My Authors
Read all threads
#mwv_BangkaiKKN
Part 3

"35 Hari Itu Dimulai Dari Sekarang!"
Based on True Story

a thread
Seminggu kemudian kami memulai kegiatan KKN, pada minggu pertama tidak ada kejadian yang aneh, dan pak trisno bersikeras melarang kami melewati areal kebun tebu dan mewanti-wanti jika ke wilayah pedukuhan 3 sering-sering permisi dan jangan bengong.
Masuk minggu ke-2, itu jadwal dari kami anak sosial untuk mengurus pengalihan fungsi tanah desa menjadi ipal, pertama-tama kami mensurvei lokasi tanah tersebut yang terletak di wilayah pedukuhan 3.
Saya, aris, putu dan randy berboncengan naik motor menuju pedukuhan 3, sementara ardi sudah menunggu di lokasi tempat tinggalnya.

Jujur saja, saat memasuki wilayah pedukuhan 3 feeling saya merasa tidak enak, udara yang sedikit lebih dingin dan lembab ntah kenapa membuat sulit --
--untuk bernafas, sepanjang jalan saya hanya menunduk saja, ga mau liat kanan kiri karena males papasan sama yang aneh-aneh.

Akhirnya kami sampai di tempat tinggal kelompok 3, ardi sudah menunggu duduk di teras sambil merokok dan ngopi bareng bapak pemilik rumah.
Saya memperhatikan sekeliling rumah itu. Rumah tersebut sebenarnya cukup besar tetapi umur bangunannya sepertinya sudah cukup tua dengan tembok di cat putih yg sudah agak lusuh. Tidak terlihat batas pagar dengan tetangga, karena memang jarak ke rumah tetangga lumayan jauh.
Di halaman rumah dan sepanjang jalan menuju rumah ini ditumbuhi pohon bambu yg cukup lebat, di belakang rumahnya terlihat hutan rimbun, ada pohon randu, rotan dll. Suhu udaranya memang lebih dingin dr pedukuhan 1 tempat kami tinggal, mungkin karena banyak pohon.
"Assalamualaikum.. Nuwun sewu pak." Kami permisi sama pemilik rumah yang bernama pak slamet.

"Ya.. ya mari, silahkan duduk. Mau ngopi, ngeteh?" Tanya pak slamet.

"Matur suwun pak, tidak usah repot-repot." Jawab randy.
"Yah ga repot, malah saya senang ada yang temani ngobrol." Kata si bapak, "bu.. bu.. tolong ini teh buat anak-anak baru datang."

Tak lama terdengar sautan dari dalam rumah. "Saya senang sama mas ardi, dia mau temani orang tua seperti saya ini ngobrol panjang lebar,
kalau yang lain bosan dengar omongan saya." Ujar pak slamet sambil tertawa senang, sepertinya dia benar-benar senang sama ardi,

disatu sisi ardi juga memang tipenya senang meladeni orang tua ngobrol, menurut dia sering ada cerita menarik bahkan terselip ilmu dari setiap--
--obrolan sama orang tua, plus biasanya dapet rokok dan kopi gratisan. "Pak slamet sedang cerita soal asal usul tanah desa yang mau dirubah fungsinya. Ternyata itu harusnya diperuntukan sebagai kuburan desa, tapi ga jadi karena letaknya terlalu tinggi,
jadi kuburan desa diturunkan agak kebawah, jadi mungkin penggalian salurannya harus mindahin beberapa kuburan, soalnya itu melewati kuburan desa." Jelas ardi.
Dari pak slamet kami mendapat cerita soal sejarah dusun ini sampai menjadi desa pengerajin. Sebelumnya desa ini hanya desa petani biasa dan pedukuhan 3 jarang ada yg tempati karena konturnya yang berbukit serta masuk ke plosok dalam,
dan konon katanya di pedukuhan 3 ini dulunya pernah ada dukun teluh yang terkenal, jd banyak yang takut masuk ke wilayah dukuh ini.

