mencoba bertanya ada apa gerangan.
"Mas enten nopoe, kok rame rame gowo kentongan"
(Mas ada apa , kenapa rame rame membawa kentongan)
"Wonten anak ilang pak" jawab salah satu warga
( ada anak hilang pak)
"Gadah fotone mboten ?"
( punya fotonya tidak)
Sambil merogoh sakunya, warga itu menunjukkan foto di HPnya.
Aku memejamkan mata , terfokus pada objek tersebut. Istilahnya menerawang.
"Pun di goleki neng omahe dereng mas ?
( sudah di cari di rumah belum )
"Sampun pak, mboten enten ket ashar mau "jawabnya
( sudah pak, tidak ada dari ashar tadi)
"Sakniki cobi di cek malih, ten kamare"
(Sekarang coba di cek lagi di kamarnya)
Warga itu memberi kabar orang rumah lewat telefon genggamnya untuk mengecek di kamar.
"Alhamdulilah pak , bocah ten kamar lagi ndodok , padahal ketmau wes di goleki raono" ucapnya bersyukur
(Alhamdulilah , anaknya di kamar lagi jongkok, padahal dari tadi sudah di cari di sana tidak ada)
"Eneng sik usil mas, nutupi bocahe nggo kemul"
(Ada yang usil mas, menutupi anak itu dengan selimut)
Tak lama aku dan wardi di suruh mampir ke rumah mereka. Aku yang terlalu risih dengan kerumunan takut kalau berita ini merembet kemana mana. Aku berusaha untuk pamit segera pulang, tapi masih disuruh nunggu sebentar,
tak lama datang segerombolan ibu Ibu membawa karung berisi sayur mayur. Aku dipaksa untuk menerima karena sudah membantu. Bingung gimana bawanya, akhirnya tetap aku bawa pulang dan aku bagikan ke tetangga setelah esok pagi.
Tak taunya aku melihat di surat kabar waktu itu, di kolom berita paling depan. Dengan judul kalau tidak salah seperti ini " telah ditemukan anak hilang dan di bantu oleh bapak yang sedang melintas"
Hahaha
Aku yang membacanya sempat kaget, untung saja namaku tidak aku sebutkan. Dan tidak ada orang yang tau.
Sekian.
--------------------
Sampai disini dulu cerita dari saya , kembali lagi ke pembaca mau percaya atau tidak itu terserah kalian.
Sampai jumpa di cerita pak Adi yang lain. Orang pilihan yang di tunjuk ratu selatan untuk mengemban ilmu putihnya selama -+30tahun.
pusaka naga yang dia miliki. Hingga akhirnya di pijamani kereta ratu selatan untuk menemui beliau , dia di tunggu tunggu oleh kerajaan langit untuk memiliki pusaka naga terakhirnya. Dengan syarat 35 hari berguru. Namun belum waktunya.
Dia kemudian turun kembali mengingat ilmunya belum sempurna.
Kapan kapan akan saya ceritakan kisah beliau dari awal dia takut hingga mencoba mentalnya untuk tidur di kuburan keramat Wonosobo.
Terimakasih sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca cerita saya.
Sugeng rahayu.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
“Aku lagi naik motor sama temenku. Ceritanya mau liburan ke Pantai Gunungkidul. Gak tau kenapa, tbtb pandanganku gelap beberapa detik, kayak ada yang nutupin mataku. Pas normal lagi, di depanku udah ada BAK TRUK. “BRAK!” Aku nabrak, aku lgsg jatuh ke tengah jalan. Kejadiannya cepet banget. Mobil dari belakang nelindes kakiku. Aku koma 12 hari.”
a thread
#bacahoror #bacahorror @IDN_Horor
Gak cuman warga sekitar yang menyimpan kecurigaan. Saya rasa, hampir semua orang di desa ini menyimpan pertanyaan yang sama. Bagaimana bisa, keluarga yang awalnya begitu melarat, menjadi super kaya dalam hitungan minggu. Sebuah pola lama yang terus terjadi. Cerita lama yang tak akan habis dicertikan sepanjang keturunan.
