My Authors
Read all threads
#mwv_BangkaiKKN
Part 1
Kesan yang Buruk

based on True Story
a thread
Assalamualakum,

Eva alias E narsum ancaman bagi keluargaku dan teror dikota pelajar kembali lagi, mudah-mudahan ga bosen sama cerita saya yaa.. Untuk yang baru bergabung, salam kenal dari saya.
Kali ini saya akan bercerita pengalaman saya selama KKN dan semua penokohan dan lokasi saya samarkan ya demi menjaga privasi orang-orang bersangkutan.
Seperti yang pembaca ketahui, saya sempat cuti kuliah ditahun 2006 akibat masalah ekonomi keluarga yang menyebabkan saya merasakan pengalaman horor pada cerita teror di kota pelajar. Lalu kejadian yang akan saya ceritakan ini adalah saat saya sudah kembali kuliah sambil bekerja-
-dan harus mengikuti program KKN pada tahun 2007.

KKN saya adalah program KKN mandiri, yang pada intinya isi program kerja serta pendanaan dirancang dan dicari oleh mahasiswa yang menjalankannya.
KKN yang saya ikuti adalah proyeknya anak fakultas teknik, saya bisa ikut program mereka karena dosen pembimbing program KKN ini teman dari bos tempat saya kerja sambilan magang, mereka membutuhkan anggota sebanyak 3 orang dari fakultas hukum dan 2 orang fakultas fisipol.
Oleh karena itu, saya mengajak Ardi dan Putu untuk fakultas hukumnya (deni dan dika sudah daftar kkn program regular) dan untuk fakultas fisipolnya saya mengajak Aris dan temannya Aris yang namanya Randy.
Hari itu kami rapat kordinasi untuk anggota KKN. Dosen pembimbing KKN kami bernama pak Herry, secara umur beliau tergolong masih muda, dan ternyata program KKN ini merupakan bagian dari penelitian yang sedang beliau jalani.
Tema dari KKN ini adalah pengolahan limbah air sederhana secara komunal di desa pengrajin serat alam, tugas kami anak hukum dan fisipol adalah mengawal pembangunan IPAL dari segi hukum dan sosial karena lokasi pembangunan IPAL merupakan tanah kas desa sehingga-
-akan ada perubahan fungsi penggunaan tanah.

Setelah pak herry menjelaskan garis besar program KKN, ketua unit KKN mengambil alih, ketua unit KKN bernama Raka berasal dari fakultas teknik sipil. Raka badannya tinggi, tegap dan dari cara berbicaranya, ia tipikal orang yg tenang,-
-dan tidak mudah terpancing emosi, dia menjelaskan anggota tim ada 35 orang yang dibagi menjadi 5 kelompok yang masing-masing akan di tempatkan di 5 pedukuhan di dusun tersebut.
Saya, Ardi dan Putu terpisah kelompok, tapi saya satu kelompok sama aris di kelompok 1, ardi di kelompok 3, putu dikelompok 5, dan Randy teman aris ada di kelompok 4.
Kelompok saya terdiri atas 7 orang, Andreas si ketua kelompok 1 dari teknik industri, Yahya dari teknik elektro, Reza dari FKG, Bunga dari teknik kimia, Tia dari FE, lalu saya dan Aris.
Kami membahas soal cara pengisian jurnal KKN, waktu dan teknis keberangkatan, serta waktu survey lokasi untuk tempat kami tinggal selama KKN dan akhirnya ditentukan hari jumat minggu depan kami berangkat untuk survey lokasi tinggal.
Hari yang ditentukan tiba, kami kumpul di boulevard kampus dan berboncengan sesuai dengan kelompok dukuh yang sudah ditentukan supaya lebih mudah untuk berpencar nantinya. Kami berangkat setelah Shalat jumat, posisi saya berboncengan dengan Aris.
Kami konvoi menyusuri jalan ring road lalu berbelok disebuah persimpangan besar yg terletak di ring road barat, cukup jauh kami menyusuri jalan utama tersebut, mungkin lebih dari 10km kearah barat, hingga melewati pasar yg cukup besar dengan deretan penjual-
-belut goreng yang berjejer sepanjang jalan pasar. Setelah melewati pasar, kami masih berjalan beberapa kilometer, lalu berbelok menuju dusun pengrajin tujuan kami. Setelah berbelok, kami disuguhi pemandangan sawah menghampar sejauh mata memandang, hijau, tenang, sejuk tapi-
-sepertinya tidak ada penerangan sepanjang jalan, jadi mungkin sebaiknya jangan "cari mati" dengan keluar dari dusun selepas magrib, karena sudah pasti gelap gulita.
Cukup jauh kami menyusuri jalan yang diapit sawah tersebut, sampai kami tiba di jalan masuk dusun, ada papan penunjuk yang menandakan bahwa dusun ini desa pengrajin, jalan masuknya hanya selebar 1 mobil, itu juga sepertinya ngepas banget, jalannyapun agak menurun dan berbatu.
Sejauh perjalanan kami, kami belum bertemu dengan rumah penduduk, hanya ada deretan pohon-pohon tebu yang menyambut kami.
Saya celingukan kanan kiri, benar-benar belum saya temukan rumah penduduk, sampai akhirnya mata saya menangkap sesuatu diantara deretan pohon-pohon tebu,
Disana, berdiri seorang perempuan dengan muka pucat, rambutnya tergerai panjang ntah sampai mana, mengenakan kebaya warna cream lusuh, ia melambai-lambaikan tangan sambil tersenyum..
Jika kalian bayangkan senyuman manis seperti orang ramah, ini jauh dari kata itu. Senyumnya menyeringai dan saya yakin ia menghadap persis ke arah saya..
Seketika saya langsung buang muka kearah kiri, tetapi disebelah kiri saya malah melihat sosok lain dengan wujud pocong, tidak hanya satu tapi ada banyak yang saya tidak sempat menghitung jumlahnya, mereka berdiri berjejer seolah mengawasi kedatangan kami..
Luar biasa, ini masih siang menjelang ashar dan mereka sudah eksis saja, bikin pesta penyambutan kah mereka?? Pikir saya saat itu.

