Besok saya akan menuliskan cerita kisah seram yang di alami oleh asih dan seluruh keluarganya saat setelah membeli rumah yang masih terkesan kental dengan aksen Jawanya. Mulai gangguan pocong, kuntilanak, suara gamelan, nenek tua, monyet besar dan suara kemrincing andong.
Sebuah rumah limasan yang terletak di kota dengan slogan Bersinar.
Namanya adalah Asih. Dia adalah anak Kedua dari dua bersaudara. Seorang perempuan yang menyenangkan dan banyak berbicara. Tetapi, ketika baru bertemu kepada orang yang belum di kenal. Asih sangat cuek. #bacahoror#threadhoror
Saat ini Asih menginjak umur 20 tahun. Asih dan keluarganya baru saja pindahan rumah dari Bekasi ke kota Bersinar di Jawa tengah.
Pertama kali asih melihat hantu, saat dia masih duduk di bangku SMP. Takut dan menanggis ketika melihat nya. Awalnya tidak takut dan tidak percaya sama sekali ada nya hantu. Tetapi ketika bertemu dengan makhluk itu, baru percaya Kalau mereka ada.
Sampai sekarang asih sangat takut jika harus sendirian apalagi di kamar rumah barunya. semua keluarga Pindah ke rumah itu, karena menurut orangtuanya rumah itu cukup muat untuk semua keluarganya dan dekat dengan rumah kakek dan nenek yang tentunya harganya murah.
Di rumah baru itulah. Cerita ini berawal. Mulai di ganggu oleh sosok pocong, kuntilanak, monyet besar, nenek tua misterius, suara gamelan dan andong.
2018 Asih dan keluarganya pindah di salah satu rumah tua yang masih kental dengan aksen Jawanya. Rumah limasan. yang menurut warga sekitar, dulu sebelum rumah ini mereka tempati, pemilik rumah sebelumnya memang mempunyai kebiasaan mengoleksi benda pusaka.
Sampai sekarang pusaka itu masih terpajang. Terdapat sebuah gamelan komplit yang masih terawat dan setiap sudut ruangan terdapat kain putih yang di balutkan di setiap blandar ( balok kayu yang terdapat pada konstruksi rumah kayu) terkesan seram dan membuat bulu kuduk berdiri.
Hampir 2 tahun di kosongkan, karena masalah hutang akhirnya di jual dan di beli oleh keluarga asih. Rumah itu menjadi rumah yang terkesan seram dan Mereka tidak menyangka akan tinggal di rumah penuh makhluk tak kasat mata.
Satu hari saat menempati rumah itu Belum ada gangguan sama sekali. Lalu hari-hari yang mereka lewati di rumah itu pasti selalu menyenangkan. Mereka mendapat respon positif oleh warga sekitar. Tapi selang dua tahun kemudian gangguan gangguan itu mulai menampakan diri.
Cahaya rembulan malam itu sedang menampakan terangnya, bintang bintang nan cantik membuat seisi jagat raya memberikan keindahannya.
Asih yang lagi duduk bersama semua keluarganya sedang menikmati hidangan lezat malam itu. Terdengar dari kejauhan suara mangkuk di pukul dengan sendok kecilnya hingga memberikan suara khas jika ada tukang bakso yang sedang menjajakan dagangannya.
“Ting..ting...ting...ting”
Susana makan malam itu terasa hangat, berkumpulnya keluarga besar yang membuat tali persaudaraan semakin erat. setelah selesai, asih menuju pawon (dapur) untuk segera mencuci piring kotor.
Kebetulan letak pawon berdekatan dengan pintu belakang yang menuju kamar mandi. setelah selesai mencuci piring, asih segera kembali ke ruang keluarga untuk bercengkrama. Kebetulan ruang keluarga di dalam rumah itu posisinya membelakangi gamelan tua tapi masih terawat.
Setiap asih memandangi gamelan itu seperti ada yang aneh, “mungkin perasaannya saja” pikir asih waktu pertama kali menempati rumah barunya. Tak terasa keasyikan mengobrol satu sama lain, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Satu persatu dari mereka, kakak, bapak dan ibu meninggalkan ruangan untuk masuk ke kamar masing-masing. Menyisakan asih dan adik perempuannya yang masih betah. Desi Seorang gadis cantik yang beranjak dewasa hanya selisih dua tahun dari asih.
Setelah dua tahun asih menepati rumah barunya, sedikit demi sedikit asih bisa menghafal bahasa Jawa walaupun masih acak acakan.
Saat mereka sedang asik mengobrol, tiba tiba terdengar sedikit lirih suara orang teriak meminta tolong.