Setelah bercerita panjang lebar, akhirnya pak slamet mengantar kami ke lokasi tanah yang katanya akan dialih fungsikan tersebut.
Kami berjalan kaki menyusuri jalan setapak berbatu yang sudah tidak terawat lagi. Terdengar suara binatang hutan yg saut-sautan di kejauhan, sambil jalan kami melewati beberapa rumah yang dialih fungsikan sebagai pabrik mini atau workshop pengrajin,
hanya rumah-rumah tersebut lah yang sepertinya ramai ada nafas kehidupan. "Kalau malam disini sepi mba, yang tinggal disini hanya orang-orang yang tua seperti saya." Kata pak slamet.
Kami tiba juga di pemakaman. Deretan nisan2 batu atau kayu berlumut dan kusam berjejer rapi, ada beberapa kuburan yang dikeramik atau dikurung kayu dengan desain ukiran rumit, mungkin itu makam pemuka atau orang terpandang di desa desa.
Lalu disudut pemakaman ada rumah pendopo kayu tua yg sepertinya sudah reyot dan siap rubuh. "Pak, itu rumah siapa?" Tanya saya sama pak slamet. "Oh itu pendopo milik pedukuhan mba, dulunya dipakai warga untuk kumpul dan riungan, tetapi sudah tidak terpakai lagi." Jawab pak slamet
"Oh, berarti skrg kalau warga kumpul dimana pak?" Tanya putu. "Ya di rumah warga saja, mana yang bersedia ketempatan." Jawab pak slamet. "Kenapa pak tidak digunakan lagi..?"

"Kenapa pak tidak digunakan lagi?" Tanya saya.
"Bangunan sudah rusak, bahaya, kas dukuh tidak cukup untuk perbaikan atau bikin bangun yang lain." Jawab pak slamet sambil tersenyum getir.
"Di, mungkin additional program untuk dukuh 3 bisa tuh memfungsikan ulang gedung pertemuan warga. Sayang tuh tau di, keren gitu bangunannya pendopo kayu." Saya berbisik ke ardi.
"Iya, nanti aku ngmg ke eko." Jawab ardi, lalu tau2 langkah ardi terhenti,

"va itu orang apa bukan?" Ardi menunjuk kearah pendopo, seperti yg pernah saya ceritakan, Ardi sama kaya saya ya, sama2 punya kekurangan bisa melihat yg seharusnya tidak dilihat manusia..
dan kadang-kadang kalau kumat "errornya" misalkan wujudnya biasanya aja, Ardi suka ga bisa bedain orang beneran apa bukan.

Saya melihat kearah pendopo, ada sosok perempuan dengan potongan rambut bob duduk diteras pendopo, memakai kaos warna hijau dan celana jeans panjang.
"Itu.. Anna kan?" Tanya putu.

"Lah iya anna. Ngapain dia disitu? Bukannya dia lg program gigi sehat di SD sama anak2 FKG?" Aris mengiyakan.

"Anna.. anna.. ngapain disitu?" Teriak putu memanggil anna.
Posisi kami ada di jalan setapak menuju jalan masuk kuburan, jarak pendopo itu sekitar 50m atau lebih dr posisi kami berdiri.

Namun yg dipanggil diam saja, hanya memandang ke arah kami. Dengan tatapan kosong dan hampa seolah tidak mengenal kami.
Saya merasa aneh dengan sikap anna, akhirnya saya berinisiatif berlari menghampiri anna, ardi dan aris ikut dibelakang saya.

"Anna.." tatapan anna masih kosong dan tidak ada jawaban,

"anna.." lima kali saya memanggil namanya tidak ada jawaban.
"ANNAAA" kali ini saya memanggil lebih kencang sambil menggucang bahunya. "Ah.. eva.. kenapa teriak?" Jawab anna akhirnya. "Kamu ngapain disini?" Tanya ardi. "Apa? Kenapa?" Anna terlihat bingung celingukan,
"kenapa saya ada disini? Tadi saya mau balik untuk ambil barang ketinggalan." "Kamu ga sadar kalau kamu ada di pendopo ini?" Tanya aris.

Anna hanya diam saja, tapi sorot matanya terlihat kalau dia bingung dan takut.
"SSSSREEEEGG!!" Tiba-tiba kami mendengar seperti ada benda bergeser dari dalam pendopo. Kami semua diam, saling bertatapan. Harusnya pendopo kosong kan? Apa itu suara binatang?
"BRAAAKK!!"

"BRAAAKK!!" lagi.. terdengar suara kencang seperti benda terjatuh didalam pendopo,
kami masih diam sambil menatap kedalam pintu pendopo yang sedikif terbuka.

