My Authors
Read all threads
Membela kaum tertindas adalah membela agama sesungguhnya
#TributeToGusdur
(A Thread)

Satu kali Gus Dur berpesan kepada keluarga. Jika meninggal, ia meminta sebuah tulisan di batu nisannya. “Di sini berbaring seorang pejuang kemanusiaan”. Here rests a humanist.
Di momen #HarlahGusdur ke-80 ini, Gusmin ingin mengajak gaes semua untuk melihat perjuangan Gus Dur semasa hidup. #KangenGusdur
Setiap kali mengikuti haul Gus Dur di berbagai daerah, Gusmin selalu tertegun karena banyaknya testimoni dari tokoh lintas profesi. Mulai kiai, pastor, politisi, seniman, penyanyi dangdut, korban gusuran, dsb. Semua bercerita seolah-olah Gus Dur begitu dekat dengan mereka.
Bahkan di desa terpencil sekalipun, jejak Gus Dur ada dan masih ada hingga kini. Salah satunya di sebuah dusun pinggiran waduk Kedungombo yang meliputi 3 kabupaten di Jawa Tengah.
Di sana terdapat warga yang masih menuntut haknya hingga hari ini. Ketika Gusmin berkunjung, ternyata mereka juga punya kedekatan dengan Gus Dur. Bahkan di salah satu dusun terdapat jembatan yang diberi nama 'Jembatan Gus Dur'
Mereka bercerita bahwa Gus Dur Bersama tokoh lintas agama seperti Romo Mangun yang mendampingi para korban ketika mereka dengan semena-mena direpresi aparat. Warga enggan pindah karena ganti rugi yang sangat merugikan.
Bahkan untuk membeli sepetak tanah baru pun biaya ganti rugi tidak mencukupi. Di saat warga bertahan di rumahnya, pemerintah mengaliri kampung tersebut dengan air. tirto.id/kejamnya-pengg…
Semakin hari debit air semakin tinggi membuat warga mau tidak mau mencari tempat yang lebih tinggi. Mereka harus menyaksikan kampung halamannya tenggelam. Karena tak lagi memiliki apa-apa, warga menyelam untuk mengangkut barang-barang di rumah lama yang masih bisa dipakai.
Di situasi nelangsa seperti itu, Gus Dur bersama tokoh lain datang untuk membantu. Padahal akses jalan menuju kampung tersebut sangat sulit. Lha wong di masa kini saja Gusmin sampai hampir 2 jam perjalanan mobil dari jalan raya Sragen-Grobogan.
Apalagi di zaman dahulu yang jalan saja masih sering keplater. Tidak bisa dibayangkan bagaimana perjalanan yang ditempuh dahulu. Di akhir 80-an, Orde Baru masih berjaya.
Hampir tidak ada orang yang berani menentang kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Gus Dur menjadi figur yang sangat vokal mengkritisi kebijakan tersebut. Tidak hanya bersuara di media, tetapi juga ikut turun lapangan menjumpai warga yang tertindas itu.
Gus Dur tahu cara memanfaatkan privilege-nya sebagai seorang anak dari tokoh pendiri bangsa yang sangat dekat dengan para kiai. Sekali saja Gus Dur ‘dicolek’, situasi pasti akan memanas. Tak heran jika Orde Baru sangat berhati-hati bersikap terhadapnya.
FYI, hingga tahun 2018 akses jalan di sana masih sulit. Belum diaspal. Jalanan masih berbatu nan terjal. Di musim panas, jalanan akan berdebu. Di musim penghujan, jalan akan jadi kubangan lumpur yang menyulitkan. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi di tahun 1980-an?
Konon, akibat penolakan pembangunan, warga dicap sebagai PKI. Jika stempel PKI sudah disematkan oleh Orde Baru, maka negara bisa sewenang-wenang melakukan apapun. Padahal warga tidak tahu menahu soal PKI. Stempel itu diberikan untuk menekan warga yang enggan digusur.
Ternyata hingga kini isu PKI masih terus dipakai, ya. Apalagi ini di bulan September biasanya akan ada kelompok yang membangkitkan isu PKI dengan berbagai kepentingan.
Ada kisah menarik yang diceritakan warga.
Dulu Gus Dur bersama tokoh lintas agama menanyakan apa agama yang dianut. Di kampung yang sangat terisolasi, mereka tidak mengetahui apa itu agama. Gus Dur dan para tokoh kemudian menanyakan beberapa hal sampai diputuskan bahwa warga sangat dekat dengan Islam.
Para tokoh lintas agama tersebut bersepakat tanpa memaksakan egonya ingin menjadikan warga ke agama yang dianutnya. Apalagi warga juga merasa kehidupan sehari-harinya bisa diakomodir melalui Islam yang ‘dikenalkan’ oleh Gus Dur, yaitu Islam yang ada slametan, tahlilan dsb.
Mereka kemudian membantu warga mendirikan masjid di desa tersebut untuk pertama kali. Untuk guru ngaji, al-kisah Romo Mangun-lah yang mencarikan. Kebetulan Romo Mangun memiliki sahabat kiai yang bisa membantu mengirim santrinya ke wilayah terisolasi tersebut.