“ eh mbak, itu suara orang minta tolong? Siapa ya ?” Tanya desi yang sedang menajamkan pendengarannya.
“Masa sih” jawab asih penasaran.
“Iya mbak, coba dengerin lagi” jelas desi.
(Tolong...tolong)
“Eh iya itu ada suara orang minta tolong” ucap asih kemudian.
“Yuk coba kita lihat keluar!” Ajak asih.
Saat mereka sudah berada di luar rumah, ternyata di sana sudah ada beberapa warga yang sedang mengerumuni orang tersebut.
Karena penasaran, Asih dan desi menghampiri di kerumunan warga itu.
Dengan gemetaran, orang itu menceritakan kejadian yang menimpanya.
Lelaki itu melihat sosok pocong melayang di atas genteng rumah asih. Kemudian ia berlari berteriak meminta tolong.
Mereka yang kaget kemudian ikut melihat atap rumahnya, tak di temukan apapun selain genteng tua berwarna coklat kehitaman.
“Pocong opo mas? raono opo opo kok” kata salah satu warga. (Pocong apa mas, gak ada apa apa )
“Sakestu pak, kulo nembe mawon ndelok wujud!” Ucap lelaki itu yang masih ketakutan. ( beneran pak, saya barusan melihat sosok itu)
Kemudian lelaki itu di tenangin oleh salah satu warga yang ada di situ.
“Pun mas, tenang, pun mboten wonten”
(Sudah mas , tenang dulu, sudah tidak ada)
Tak lama, setelah semua sudah kondusif akhirnya warga membubarkan diri dan tukang bakso memilih untuk pulang saja.
Terdengar dari telinga asih obrolan salah satu ibu ibu yang ada disitu.
“Iki mergo Omahe pak Sugeng mesti, kaet anyar di nggoni rung ono syukuran pengajian” ucap seorang wanita paruh baya.
(Ini pasti karena rumahnya pak Sugeng, dari awal ditempati belum ada pengajian)
Lawan bicaranya hanya manggut manggut seakan menyetujui ucapan ibu itu.
Kemudian asih dan desi berjalan menuju pintu rumah, mungkin kata kata ibu tadi ada benarnya “ aku harus ngomong sama ibu kalau besok harus di adakan pengajian saja” pikir asih waktu itu.
“Mbak kok medeni sih Eneng pocong neng omah?” Tanya desi.
(Kak kok seram sih ada pocong di rumah )
“Rausah dipikirno dik, ndak keweden mengko” jawab asih sembari membuka engsel pintu.
(Gak usah di pikirin dik, nanti malah ketakutan)
“Hiiii... Wedi aku mbak” ucap desi.
(Takut aku kak)
“Uwes yok mlebu kamar gek bobok” ajak asih kepada desi.
( udah yuk masuk kamar terus tidur )
Sebelum mereka masuk ke kamar, asih menyuruh desi untuk pergi ke kamar mandi membersihkan muka, tangan dan kaki dahulu. Asih akan membersihkan tempat tidur sebelum di pakai untuk merebahkan badan.
Saat asih sedang mengganti sarung kasur, ia di kagetkan dengan suara krieeettt pintu kamarnya. Masih dominan kayu lawas dan engsel besi yang karatan membuat suara krieett terdengar lebih jelas.
Tak ada jawaban, asih menoleh kebelakang, ia melihat desi sedang berdiri di ambang pintu.
“Meneng ae dik di tekoni!” Imbuh asih
(Diam saja dik di tanyain)
“Gentian mbak Yo” tambah asih sembari berjalan dan membenarkan ikat rambutnya.
Masih tanpa jawaban, desi berjalan melewati asih dengan tatapan kosong.
“Aneh” pikir asih.
Beberapa langkah lagi asih tiba di kamar mandi, tiba tiba pintu itu terbuka dan muncul sosok desi sedang keluar sambil mengusap mukanya dengan handuk.
Asih kaget bukan main saat melihat ada desi disitu.
“Loh dik, lagi rampung ta ?” Tanya asih.
( baru selesai ya)
Tak butuh lama, bulu kuduk asih semua berdiri dan menyisakan pertanyaan pertanyaan di kepalanya.
“Iyo mbak,” jawab desi melewati asih.
( iya )
“Mbak tak resik resik genti ya, kamare wes tak resiki” ucap asih sambil mengambil handuk pada cantelan kayu di samping pintu keluar.
( gentian kakak bersih2 ya, kamarnya sudah kakak beresi)
“Iyo mbak” jawab singkat desi.