Lalu tiba saya melihat seperti ada siluet sosok pria tinggi besar sekilas berjalan didalam pendopo yang gelap.

"Siapa itu??!!" Teriak saya, lalu reflek beranjak ingin masuk ke dalam untuk mengecek.
tapi tiba-tiba ada tangan yang menahan pundak saya.

"Sudah jangan masuk. Biarkan saja." Ternyata yang menahan saya pak slamet,

"ayo kita lanjutkan perjalanan keatas, mba anna ikut kami dulu ya, nanti biar diantar sama mas ardi balik ke sd." Tambah pak Slamet
Kami berjalan menyusuri jalan setapak di tengah2 kuburan. Lama-lama jalan setapak itu menanjak terus keatas dan deretan nisan pun makin jarang berganti pohon-pohon yg berjejer lurus(saya ga tau pohon apa, tapi kurus2 pohonnya, katanya salah satu bahan pembuat kerajinan).
Sampai diatas bukit pak slamet berhenti, "ini tanah kas desanya. Dari sini sampai sana." Kata pak slamet sambil menunjukan batas tanah dengan tangannya.

Saya melihat kebelakang tempat kami menyusuri jalan setapak tadi, lokasi tanah ini cukup tinggi, mungkin semacam bukit kecil,
dari sini terlihat pemandangan kuburan yang kami lewati. Jujur aja pemandangannya mungkin keren ya, tapi sayang objeknya nisan, jadi efek kerennya berubah ke horor.

"Aduh, capeknya.." kata anna sambil berpegangan sama pohon.
Begitu saya menengok ke arah anna, seketika saya kaget. Dibahu anna menggelendot sesosok jin berwujud setengah laki2. Wajahnya jelas menyerupai wajah manusia, tetapi ditumbuhi rambut2 halus berwarna coklat, begitu jg tangan dan kakinya, tangannya sngat panjang dan badannya besar.
Dia menempel erat bahu anna seperti koala nemplok dipohon.

"Astagfirullah.." saya mendengar bisikan ardi dibelakang saya, mungkin ardi juga melihat apa yang saya lihat. .

Jin itu sepertinya menyadari kalau saya bisa melihat dia, karena dia menatap balik saya dgn tatapan tajam,
Saya langsung buang muka sambil terus membaca al-fatihah dan surat 3 qul.

Cukup lama saya membuang muka, lalu saya kembali melihat kearah anna, jin tersebut sudah tidak ada.. tapi..
napas anna terlihat ngos-ngosan dan berat, dia terus berpegangan pada batang pohon, sepertinya dia menggendong beban yang sangat berat.

"Anna, kamu ga apa2?" Tanya Randy, "mungkin kita balik aja ya pak?"

"Oh baik-baik, sepertinya mba anna kehabisan tenaga." Kata pak slamet
"Anna, kamu capek bgt? Perlu dibopong?" Tanya aris.

Muka anna langsung merah, "hah? Bopong? Maksudnya digendong? Tak usah.. tak usah.."

"Sebaiknya yg nuntun mba anna perempuan saja." Kata pak slamet.
Putu langsung berdiri di sebelah anna dan melingkarkan lengan kiri anna kelehernya, saya ragu-ragu karena saya merasa jin itu masih ada disekitar kami walaupun ga nampakin wujud.

"Tuntun aja va, kalau dia gamau gerak kakinya seret aja. Kamu sepanjang jalan baca2 ya." Bisik Ardi.
Masih dgn ragu-ragu, saya berdiri di sebelah kanan anna, dan melingkarkan lengan kanannya ke leher saya dan tangan kiri saya dipinggangnnya. Saat lengan anna menyentuh leher saya seketika leher saya langsung merasakan beban yang yang berat, seperti pakai kalung batu,
saya melihat kearah putu, sepertinya dia merasakan hal yang sama dari rawut muka dan ekspresi tatapan matanya ke saya, tetapi dia tidak berkomentar apa-apa.

Sebagai informasi, anna, putu dan saya kurang lebih perawakannya sama, tipe badan kami kecil---
--dengan tinggi kayanya ga sampai 160cm, jadi logikanya beban yang saya dan putu rasakan harusnya tidak sebesar ini karena perawakan kami seimbang.

