Jujur saja, saat memasuki wilayah pedukuhan 3 feeling saya merasa tidak enak, udara yang sedikit lebih dingin dan lembab ntah kenapa membuat sulit --
Akhirnya kami sampai di tempat tinggal kelompok 3, ardi sudah menunggu duduk di teras sambil merokok dan ngopi bareng bapak pemilik rumah.
"Ya.. ya mari, silahkan duduk. Mau ngopi, ngeteh?" Tanya pak slamet.
"Matur suwun pak, tidak usah repot-repot." Jawab randy.
Tak lama terdengar sautan dari dalam rumah. "Saya senang sama mas ardi, dia mau temani orang tua seperti saya ini ngobrol panjang lebar,
disatu sisi ardi juga memang tipenya senang meladeni orang tua ngobrol, menurut dia sering ada cerita menarik bahkan terselip ilmu dari setiap--
Setelah bercerita panjang lebar, akhirnya pak slamet mengantar kami ke lokasi tanah yang katanya akan dialih fungsikan tersebut.
"Kenapa pak tidak digunakan lagi?" Tanya saya.
"va itu orang apa bukan?" Ardi menunjuk kearah pendopo, seperti yg pernah saya ceritakan, Ardi sama kaya saya ya, sama2 punya kekurangan bisa melihat yg seharusnya tidak dilihat manusia..
Saya melihat kearah pendopo, ada sosok perempuan dengan potongan rambut bob duduk diteras pendopo, memakai kaos warna hijau dan celana jeans panjang.
"Lah iya anna. Ngapain dia disitu? Bukannya dia lg program gigi sehat di SD sama anak2 FKG?" Aris mengiyakan.
"Anna.. anna.. ngapain disitu?" Teriak putu memanggil anna.
Namun yg dipanggil diam saja, hanya memandang ke arah kami. Dengan tatapan kosong dan hampa seolah tidak mengenal kami.
"Anna.." tatapan anna masih kosong dan tidak ada jawaban,
"anna.." lima kali saya memanggil namanya tidak ada jawaban.
Anna hanya diam saja, tapi sorot matanya terlihat kalau dia bingung dan takut.
"BRAAAKK!!"
"BRAAAKK!!" lagi.. terdengar suara kencang seperti benda terjatuh didalam pendopo,
Lalu tiba saya melihat seperti ada siluet sosok pria tinggi besar sekilas berjalan didalam pendopo yang gelap.
"Siapa itu??!!" Teriak saya, lalu reflek beranjak ingin masuk ke dalam untuk mengecek.
"Sudah jangan masuk. Biarkan saja." Ternyata yang menahan saya pak slamet,
"ayo kita lanjutkan perjalanan keatas, mba anna ikut kami dulu ya, nanti biar diantar sama mas ardi balik ke sd." Tambah pak Slamet
Saya melihat kebelakang tempat kami menyusuri jalan setapak tadi, lokasi tanah ini cukup tinggi, mungkin semacam bukit kecil,
"Aduh, capeknya.." kata anna sambil berpegangan sama pohon.
"Astagfirullah.." saya mendengar bisikan ardi dibelakang saya, mungkin ardi juga melihat apa yang saya lihat. .
Jin itu sepertinya menyadari kalau saya bisa melihat dia, karena dia menatap balik saya dgn tatapan tajam,
Cukup lama saya membuang muka, lalu saya kembali melihat kearah anna, jin tersebut sudah tidak ada.. tapi..
"Anna, kamu ga apa2?" Tanya Randy, "mungkin kita balik aja ya pak?"
"Oh baik-baik, sepertinya mba anna kehabisan tenaga." Kata pak slamet
Muka anna langsung merah, "hah? Bopong? Maksudnya digendong? Tak usah.. tak usah.."
"Sebaiknya yg nuntun mba anna perempuan saja." Kata pak slamet.
"Tuntun aja va, kalau dia gamau gerak kakinya seret aja. Kamu sepanjang jalan baca2 ya." Bisik Ardi.
Sebagai informasi, anna, putu dan saya kurang lebih perawakannya sama, tipe badan kami kecil---
Saat kami mencoba melangkah, kaki anna seperti tidak bisa bergerak dan melangkah.
Mungkin aris, ardi dan randy sudah gregetan liat saya dan putu yang susah payah"menyeret" anna, tapi mereka ga ada pilihan lain selain nurut sama pak slamet,
"Anna, jangan banyak cakap ya, aku dan eva sudah setengah mati nuntun kamu." Putu sepertinya mulai terpancing emosinya.
"eva sama putu udah ga ada tenaga."
Aris seperti membaca pikiran saya dan putu yg rasanya udah pengen pingsan karena serasa nyeret bongkahan batu kali. Saya dan putu langsung mendudukan anna dipinggiran jalan setapak dan kami duduk disampingnya.
"Jangan.. jangan.. nanti malah panjang urusannya." Jawab pak slamet.
"Kayanya pabriknya pak bejo ada." Lalu pak slamet memberikan petunjuk arah. Aris dan randy langsung bergegas ke arah yg diberikan pak slamet.
"Tunggu sini." Ujar aris sebelum dia pergi.
"Kamu nyusahin temen saya, maumu apa?" Tanya ardi lagi masih dengan nada berbisik kesal.
Masih tidak ada tanggapan dari anna maupun jin itu, masih diam.
Ardi berdiri dan dia sama sekali tidak menyembunyikan rasa kesalnya, lalu menyalakan sebatang rokok, mungkin untuk menghilangkan kegusarannya.
Kami semua diam sambil menunggu aris dan randy kembali.
Saya dan putu menarik anna untuk bangun dari duduknya dan itu rasanya berat sekali. Anna sama sekali tidak bergeming.
"Terima kasih bu, ini biar anna dibawa masuk ke dalam dulu." Jawab ardi
"Oh iya mas ardi, ditaruh ruang tengah aja mba anna nya." Kata bu Slamet.
Saya dan putu diam, tapi kami tidak duduk maupun minum, hanya berdiri dibelakang gerobak seperti posisi awal baru datang.
"aaaaarrggggghhh...!! Jangan sentuh.. dia milik saya... jangan sentuh!!" Keluar suara laki-laki dari mulut anna dengan bahasa jawa yang kalau diartikan seperti itu.
Tapi tiba-tiba..
"GUSSRAAAKK...." anna terjatuh saat melewati putu. "Ooopss.." gumam putu dan ternyata putu dengan reflek dan santai menyelengkat--
Saya sempet bengong liat tindakan putu, ini lagi, orang keserupan malah diselengkat, tapi mungkin kalau bukan karena putu, anna sudah ngacir kemana tau.
"Good job" kata ardi sambil ngasih jempol ke putu.
Ardi balas ketawa, "sama" kata ardi.
Anna sudah dibawa kedalam secara paksa, terdengar suara teriakannya, dengan suara berat dan dalan khas laki-laki. Tapi suara teriakannya seperti binatang marah.
"UOOOORRRGGGHHH!!" Teriaknya berkali-kali.
"Ini anna kesurupan monyet apa?" Putu setengah berbisik sama saya.
Anna masih teriak-teriak marah, "BERANINYA KALIAN MENYENTUH DIA! DIA INI MILIK SAYA!!" teriak anna pakai bahasa jawa masih dengan suara yang sama.
END