“Terus sopo sik neng kamar mau” batin asih.
(Terus siapa yang di kamar tadi )
Seketika bulu kuduknya berdiri.
Saat asih sudah di dalam kamar mandi, tiba tiba tercium aroma wangi melati yang menyengat.
Tak pikir panjang, asih melanjutkan aktivitasnya agar cepat selesai dan segera tidur.
Terdengar lirih sekali, suara wanita sesenggukan di belakang tembok kamar mandi. Seperti suara orang sedang menangis sedih.
Asih yang sudah selesai mandi, kemudian ia mencari sumber suara itu. Tak ada siapapun kecuali suara jangkrik dan gesekan ranting pohon.
Kembali lagi suara itu terdengar , lebih keras membuat asih semakin merinding di buatnya. Perlahan suara itu berubah menjadi suara tawa.
Tepat di atas atap kamar mandi, sosok kuntilanak sedang duduk memperhatikan asih yang ketakutan.
Daya magis terlalu kuat membuat asih tak bisa bergerak sama sekali, hanya menatap sosok itu dengan kepala miring dan tersenyum menyeringai. Mencoba untuk teriak tapi tak berhasil, semakin asih menolak semakin lemas tubuhnya.
“Mbak ki di celak celuk ketmau ra jawab! Sui men neng kamar mandi ! Aku Wedi dewekan neng kamar!” Ucap desi panjang lebar.
( kakak itu di panggil panggil dari tadi gak jawab, lama banget di kamar mandi, aku takut sendirian di kamar)
Asih tak bercerita kepada desi tentang kejadian yang baru saja menimpanya. Mengingat desi anaknya penakut begitu juga dengan asih. Tapi asih masih bisa sedikit menahan rasa takutnya lantaran dari SMP, asih sudah terbiasa melihat penampakan. walaupun begitu asih masih penakut.
“Alhamdulilah “ batin asih saat itu karena desi, asih terbebas dari kuntilanak tersebut.
Mereka segera beranjak masuk kamarnya dan segera tidur, karena jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Baru saja merebahkan ternyata desi sudah tertidur lelap.
Tiba tiba terasa udara dingin masuk. Asih melihat jendela yang tertutup kain putih transparan melambai lambai tertiup angin.
“Perasaan mau wes tak tutup jendelane, kok kebukak!” Gumam asih
(Sepertinya tadi sudah aku tutup jendelanya, kenapa kebuka)
Tanpa pikir panjang asih turun dari dipan dan menutup jendela. Saat tangan asih keluar jendela dan menarik tuasnya ke dalam, belum sempat tertutup asih di kagetkan dengan sosok kuntilanak lagi. Tepat di depannya, muka menembus jendela kayu dan tertawa.
“Hihihihihihi... nduk”
Sontak asih menjerit sekencang kencangnya, membuat desi terbangun.
Asih membisu dan kemudian segera menutup jendela dan kembali merebahkan tubuhnya. Ia tak mau memberitahu desi takut jika desi ketakutan dan tidak mau menemani asih malam itu.
Menatap langit langit beberapa kayu berjejer rapi dengan kuatnya menahan beban genteng tua. Asih masih terjaga, memikirkan beberapa kejadian yang menimpanya malam ini. Tak habis fikir olehnya, kenapa hanya dia yang mendapatkan gangguan.
Semakin larut, matanya tak lagi kuat menahan kantuk. Asih tertidur pulas dengan banyak pertanyaan yang masih mengganjal di kepalanya.
***
***
Terdengar hiruk pikuk dari luar rumah, asih terbangun karena bising. Di sampingnya kosong ternyata desi sudah tidak ada di tempatnya. Asih beranjak keluar mencari sumber suara. Ternyata di halaman sudah banyak ibu ibu sedang mengobrol. Kebetulan ibu asih juga berada di sana.
Pagi itu warga di gegerkan oleh penampakan pocong yang sempat menghantui orang orang yang melewati jalan depan rumah keluarga asih. Semakin yakin dengan kondisi kediaman keluarga, akhirnya asih memberi saran kepada ibunya setelah mereka selesai berbincang.
“Buk, kulo kepingin mbenjang ten Mriki wonten pengajian, pripun ?” Tanya asih kepada ibunya
( saya mau besok dirumah ini di adakan pengajian, gmn buk)
Ibu yang mendengar itu terdengar aneh, kenapa anaknya meminta pengajian di rumah.
Kemudian asih menjelaskan panjang lebar tentang apa yang telah di alaminya. Ibu masih tak percaya tapi asih meyakinkan agar di setujui acara itu. Akhirnya setelah berembuk dengan semua penghuni dirumah, acara itu akan di adakan besok malam ba’da isya’.