Akhirnya kebun tebu ini berakhir juga. "GUSRAAKK!!" Tiba-tiba ada suara motor terjatuh didepan, ternyata Andreas terjatuh.
Beberapa teman yang posisinya terdekat membantunya.

"Kamu ga apa-apa?" Tanya Raka setelah membantu andreas berdiri.

"Ga apa-apa Ka." Jawab andreas sambil mengelus-elus sikunya yang sedikit berdarah.
"Banmu selip atau gimana?" Tanya eko, salah satu anggota unit kkn, ketua kelompok 3, yang saat itu baru selesai mendirikan kembali motor andreas.

"Engga, tadi motorku kaya berat banget jalannya, ngeden gitu padahal ga ada boncengan, mangkanya aku gas poll biar bisa jalan,-
-nah pas lewat kebun tebu, tau-tau balik normal lagi motorku, tapi posisi gas masih poll mangkanya tadi aku mental, untung aku langsung lepas setang jadi ga parah banget." Andreas menjelaskan sambil memeriksa motornya yg berjenis matic.
Raka membetulkam kacamatanya, "masih bisa jalan motormu? Kalau masih sebaiknya kita langsung jalan ke rumah pak kadus, jangan sampai malam keluar dari sini."

"Masih, kayanya cuma lecet2 aja."kata andreas sambil menaiki motornya kembali.
"Iya nanti kita periksa luka kamu di rumah pak kadus, sepanjang jalan coba kamu baca doa menurut kepercayaanmu ya dre." Ujar Raka kepada andreas yang memang kebetulan beragama kristen.
Kami melanjutkan perjalanan menuju rumah pak kadus, sejujurnya tadi waktu melewati kebun tebu perasaan saya Andreas ada ngebonceng perempuan berambut panjang, tapi tadi waktu dia jatuh sepertinya tidak ada yg membonceng dia dan Andreas pun bilang dia sendirian..
Kami tiba dirumah pak kadus, hanya ketua unit KKN dan ketua kelompok dukuh yang masuk, untuk "nuwun sewu" serta menanyakan lokasi tempat kami tinggal.

Saya dan aris mencopot helm, lumayan enggap dan gerah juga pakai helm dalam waktu yg lama.
"Ris, tadi bukannya andreas ngebonceng cewe ya?" Saya berbisik ke Aris, karena saya takut bikin panik yang lain kalau ternyata yang saya lihat itu bukan orang. "Hah? Bonceng siapa? Dari awal dikampus dia sendiri kok, lagian siapa yang dia bonceng?--
--Anggota unit KKN kita kan cewenya cuma 11 orang." Jawab aris ikut berbisik.

Saya melihat sekeliling dan menghitung sambil mengabsen anggota perempuan, masing-masing sudah dibonceng sama anggota kelompoknya,..
jadi kemungkinan besar yang saya lihat membonceng Andreas bukan peserta KKN ini.. Melainkan jin iseng yg satu gerombolan sama perempuan melambai-lambai dan geng pocong kebon tebu tadi..
Feeling saya mulai ga enak, baru mau kenalan sama pak kadus dan pak dukuh aja udah dikasih sambutan meriah sama 'mereka'. Apalagi nanti jalanin KKN dalam waktu 35 hari kedepan??
Para ketua kelompok keluar bersama pak kadus, satu per satu kami menyalami beliau. Setelah berbasa basi sebentar, kami berpencar ke rumah pak dukuh masing-masing.