Saat kami mencoba melangkah, kaki anna seperti tidak bisa bergerak dan melangkah.
Mulut saya terus membaca al-fatiha dan surat 3 qul, saya dan putu paksa anna untuk jalan, kami seret dia.. dan jujur saya dan putu seperti membawa gedebong pisang, berat banget...
Saat anak-anak cowo mau membantu, pak slamet melarang dan menahan mereka "jangan nanti malah makin runyam" Cegah beliau.

Mungkin aris, ardi dan randy sudah gregetan liat saya dan putu yang susah payah"menyeret" anna, tapi mereka ga ada pilihan lain selain nurut sama pak slamet,
karena kami sadar, beliau penduduk asli yang sepertinya tahu sesuatu.
"Berisiknyaaa, bikin pening" anna protes sama saya yg terus membaca ayat suci al-quran, saya tidak menghiraukan anna dan terus membaca surat2 Quran yg saya hapal
Saya yakin itu bukan reaksi dr anna, tapi dr jin yang nemplok di tubuhnya.

"Anna, jangan banyak cakap ya, aku dan eva sudah setengah mati nuntun kamu." Putu sepertinya mulai terpancing emosinya.
Saya tidak menanggapi omongan putu, saya terus membaca ayat suci al-quran dan tatapan saya seperti pakai kacamata kuda, terus menatap ke depan karena saya ga mau tau-tau saya nengok ke anna tapi saya malah hadapan face to face sama jin berewokan tersebut.
"Hahaha..." tiba-tiba anna tertawa pelan, lalu keluar senandung kecil dari mulutnya. Kelakuannya nyebelin persis kaya waktu awal kami datang ke dusun ini saat dia dibonceng raka.
Saya terus membaca ayat suci al-quran, keringat saya mulai bercucuran, begitu juga dengan putu, napasnya mulai ngos-ngosan. Saya mencengkram lengan anna makin keras, karen anna terasa berat sekali dan kakinya tidak mau melangkah.
"Stop.. stop.." aris bersuara,
"eva sama putu udah ga ada tenaga."

Aris seperti membaca pikiran saya dan putu yg rasanya udah pengen pingsan karena serasa nyeret bongkahan batu kali. Saya dan putu langsung mendudukan anna dipinggiran jalan setapak dan kami duduk disampingnya.
Tenaga kami berdua sudah sampai limitnya. Putu mengusap-usap mukanya, terlihat dia lelah dan sepertinya dia sudah membaca ada yang tidak beres sama anna, walaupun dia tidak bersuara atau bertanya.
"Maaf pak, apa ga boleh kami aja yang laki-laki bopong anna? Kasian anak perempuan pak, kehabisan tenaga gitu karena anna ga bisa melangkah." Aris bertanya ke pak slamet.

"Jangan.. jangan.. nanti malah panjang urusannya." Jawab pak slamet.
Urusan apa? Ini ada apa? Kenapa begini? Pak slamet seperti tidak mau berterus terang, semua serba aneh menurut saya. Yang pasti ada yang tidak beres dan ditutup tutupi pak Slamet kepada kami..
"Pak ada yang punya gerobak?" Aris bertanya ke pak slamet.

"Kayanya pabriknya pak bejo ada." Lalu pak slamet memberikan petunjuk arah. Aris dan randy langsung bergegas ke arah yg diberikan pak slamet.

"Tunggu sini." Ujar aris sebelum dia pergi.
Sementara itu ardi tidak bisa ditutupi mukanya terlihat kesal, dia selalu kesal kalau berurusan sama para jin yang mengganggu, apalagi kalau nyusahin dan nyebelin kaya gini..
Ardi jongkok depan anna yang duduk bersila dipinggir jalan setapak. "Heh! Koe ngopo toh? Koe sopo?" Ardi berbisik sambil menatap kearah anna, mungkin lebih tepatnya dia bertanya dan menatap ke arah jin tersebut yang sepertinya masih setia nemplok di anna.
Tidak ada reaksi dari anna maupun jin itu, anna hanya menatap balik ardi dalam diam dengan tatapan yang tajam.

"Kamu nyusahin temen saya, maumu apa?" Tanya ardi lagi masih dengan nada berbisik kesal.

Masih tidak ada tanggapan dari anna maupun jin itu, masih diam.
"Nanti saja di rumah mas ardi." Kata pak slamet menepuk halus pundak ardi.