Malam pengajian akan di mulai, satu persatu tetangga terdekat mulai memadati isi rumah. Pengajian dimulai. Tujuannya syukuran atas menempati rumah barunya dan agar terhindar dari gangguan gangguan gaib.
Tapi sia sia saja, setelah acara itu memang satu dua hari asih tidak mendapati gangguan sama sekali. Hari ketiga dan selanjutnya gangguan itu semakin menjadi.
Waktu itu asih sedang tiduran di kamar sendirian, desi dan yang lain sedang bersantai di ruang keluarga. Tak terasa layar handphone yang di pegangnya membuat mata asih sayup sayup merem. Ia bermimpi di ludahi oleh sosok perempuan tua, mimpi itu terasa nyata.
Saat dia terbangun untuk mengecek sekitar tubuhnya tak ada yang basah. “Oh ternyata hanya mimpi” pikir asih waktu itu. Dia melihat desi sudah terlelap tidur di sampingannya. Terdengar suara ketukan pintu kamarnya.
“Tok..tok..tok”
“Sinten Njih?” Tanya asih.
(Siapa ya )
Tak ada jawaban, kedua kalinya pintu itu di ketok lagi.
“Tok..tok..tok”
Asih turun dari dipan, ia mau membuka pintu. Sebelum pintu itu terbuka asih kembali lagi bertanya kepada sosok yang ada di balik pintu.
“Sinten Njih?” Tanya asih kembali sembari membuka pintu.
(Siapa ya)
Tak di temukan siapapun hanya gelap ruangan yang ada. Asih menengok kanan kiri tak ada siapapun hanya pemandangan gamelan yang di lihatnya. Tiba tiba asih merinding, bulu kuduknya berdiri. Saat ia berbalik dan berjalan menuju dipannya, ada sosok di belakangnya memanggil.
“Nduk”
Asih berhenti sejenak, mencoba tenang. Saat ia membalikkan badan, ia melihat sosok nenek tak di kenalnya. Baru kali ini ia melihat. Kembali lagi asih bertanya kepada sosok itu.
“Sinten Njih Mbah?” Tanya asih kepada sosok itu.
Tak di jawab oleh Nenek itu. Hanya ajakan untuk asih yang membuat ia terhipnotis menurut apa yang di katakannya.
“Ngalor” ucap sosok sambil menunjuk arah
(Ke utara)
Asih terdiam sesaat, kemudian berjalan mendekat. Ia mengikuti Nenek itu berjalan keluar melewati pintu belakang. Setelah beberapa langkah asih berjalan dan meninggalkan rumahnya, terlihat gapura di depannya ada tulisan makam di atasnya.
Untungnya saat asih berjalan melewati gelapnya malam, di belakangnya dia di ikuti oleh beberapa warga yang sedang ronda dan melihatnya. Karena merasa ganjil seorang perempuan berjalan sendiri ke arah makam.
“Mbak...mbak Ajeng tenpundi?” Tanya seorang warga yang mengikuti dari belakang.
(Mbak mau kemana )
Tak ada jawaban dari asih. Warga itu sontak langsung mengejar asih yang masih berdiri di bawah gapura makam. Asih terkejut saat dari belakang ada suara yang mengagetkannya.
“Mbak!!!” Ucap warga
“Astaghfirullah” kaget asih.
Asih yang kebingungan karena ia berdiri di depan gapura, kemudian bertanya kepada warga yang mengikuti.
“Loh mas aku nendi iki?” Tanya asih yang masih bingung
( saya dimana)
“Lha mbaknya Ajeng tenpundi?” Tanya warga itu
(Mau kemana)
“Kulo Njih mbotenretos pak, Niki mau kulo kalih simbah kon ngeterke wangsul ! Kok reti reti neng kuburan!” Jawab asih yang masih kebingungan
(Saya juga tidak tau, tadi saya sama nenek nganter pulang, tauu tau sudah di makam)
“Kulo Njih mbotenretos pak, Niki mau kulo kalih simbah kon ngeterke wangsul ! Kok reti reti neng kuburan!” Jawab asih yang masih kebingungan
(Saya juga tidak tau, tadi saya sama nenek nganter pulang, tauu tau sudah di makam)
Warga yang bingung dengan penjelasan asih, kemudian mengajak untuk pulang saja. Di dalam perjalanan asih menjelaskan semuanya. Saat sampai rumah ternyata sanak saudara sudah menunggu asih. Bertubi tubi pertanyaan yang keluar dari mulut orangtuanya.