Saya bersama kelompok 1 tiba dirumah pak dukuh, beliau dan istrinya menyambut kami dengan ramah.
Sekilas mereka menjelaskan tentang demografi kependudukan di dusun ini. Untuk pedukuhan 1 rata-rata memang rumah pengusaha serta tempat pemasaran atau istilahnya show room dr hasil kerajinan, banyak juga disini berprofesi sebagai guru dan rata-rata berpendidikan cukup tinggi,-
-sehingga kondisi rumah-rumah di pedukuhan 1 rata-rata sangat layak. Pedukuhan 2, 4 dan 5 rata-rata penduduknya adalah pekerja dari home industri penghasil kerajinan, ada juga yg berprofesi sebagai pedagang atau petani.
Untuk pedukuhan 3, adalah pedukahan yg lokasinya paling dalam dan paling dekat dgn hutan bahan baku utama produksi kerajinan, bangunan2 di pedukuhan ini rata2 dijadikan sebagai tempat produksi kerajinan, penduduk dipedukuhan ini jg paling sedikit dan jarak antar rumah cukup jauh.
Lokasi tanah desa yang rencananya akan dijadikan IPAL (instalasi Pembuangan Air Limbah) juga terletak di pedukuhan ini dikarenakan pusat produksinya terpusat disini dan sepertinya kegiatan kkn kami akan terpusat disana.
Pak dukuh kami bernama pak Trisno dan istrinya bernama ibu lastri, pasangan ini dua2nya berprofesi sebagai guru, pak trisno guru smp dan ibu lastri guru sd setempat, keduanya memiliki 3 anak, tapi semua anaknya tidak lg tinggal di rumah karena sedang kuliah.
Kelompok kami akan menginap di rumah beliau, lebih tepatnya di sebuah paviliun kecil yg terletak di halaman rumah beliau. Kami ditunjukan ke paviliun tersebut, sebuah rumah kecil terdiri dari 2 kamar dan sebuah ruang keluarga,
ada tv tabung kecil dan tikar di ruang keluarga, di masing2 kamar sudah terdapat kasur kapuk. Sementara untuk kamar mandi dan dapur, kami numpang di rumah induk. Saya sangat bersyukur lokasi tempat tinggal kami jauh lebih nyaman dari bayangan kami dan yg terpenting bagi saya--
--di pedukuhan itu khususnya di tempat tinggal kami tidak ada aktivitas jin-jin iseng yang mencurigakan.. Yah.. Setidaknya untuk saat ini..
Setelah ditunjukan lokasi tempat tinggal kami, pak Trisno dan bu Lastri kembali mengajak kami berbasa-basi.

"Anu, maaf mas andreas, itu sikutnya kenapa ya?" Tanya bu lastri yang baru menyadari di sikut andreas ada luka yg masih baru.
"Tadi saya jatuh bu, setelah lewat kebun tebu." Jawab andreas.

"Kalian lewat kebun tebu?" Tanya pak trisno.

"Ini cepat dibersihkan dan diobati mas lukanya." Bu lastri memberikan kotak obat-obatan kepada andreas yang ntah kapan mengambilnya kami tidak ada yg sadar.
"Iya, terima kasih bu." Andreas menerima kotak obat tsb,

"betul pak, tadi kami lewat kebun tebu, karena kami hanya tau jalur itu." Jawab andreas.

"Waduh, nanti pulangnya jangan lewat situ lagi ya... bu tolong ambilkan kertas dan pena." Kata pak Trisno ke bu Lastri.
Lalu pak trisno menggambarkan peta jalan keluar tanpa melewati kebun tebu, "jangan lewat situ lagi kecuali terpaksa ya, ini lewat jalur dukuh 4 dan dukuh 5 saja."

"Oh iya baik pak." Jawab andreas.

"Maaf, memangnya kenapa pak?" Saya bertanya mulai penasaran.
"Ga apa apa, tapi ada jalur alternatif yg lebih baik kok jalannya walaupun sedikit memutar."jawab pak trisno yg sepertinya enggan bercerita panjang lebar,

"sebaiknya kalian pulang sekarang sebelum gelap, karena jalanan akan gelap sekali kalau matahari sudah terbenam."
Kami melirik jam didinding, sudah menunjukan pukul 5 sore, mungkin kami memang sebaiknya pulang sekarang, membayangkan menyusuri jalanan diapit sawah tanpa penerangan itu seperti tantangan uji nyali.
Kami pamitan, dan tak lupa menyampaikan minggu depan kami sudah mulai kegiatan kkn. Andreas menelpon semua ketua kelompok agar mereka minta diarahkan jalan keluar melalui pedukuhan 4 dan 5 serta bertemu di pedukuhan 5 saja dan jangan keluar melalui kebun tebu.
Kami menyusuri jalanan menuju pedukuhan 5 sesuai petunjuk pak t
Trisno. Memang, di pedukuhan 1 ini rumah-rumah tertata rapih dan bersih meskipun tidak mewah, beberapa rumah memiliki plang show room dari hasil kerajinan.
Sebelum memasuki areal pedukuhan 4, kami melewati SD dan tanah lapang dengan bilik-bilik kayu beratap terpal, kuat dugaan saya sepertinya ini pasar.