Ardi berdiri dan dia sama sekali tidak menyembunyikan rasa kesalnya, lalu menyalakan sebatang rokok, mungkin untuk menghilangkan kegusarannya.
Kami semua diam sambil menunggu aris dan randy kembali.
Aris dan randy kembali membawa gerobak kayu, "naikin aja anna kesini." Kata aris.

Saya dan putu menarik anna untuk bangun dari duduknya dan itu rasanya berat sekali. Anna sama sekali tidak bergeming.
Akhirnya aris dan ardi tanpa menghiraukan omongan pak slamet yang melarang membantu kami ikut membantu saya dan putu. Terlihat anna menatap marah kearah ardi dan aris, tapi sepertinya mereka tidak perduli, akhirnya dengan susah payah anna berhasil dinaikkan ke gerobak.
Kami ber5 dgn susah payah mendorong gerobak tsb.. tadinya kami pikir dgn pakai gerobak lebih mudah membawa anna, tapi ternyata mendorong gerobak ini sama kaya dorong truk pasir yg basah, berat sekali, belum lagi ditambah rasa sebal dgar anna bersenandung riang dari atas gerobak
Akhirnya kami sampai, jangan ditanya lelahnya kami seperti apa. Begitu sampai pak slamet langsung masuk ke dalan rumah dan tak lama beliau keluar lagi bersama istrinya yang menenteng ketel air dan gelas.
"Minum dulu, duduk dulu ya. " ujar ibu slamet sambil menjejerkan gelas di meja tamu di teras.

"Terima kasih bu, ini biar anna dibawa masuk ke dalam dulu." Jawab ardi

"Oh iya mas ardi, ditaruh ruang tengah aja mba anna nya." Kata bu Slamet.
Saat saya dan putu mau membopong anna, aris mencegah, "kalian duduk aja, minum sana, istirahat." Kata aris.

Saya dan putu diam, tapi kami tidak duduk maupun minum, hanya berdiri dibelakang gerobak seperti posisi awal baru datang.
Saat ardi, aris dan randy mau membopong anna keluar dari gerobak tiba-tiba anna teriak..

"aaaaarrggggghhh...!! Jangan sentuh.. dia milik saya... jangan sentuh!!" Keluar suara laki-laki dari mulut anna dengan bahasa jawa yang kalau diartikan seperti itu.
Seketika secepat kilat anna langsung loncat keluar dari gerobak dan berlari dengan gerakan yg aneh kearah saya dan putu berdiri.

Tapi tiba-tiba..

"GUSSRAAAKK...." anna terjatuh saat melewati putu. "Ooopss.." gumam putu dan ternyata putu dengan reflek dan santai menyelengkat--
--kaki anna saat berlari kearah dia sehingga anna terjatuh.

Saya sempet bengong liat tindakan putu, ini lagi, orang keserupan malah diselengkat, tapi mungkin kalau bukan karena putu, anna sudah ngacir kemana tau.
Ardi, aris dan randy langsung memegangi dan menyeret anna ke dalam rumah yang terus teriak2 marah dengan suara laki-laki.

"Good job" kata ardi sambil ngasih jempol ke putu.
Si putu tertawa cekikikan, "oohh.. no worry i feel reeeaalllyy good.. gue udah keki banget ama dia, baik pas kesurupan ataupun engga, jd gregetan pengen gue slengkat."

Ardi balas ketawa, "sama" kata ardi.
Saya cuma tepuk jidat aja ngeliat kelakuan 2 temen saya, sempet2nya loh mereka bikin permufakatan jail.

Anna sudah dibawa kedalam secara paksa, terdengar suara teriakannya, dengan suara berat dan dalan khas laki-laki. Tapi suara teriakannya seperti binatang marah.
saya dan putu mengintip dari pintu, terlihat anna meloncat-loncat dengan gerakan aneh dan ekspresi muka marah.

"UOOOORRRGGGHHH!!" Teriaknya berkali-kali.

"Ini anna kesurupan monyet apa?" Putu setengah berbisik sama saya.
"Ga tau, tapi tadi emang berewokan yang gelendot ke dia. Tangannya panjang." Jawab saya.

Anna masih teriak-teriak marah, "BERANINYA KALIAN MENYENTUH DIA! DIA INI MILIK SAYA!!" teriak anna pakai bahasa jawa masih dengan suara yang sama.
PART 3

END
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with mwv.mystic

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!