Asih yang sudah tenang dengan kejadian tadi akhirnya menceritakan semuanya. kakek, nenek dan Bulik juga sudah menunggu cerita dari asih.
Setelah semua di ceritakan, akhirnya mereka meminta asih untuk berwudhu dan sholat malam. Masih dalam keadaan ramai di dalam rumah asih. Hingga akhirnya saat asih bersama kakek, nenek dan bulik sedang berada di ruang tengah tepatnya ruangan yang ada gamelannya.
Tiba tiba terdengar suara wanita Nyinden dan bunyi gamelan serta wangi melati.
Sontak asih yang ada disitu kaget dan tak hanya asih saja, mereka juga mendengarnya. Suara lirih tapi terdengar jelas. Sangat jelas. Membuat asih dan kakaknya ketakutan. Saat itu juga Nenek yang berada dekat dengan Alquran mengambilnya dan membacakannya.
Asih dalam pelukan nenek dan bulik . Sementara kakek dan kakaknya membaca doa sebisa mereka. Semakin keras suara itu dengan di barengi lantunan ayat suci Alquran. Asih dan kakaknya yang ketakutan membuat mereka lemas.
Tiba tiba asih tertidur, dan terbangun karena suara adzan subuh dengan Alquran di atas kepalanya.
Malam itu adalah malam yang sangat menyeramkan buat asih.
Malam malam berikutnya, waktu Nenek istirahat di kamar asih. Nenek terbangun karena merasa di ludahi dan di tarik kakinya. Saat bangun dan mencari sesuatu ternyata tidak ada yang basah tapi ada sedikit cakaran di kakinya.
Tak hanya itu saja, buliknya juga mengalami hal yang serupa. Di ludahi dan di tarik kakinya. Semakin lama gangguan itu semakin menjadi membuat seisi rumah kewalahan.
Malam itu asih baru saja pulang kerja. Masih sama ia bekerja di kota yang sama. Waktu hendak memasukkan kendaraannya, lagi lagi perasaannya tidak enak, ia mencium bau busuk. Membuat asih harus menutup hidungnya. Saat kendaraan sudah terparkir di dalam rumah.
Tiba tiba pintu di ketok tiga kali tapi dengan suara dan irama yang berbeda, bukan seperti ketokan pintu pada umumnya.
“Duk”
“Duk..duk”
“Duk..duk..duk”
Suaranya pelan dan seperti bukan dengan tangan melainkan dengan kepala di barengi dengan bau busuk. Asih kemudian menyadari kalau ini pasti bukan ulah manusia. Ia mencoba melihat dari celah jendela kayu yang tepat di samping pintu.
Tak ada orang di luar, lalu kembali lagi bunyi itu.
“Duk...duk...duk”
Kembali lagi ia melihat lewat celah jendela, terlihat jelas sosok pocong sedang melayang dengan kepala terbalik menghadap asih. Sontak asih menjerit dan berlari ketakutan.
Ia masuk ke kamar orangtuanya tapi kosong. Berlari menuju kamar yang lain tapi tak ada satu orang pun. Tiba Tiba saat asih melewati ruangan yang terdapat gamelan, ia merasakan ramai sekali seperti ada tontonan. Bunyi tabuhan gamelan, orang menyinden dan sorakan orang orang.
Asih berdiri terdiam melihat itu, saat setelahnya suara tabuhan, nyinden dan sorakan berhenti. Semua Makhluk yang ada di situ melihat asih yang sedang berdiri. Darah, muka hancur, tanpa kepala, ngesot, melayang, tinggi besar. Semua melihat asih, dan tiba tiba semua menjadi gelap.
Asih pingsan dan terbangun sudah berada di pangkuan ibunya. Tercium aroma wangi minyak kayu putih. Perlahan membuka mata, di depannya sudah banyak yang menunggu asih siuman. Atas kejadian yang menyeramkan ini akhirnya bapak asih memanggil ustadz.
Keesokan harinya, ustadz itu datang sowan ke rumah. Setelah dilakukan meditasi, ia menjelaskan semua apa saja yang ada di rumah ini. Seperti pasar malam, banyak sekali penunggu di rumah ini akibat pemilik sebelumnya.
Sepertinya penunggu disini tidak mau di pindah karena mereka sudah menempati lahan ini dari dulu. Istilahnya Mereka hanya ingin memberitahu keluarga yang ada disini.
“Tok..tok..tok.. Assalamu’alaikum ?” Ucap salah seorang yang berada di luar pintu
“Wa‘alaikumsalam” jawab desi sembari berjalan dan membuka pintu.