Bangunan SDnya sederhana tapi terawat dengan baik, bangunannya berbentuk letter L dan ditengah-tengahnya ada lapangan serba guna.
Di lapangan, ada banyak anak-anak dengan seragam putih merah bermain-main disana.

"Oh ini sekolahnya sore kali ya ris? Jam segini belum pada balik." Kata saya ke aris saat melewati bangunan SD.

"Siapa yang sekolah sore?" Aris balik tanya.
"Itu sekolah sd." Jawab saya sambil menengok lagi kebelakang karena bangunan sd sudah sedikit terlewat.

Tapi.. "DEG"

saya tertegun seketika, lapangan sd yang tadi ramai anak-anak berseragam sd sedang bermain tiba-tiba kosong dan lengang.
"Va.. kok bengong?" Aris menepuk pelan dengkul saya. "Eh, ga apa-apa kok ris" jawab saya sambil tersenyum getir, banyak bener sih dari tadi yang kasih sambutan.
Kami melewati pedukuhan 4 menuju pedukuhan 5, suasana di pedukuhan 4 dan 5 sedikit berbeda, jalanannya lebih rusak dan bangunan rumahnya beberapa ukurannya lebih kecil dari pedukuhan 1 dan ada beberapa yg tidak terawat.
Sampai di pedukuhan 5 kami bertemu dengan bapak bapak yang sudah cukup tua, andreas pun turun dari motor untuk menanyakan lokasi tempat tinggal tim kkn di pedukuhan 5 ini.
Kami mengikuti petunjuk bapak tersebut, dan ternyata rumah yang akan ditempati kelompok 5 adalah rumah kosong yang dindingnya belum diaci, masih telanjang bata merah, atapnya juga belum ditutup plafon, tapi lantainya sudah di plur semen halus,
hanya saja wc dan kamar mandinya terpisah jauh dari bangunan, jaraknya sekitar 5 meter dari bangunan, lumayan juga kalau kebelet malem-malem, soalnya di wc nya ga ada penerangan jadi harus modal senter.
Kelompok 4 sudah sampai disana sebelum kami, andreas ngobrol-ngobrol dengan Rizky (ketua kelompok 4)!dan haris (ketua kelompok 5) soal situasi dusun, menurut rizky kelompok 4 tinggal di rumah penduduk yang kebetulan punya kamar kosong, tempat tinggal cewe dan cowo terpisah.
"Tempat tinggal lo gimana?" Tanya putu ke saya.

"Lumayan put, jauh lebih layak dari perkiraan awal, pak dukuh sama istrinya juga baik banget." Jawab saya.

"Iya, ini juga lumayan lah kelompok 5, enak rumah sendiri gini lebih bebas, gue bisa bangun siang tanpa sungkan,-
-cuma emang wc nya jauhnya ga kira2 sih." Kata putu. inget ya si putu ini cewe mungil bermental pelor yg bisa tidur dimana saja, kapan saja dan dalam keadaan apa saja.

"Laah.. putu.. tanah dialasin daun pisang juga dia bisa tidur,
eh tapi kayanya kalian ke wc kalau malam bakal jama'ah nih" kata aris sambil senyum ngeledek.

Tidak lama kemudian kelompok 2 datang, Raka si ketua unit KKN tergabung di kelompok ini, sedangkan ketua kelompoknya namanya Fauzan.
"Ini rumahnya kelompok 5?" Tanya raka ke haris.

"Iya ka, lumayan kok dalemnya, layak huni, nanti tinggal bawa karpet sama bedcover aja buat alas tidur, cuma emang wc nya jauh banget di belakang." Jawab haris. "Oohh.." raka menanggapi dengan ekspresi datar,
lalu dia berjalan ke arah belakang rumah, tak lama dia balik lagi. "Haris, bilangin sama anggotamu, kalau mau ke wc puas2in sebelum gelap ya, kalau ga kepepet jangan ke wc malem2." Ujar raka setengah berbisik tapi masih kedengeran sama saya karena mengobrol persis sebelah saya.
Saya jadi penasaran kenapa raka ngomong gitu.. apa ada yang aneh aneh disini?

Part 1 -end-
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with mwv.mystic

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!