Warga pun mulai belajar salat. Mereka tidak segan untuk bertanya apapun karena memang baru mengenal ritual ibadah bernama salat. “Gimana caranya salat?”. Sang imam menjawab: “Ikuti saja apa yang saya lakukan.” Pernah satu ketika imam batuk, seluruh jemaah ikut batuk-batuk wkwk.
Kisah di Kedungombo ini menegaskan bahwa agama semestinya hadir untuk kelompok yang ditindas. Penindasan adalah wujud dari kerusakan moral atau akhlak. Dalam Islam sendiri, bukankah Nabi Muhammad SAW diutus untuk memperbaiki akhlak masyarakat yang rusak?
Jika ada seseorang ingin membela agama, maka belalah mereka yang diperlakukan tidak adil. Tidak perlu gagah-gagahan mengklaim membela Tuhan jika yang dibela hanyalah kepentingan pribadinya. Apalagi jika latar belakang membawa nama Tuhan hanya untuk politik elektoral. Hadeh.
Gus Dur melihat agama sebagai sebuah spirit untuk menjalankan misi kemanusiaan. Kata Gus Dur agama jangan jauh dari kemanusiaan. Untuk itu, orang yang membela agama pasti tidak pernah menciderai kemanusiaan. Tidak ada amar ma’ruf tapi dengan kemungkaran.
Sebaliknya, nahi mungkar (mencegah kemungkaran) harus dilakukan dengan cara yang ma’ruf atau baik. Ini prinsip utama dalam beragama. Toh, semua orang sedang berusaha mencari jalan. Yang harus ditentang adalah perilaku diskriminasi atau penindasan.
Makanya Gus Dur sangat vokal membela kelompok tertindas. Selain warga Kedungombo, Gus Dur juga membela Ahmadiyah, muslim Priok, etnis Tionghoa, masyarakat Papua, dan lain sebagainya. Khususnya Papua, Gus Dur bahkan bersahabat dengan tokoh kemerdekaan Papua, Theys Hiyo Eluay.
Apakah Gus Dur sependapat dengan teologi Ahmadiyah? Tentu tidak. Tetapi Gus Dur tidak setuju apabila keyakinan seseorang membuat orang lain bersikap sewenang-wenang, hingga melakukan kekerasan. Apalagi di Indonesia di mana konstitusi mewajibkan untuk melindungi semua.
Soal perbedaan itu sudah ada sejak dulu kala. Masing-masing menganggap yang berbeda dengan label sesat. Meski demikian, kalau pun dianggap sesat bukan berarti menjadikan alasan orang untuk berlaku semena-mena. Yang dilarang agama bukanlah perbedaan, tetapi perpecahan.
Apakah Gus Dur sepakat dengan kemerdekaan Papua? Sebagai presiden, Gus Dur punya kewajiban konstitusi untuk melindungi seluruh wilayah Tanah Air. Tetapi tetap harus mengutamakan kemanusiaan. Operasi Militer yang dilakukan di Papua hanya melanggengkan kekerasan dan pelanggaran HAM
Untuk itu Gus Dur menarik tentara dari Papua dan mulai menggunakan cara dialog. Ia mendekati tokoh Papua dan memfasilitasi adanya kongres rakyat Papua untuk mendengar aspirasi. Dari kongres tersebut ada beberapa catatan yang dianggap menghormati hak-hak Papua.
Di antaranya memperbolehkan pengibaran bendera Bintang Kejora dan mengubah nama Irian Jaya menjadi Papua. Banyak kalangan menilai Gus Durlah satu-satunya presiden yang mampu memahami masyarakat Papua. Kata Gus Dur: “Mata saya buta, tetapi saya bisa merasakan air mata orang Papua”
Dalam perjalanannya, pengabdian Gus Dur sebagai presiden tidak bertahan lama. Ia dilengserkan dalam satu skenario politik. Meski singkat, tetapi kita bisa melihat bahwa agama, jika ditempatkan semestinya, bisa menjadi spirit positif dalam mengelola negara.
Negara yang tetap memanusiakan manusia. Kemanusiaan inilah yang menjadi concern Gus Dur sebelum, saat, dan sesudah menjadi presiden. Konon, tokoh seperti Gus Dur muncul seratus tahun sekali. Namun kita tentu tidak akan menghitung tahun kelahiran Gus Dur yang saat ini berusia 80.
Di hari lahir Gus Dur ini, kita berupaya menyalakan semangat yang pernah ditunjukkan Gus Dur semasa hidup. Dengan cara itulah kita bisa melahirkan kebaikan-kebaikan.
Dengan cara itu kita bisa menyelamatkan banyak kaum tertindas tanpa menunggu kelahiran tokoh sepertinya yang entah kapan muncul. Ibarat sapu lidi, seseorang merupakan satu batang lidi. Ketika hanya satu yang berupaya membuang kotoran, maka ia mudah patah.
Tetapi jika lidi-lidi tersebut diikat dan menjadi sapu, maka kotoran yang besar pun bisa dibersihkan. Begitu cara kebaikan bekerja.

Gus Dur sudah meneladanlan, saatnya kita melanjutkan. #KangenGusdur
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Jaringan GUSDURian #SalingJaga

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!