“Sinten Njih mbak? Madosi Sinten?” Tanya desi.
(Siapa ya kak? Mencari siapa)
“Kulo Tuti, mbak asih wonten ?” Tanyanya.
(Saya Tuti, asih ada )
“Oh enten mbak, sekedap kulo padoske “ jawab desi sembari berjalan masuk dan mencari asih.
( ada kak, sebentar saya panggilkan dulu )
“Mbak asih, di goleki kancamu mbak tuti!” Teriak desi.
( di cari temanmu )
“Ohya ... kon mlbu sik, aku lagi ganti klambi!” Jawab asih teriak.
( suruh masuk dulu, aku lagi ganti baju )
Desi kembali berjalan ke luar dan mempersilahkan masuk Tuti.
Tuti adalah teman sekantor dengan asih, ia rencana mau pergi keluar, tapi gagal karena tiba tiba hujan turun.
Aroma tanah yang terkena guyuran air hujan membuat asih menciutkan hidung.
Hujan belum juga reda dan Tuti masih berada di rumah asih. Mereka berdua ngobrol ngalor ngidul membahas pekerjaannya, hanya desi yang sedang sibuk memainkan gadgetnya.
Tak terasa sudah malam dan hujan tak kunjung reda, niat hati ingin pulang tapi di tahan oleh asih. Perjalanan lama dan sudah malam membuat Tuti harus menginap di rumah asih.
Malam ini adalah malam yang akan membuat Tuti berfikir ulang jika harus menginap lagi di rumah asih.
Saat itu mereka sedang bercanda di ruang tengah, ruang gamelan. Tiba Tiba salah satu dari alat gamelan itu berbunyi.
“Dung”
Tuti kaget melirik ke arah asih. Mereka saling memandang dan seketika hening tanpa pembicaraan.
“Asih ??? Krungu?” Tanya Tuti.
( dengar)
Asih memberikan gestur mengangguk, yang tadinya duduk berjarak, sekarang mereka saling berdekatan. Ketakutan dalam keheningan,
“Asih, pindah kamarmu wae yok” ucap Tuti gemetaran.
Asih mengangguk dan mengajak desi juga untuk masuk kamar.
“Asih aku terne kamar mandi sik mboken !”
(Aku antar ke kamar mandi dulu ya )
Saat tuti berjalan menuju pintu belakang dan masuk ke kamar mandi . Tuti mendengar suara.
“Ssttt...ssstttt”
Suara seperti orang sedang memanggil tapi tak tau namanya.
“Asih??? Ngopo sih?” Ucap Tuti dengan suara menggema. (Ngapain sih)
“Ngopo pie sih koe Ki !!” Jawab asih yang menunggu di luar.
(Ngapain gimana sih )
“Rapopo, tak kiro aku ditinggal” ucap Tuti
(Gpp kirain kamu pergi)
Terdengar lagi suara bersenandung Jawa lirih, membuat Tuti yang di dalam kamar mandi mengira itu suara asih.
“Asih mbok ojo ngono, aku Wedi !!” Ucap Tuti sambil menyiram. ( jangan gitu, aku takut )
Tak ada jawaban dari asih, Tuti kemudian segera membuka pintu kamar mandi. Dan kaget melihat asih sedang duduk sambil bersenandung. Dengan gesit Tuti menarik lengan asih dan membawa masuk ke dalam. Di tengah perjalanan, asih berhenti membuat Tuti tersontak mundur.
“Delo, aku meh jikuk wedang” ucap asih datar.
(Sebentar, mau ambil minum)
“Tak tunggu kamar!!” Jawab Tuti sembari berjalan cepat.
Saat Tuti melewati ruangan yang terdapat gamelan, terdengar lagi suara itu.
“Sssttt...ssstttt...hiiihihihihi”
Merasa di awasi, Tuti melanjutkan langkahnya dengan lebih cepat. Sesampai di depan pintu kamar, Tuti membuka paksa pintu dan dilihatnya asih dan desi sedang duduk menunggu Tuti yang tak kunjung datang.
“Asih!!!” Ucap Tuti dengan mata terbelalak.
“Hih.. sui men kowe Ki !!! Malah nyanyi ra jelas neng kamar mandi ! Tak tinggal” Ucap asih
(Lama sekali kamu , malah nyanyi gak jelas , aku tinggal)
Tuti yang mendengar ucapan asih seketika lemas, ia kemudian duduk dan menceritakan yang di alaminya.