Semua itu bermula ketika Arum masih kecil. Dulu Pak Seno, bapaknya Arum ini kerja diperusahaan besar di jogja dan ekonomi keluarga mereka bisa dibilang cukuplah.
kisah nyata
"NIAT MERANTAU MAU KERJA, MALAH SETOR NYAWA"
Menurut cerita dari warga, dulu, di rumah itu pernah ada tragedi pembunuhan yang dilakukan oleh beberapa orang dan di dalangi oleh adik kandung yang punya rumah. lalu dia berhasil di habisi dengan cara di sembelih tepat jam 12 malam di dalam kamar . Tapi sebelum dia meninggal, dia sempet bersumpah....
a thread horror
#bacahorror #asupanhorror @IDN_Horor
Mereka menghabisi nyawa si pemilik rumah karena sudah gak tahan sama kelakuan dan kejahatan yang di lakukan pada warga sekitar. Termasuk sama keluarganya sendiri.
Lalu si pemilik rumah berhasil di habisi setelah di rencanakan lama. Karena si pemilik rumah itu punya banyak ilmu, makanya yang ikut terlibat itu gak cuman 1 atau 2 orang aja, tapi banyak orang.
Dan setelah menentukan waktu yang tepat, berdasarkan anjuran dari orang2 yang tau ilmu kebatinan, di malam kelahirannya , jadi malam tragisnya.
Seperti yang kita tau, santet itu adalah praktik ilmu hitam yang melibatkan kekuatan gaib untuk menyakiti orang lain dari jarak jauh. Biasanya, santet digunakan oleh orang untuk balas dendam. Entah itu mau bikin si korban sakit atau bahkan langsung meninggal.
Dan metode ini banyak dipercaya diberbagai budaya di asia, termasuk di Indonesia. Karena selain gampang juga menjadi salah satu cara gaib yang punya efek langsung pada fisik maupun psikis korban.
“Kalo nanti gagal ya kamu tetep mati mas. Cuman bedanya kamu matinya di sungai bukan di rumah saya.”
MERINDING!! Ada salah satu sungai di jogja yang ternyata pernah dipake buat ritual Kungkum Kedung.
A thread horor
#bacahorror
Nah kemarin ada follower dari tiktok yang ngirim DM. Pas saya buka, ternyata dia ngirim gambar sama video sungai, yang mana, di Lokasi itu ada semacam tempat buat ritual.
Karena merasa tertarik, saya lanjut bales chatnya.
Disini kita sebut aja namanya mas Eko. Dia cerita, jadi malem itu dia sama temennya rencana mau nyari spot buat mancing. Pas udah nyampe Lokasi yang di rasa pas, mas eko sama temennya ini turun buat nyari tempat yang enak buat mancing dipinggir sungai.
KELUARGA WONGSO Kaya 7 turunan di kota kecil diperbatasan selatan jawa timur.
thread horor
#bacahoror @IDN_Horor
Pernah denger kaya 7 turunan? Tapi gmn ceritanya kalo belum sampe keturuan ke7 tapi udah ngelakuin hal yang gak sesuai dengan aturan mainnya?
Nah ini ada 1 kisah yang terjadi di beberapa tahun silam, diperbatasan kota kecil di Selatan jawa timur. Dan Kisah ini diceritakan oleh narasumber yang kita sebut aja namanya mbak novi.
masuk daerah limpung, aku lupa nama jalannya apa. liat jam 23:45, kita masuk gapura muter2 nyari jalan lama banget sampe nemuin hal-hal aneh. aku liat jam di tangan, hape sama di layar mobil itu jam nunjukin 23:45!!
Anjir kita panik, bisa keluar apa kagak!
#bacahorror
ini kejdiannya udah lumayan lama sekitar tahun 2016-2017 yang lalu. Namaku nanda (samaran) aku sama sodaraku habis liburan di jogja. Singkatnya, pas perjalanan balik ke Jakarta, kita mulai dari magelang, karena mampir dulu ke rumah temen. Habis isya kita gas lagi.
Kita mutusin buat lewat pantura. Buka hape nyalain google maps. Di arahin tuhh pantura via limpung yang tembusnya jalan pantura batang. awalnya biasa aja, gak ada kejadian2 aneh. Masuk di jam 10 malem, kita memasuki Kawasan limpung.