Saat mereka serius mendengarkan cerita Tuti, tiba tiba terdengar suara langkah kaki sepatu kuda dengan gemerincing lonceng. Seketika di dalam ruangan itu hening. Berharap semua berlalu. Rasa penasaran mengalahkan ketakutan, asih di ikuti Tuti dari belakang,
mencoba menengok dari celah jendela.
Tidak untuk desi yang memilih menutup seluruh badannya dengan selimut. Saat asih melihat melewati celah, tepat di depannya seekor kuda putih beserta andong dengan kusir pocong berhenti di depan rumah. Tuti yang juga melihat seketika itu pingsan,
membuat asih kewalahan untuk membangunkannya.
Asih yang kemudian meminta tolong desi untuk ikut membopong tubuh Tuti ke atas dipan. Malam itu adalah malam yang membuat Tuti ketakutan setengah mati.
Keesokan harinya Tuti berniat untuk segera pamit pulang, mengingat kejadian semalam membuat dia bersimpuh lulut untuk-
menginap lagi di rumah asih.
Tak sampai disitu saja, malam harinya asih kebetulan ada acara pergi bersama kawannya. Saat asih kembali pulang pukul sepuluh malam, ia harus melewati malamnya dengan penuh teror. Semua sudah selesai tinggal merebahkan badan, asih berharap malam ini tidak ada gangguan.
“Ssstttt..sssstttt”
Kembali lagi suara itu membuat merinding. Melihat desi yang sudah terlelap, dia tak mau menganggunya. Asih ketakutan malam itu, mencoba berdoa sebisanya agar setan setan itu tak menganggu. Saat asih membuka matanya dan melihat ventilasi, dilihatnya kepala pocong dengan-
muka gosong dan mulut membentuk huruf O.
*suara sepatu kuda*
Asih semakin ketakutan, air mata satu persatu menetes membasahi pipinya. Suara gemetaran dengan duduk dan selimut menutupi tubuhnya.
*suara tabuhan gamelan*
Tak kuat tubuhnya menahan rasa takut, ia tumbang dalam keheningan malam. Terbangun pukul dua dini hari, terdengar lagi suara langkah kaki Sepatu kuda, sontak asih berlari terbirit birit pindah ke kamar orang tuanya yang menyisakan desi sendiri.
Asih membangunkan bapak dan ibuk dan menceritakan malam itu. Ternyata tak hanya asih dan desi saja yang di ganggu, bapak dan ibu sama halnya dengan dirinya. Tetapi mereka tak mau menceritakan kepada anak anaknya. Dan akhirnya bapak dan ibu sudah Legowo untuk menerima gangguan ini
, berfikir akan terbiasa dengan hal seperti ini. Kelak mereka akan bosan sendiri.
Asih menceritakan ini di setiap ia merasa di ganggu, dan ini benar benar kisah nyata yang di alaminya.
Dulu sebelum asih terlahir, masih dalam kandungan. Ibu yang lagi ngidam ingin pergi ke pulau bidadari kepulauan seribu, akhirnya di turuti oleh suaminya. Sampai di pantai dan Saat mereka melewati hutan ibu melihat sekelebat bayangan hitam dan berbulu lebat.
Pikirnya itu genderuwo, tapi mereka tak mau menggubrisnya yang hingga akhirnya saat mereka sampai di rumah, tubuh Ibu asih merasa berat dan sampai tak bisa bangun dari tidurnya. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri.
Sosok genderuwo sedang menduduki perut ibu dengan tangan memainkan jari jarinya yang tajam. Sontak ia menjerit sekeras kerasnya, memanggil suaminya dan meminta untuk membacakan ayat kursi. Bersamaan membaca ayat kursi,
seketika genderuwo itu menghilang dan tubuh Ibu asih mulai bisa bergerak. Mereka bersyukur atas kejadian itu karena tak ada korban nyawa. Sampai ibu melahirkan asih ke dunia.
Sampai disini dulu cerita asih, tunggu cerita seram yang asih alami ketika ia mendaki gunung.
Terimakasih sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
“Aku lagi naik motor sama temenku. Ceritanya mau liburan ke Pantai Gunungkidul. Gak tau kenapa, tbtb pandanganku gelap beberapa detik, kayak ada yang nutupin mataku. Pas normal lagi, di depanku udah ada BAK TRUK. “BRAK!” Aku nabrak, aku lgsg jatuh ke tengah jalan. Kejadiannya cepet banget. Mobil dari belakang nelindes kakiku. Aku koma 12 hari.”
a thread
#bacahoror #bacahorror @IDN_Horor
Gak cuman warga sekitar yang menyimpan kecurigaan. Saya rasa, hampir semua orang di desa ini menyimpan pertanyaan yang sama. Bagaimana bisa, keluarga yang awalnya begitu melarat, menjadi super kaya dalam hitungan minggu. Sebuah pola lama yang terus terjadi. Cerita lama yang tak akan habis dicertikan sepanjang keturunan.
Semua itu bermula ketika Arum masih kecil. Dulu Pak Seno, bapaknya Arum ini kerja diperusahaan besar di jogja dan ekonomi keluarga mereka bisa dibilang cukuplah.
kisah nyata
"NIAT MERANTAU MAU KERJA, MALAH SETOR NYAWA"
Menurut cerita dari warga, dulu, di rumah itu pernah ada tragedi pembunuhan yang dilakukan oleh beberapa orang dan di dalangi oleh adik kandung yang punya rumah. lalu dia berhasil di habisi dengan cara di sembelih tepat jam 12 malam di dalam kamar . Tapi sebelum dia meninggal, dia sempet bersumpah....
a thread horror
#bacahorror #asupanhorror @IDN_Horor
Mereka menghabisi nyawa si pemilik rumah karena sudah gak tahan sama kelakuan dan kejahatan yang di lakukan pada warga sekitar. Termasuk sama keluarganya sendiri.
Lalu si pemilik rumah berhasil di habisi setelah di rencanakan lama. Karena si pemilik rumah itu punya banyak ilmu, makanya yang ikut terlibat itu gak cuman 1 atau 2 orang aja, tapi banyak orang.
Dan setelah menentukan waktu yang tepat, berdasarkan anjuran dari orang2 yang tau ilmu kebatinan, di malam kelahirannya , jadi malam tragisnya.
Seperti yang kita tau, santet itu adalah praktik ilmu hitam yang melibatkan kekuatan gaib untuk menyakiti orang lain dari jarak jauh. Biasanya, santet digunakan oleh orang untuk balas dendam. Entah itu mau bikin si korban sakit atau bahkan langsung meninggal.
Dan metode ini banyak dipercaya diberbagai budaya di asia, termasuk di Indonesia. Karena selain gampang juga menjadi salah satu cara gaib yang punya efek langsung pada fisik maupun psikis korban.
“Kalo nanti gagal ya kamu tetep mati mas. Cuman bedanya kamu matinya di sungai bukan di rumah saya.”
MERINDING!! Ada salah satu sungai di jogja yang ternyata pernah dipake buat ritual Kungkum Kedung.
A thread horor
#bacahorror
Nah kemarin ada follower dari tiktok yang ngirim DM. Pas saya buka, ternyata dia ngirim gambar sama video sungai, yang mana, di Lokasi itu ada semacam tempat buat ritual.
Karena merasa tertarik, saya lanjut bales chatnya.
Disini kita sebut aja namanya mas Eko. Dia cerita, jadi malem itu dia sama temennya rencana mau nyari spot buat mancing. Pas udah nyampe Lokasi yang di rasa pas, mas eko sama temennya ini turun buat nyari tempat yang enak buat mancing dipinggir sungai.
KELUARGA WONGSO Kaya 7 turunan di kota kecil diperbatasan selatan jawa timur.
thread horor
#bacahoror @IDN_Horor
Pernah denger kaya 7 turunan? Tapi gmn ceritanya kalo belum sampe keturuan ke7 tapi udah ngelakuin hal yang gak sesuai dengan aturan mainnya?
Nah ini ada 1 kisah yang terjadi di beberapa tahun silam, diperbatasan kota kecil di Selatan jawa timur. Dan Kisah ini diceritakan oleh narasumber yang kita sebut aja namanya mbak novi.
masuk daerah limpung, aku lupa nama jalannya apa. liat jam 23:45, kita masuk gapura muter2 nyari jalan lama banget sampe nemuin hal-hal aneh. aku liat jam di tangan, hape sama di layar mobil itu jam nunjukin 23:45!!
Anjir kita panik, bisa keluar apa kagak!
#bacahorror
ini kejdiannya udah lumayan lama sekitar tahun 2016-2017 yang lalu. Namaku nanda (samaran) aku sama sodaraku habis liburan di jogja. Singkatnya, pas perjalanan balik ke Jakarta, kita mulai dari magelang, karena mampir dulu ke rumah temen. Habis isya kita gas lagi.
Kita mutusin buat lewat pantura. Buka hape nyalain google maps. Di arahin tuhh pantura via limpung yang tembusnya jalan pantura batang. awalnya biasa aja, gak ada kejadian2 aneh. Masuk di jam 10 malem, kita memasuki Kawasan limpung.