"Penggiringan Opini atas Kasus Tertembaknya Pdt. Yeremias Zanambani"
Baiklah...
Mari kita bedah adanya penggiringan opini yg dilakukan sekelompok jurnalis terhadap insiden tertembaknya Pdt Yeremias Zanambani di Ko Hitadipa, Intan Jaya.
Dengan memanfaatkan status sbg "jurnalis OAP" , pemberitaan yg dilempar oleh @VictorMambor dan @ArnoldBelau sering dianggap "otentik" oleh media2 yg tidak punya jurnalis di Papua.
Pokok'e semua yg mrk sampaikan dianggap benar...yg lain salah. 😂😂😂.
Nahhh...saat ini mrk sedang melakukan orkestrasi penggiringan opini bhw pelaku penembakan Pdt Yeremias adl oknum TNI.
Sayangnya..."tidak ada kejahatan yang sempurna".
Orkestrasi mrk terlihat tidak kompak.
Let's see..
Dengan menggunakan "warga yang tidak mau disebut namanya" , @tempodotco menampilkan artikel yg isinya "drama" detik-detik meninggalnya Alm. Pendeta Yeremias. Kemudian kalimat "drama" itu diangkat sama @febrofirdaus dlm cuitannya.
Nah...lucunya..."drama" tersebut tidak sinkron dengan informasi yg disampaikan @ArnoldBelau di suarapapua.com. Di pemberitaannya yg menggunakan sumber "warga yang tidak mau namanya dimediakan" mengatakan bhw alm ditemukan Minggu pagi dlm keadaan meninggal.
Nah lhooo...jadi kalimat : "Mama, saya sudah ditembak bla..bla..bla.." itu cerita dari mana?? Apa baru dikarang-karang belakangan untuk mendramatisir insiden tersebut??A
Apalagi pada pemberitaan jubi dan suarapapua, si "sumber" jelas mengatakan bhw istri pendeta telah pulang lebih dahulu.
Tanpa ada embel2 "datang kembali melihat pak pendeta setelah mendengar suara tembakan"
Lho kok belakangan @tempodotco menulis bhw istri pendeta kembali ke kandang setelah mendengar suara tembakan.
Hayoooo...klen kalo mau dramatisir kompakan dulu lah..
Dari sini jelas "orkestrasi" mulai fals
Yang satu bilang :
"Pendeta ditemukan pada Minggu pagi dalam kondisi tidak bernyawa"
Yang satu bilang :
"Istri pendeta menyusul ke kandang dan menemukan pak pendeta masih hidup"
Ga tau mana yg bener...
Karena ke- 2 nya menggunakan sumbernya "tidak mau disebut namanya"
Enak dong ya jadi jurnalis...
Ketika mau ngarang2..cukup bilang "sumber yang tidak mau disebut namanya"
😁😁
Mari kita lanjutkan..
Sekarang mari menggunakan logika utk membedah kalimat ini.
1. Mungkinkah seorang istri memarahi suami yang dalam keadaan tertembak??
2. Mungkinkan seorang istri tega meninggalkan suami dalam keadaan tertembak??
Justru "drama" buatan @tempodotco ini menurut saya merupakan "pembunuhan karakter" terhadap ibu Pdt. Yeremias.
Tempo seakan menegaskan bhw sang istri tega meninggalkan suaminya dalam keadaan tertembak dan baru kembali esok harinya.
Luar biasa teganya..
Ada lagi yang ga matching nih..
Si suarapapua bilang..alm pendeta ditemukan dengan luka tembak dan luka sabetan benda tajam..
Tapi mengapa pada kalimat "drama" versi @tempodotco pak pendeta hanya mengatakan ditembak saat ditemui sang istri ???
Lagi2...ya bebas aja lah...kan itu menurut "sumber yg tidak mau disebut namanya"
Naaahhh...sepertinya "drama" karangan @tempodotco ini sengaja dibuat utk meyakinkan publik bahwa seakan-akan ada "saksi" yg melihat/mendengar bhw penembakan tsb dilakukan oleh oknum TNI.
Krn pd berita jubi & suarapapua sebelumnya jelas menggambarkan bhw sang pendeta sendirian.
Publik yg sudah cerdas tidak akan percaya klaim penembakan dilakukan oleh oknum TNI tanpa ada saksi mata yg menguatkan.
Makanya perlu dibuat scene tambahan berupa "drama" utk meyakinkan adanya "saksi" yg mengetahui peristiwa tsb.
Sayangnya..."drama"nya ga nyambung.
Naaahhh...drpd berandai-andai dan terjebak dalam "drama" karangan jurnalis...lebih baik kita ikutin aja hasil olah TKP yg dilakukan Polda.
Janganlah kita terpengaruh dengan "drama" yg belum tentu kebenarannya.
Lagi pula...menurut "sumber yg tidak mau disebut namanya"..selama ini hubungan pak Pendeta dengan TNI sangat baik. Bahkan tanah dimana lokasi Koramil akan dibangun di Hitadipa merupakan pemberian almarhum. Jadi menurut sumber tsb kecil kemungkinan alm ditembak oleh TNI.
Lagi2..menurut "sumber yg tidak mau disebut namanya"...justru kemungkinan besar pak Pendeta ditembak oleh teroris OPM karena kedekatan pak Pendeta dengan TNI.
Tapiii...sekali lagi kita ga perlu berasumsi ..cukup percayakan penanganan kasus ini kpd Kapolda dan Pangdam di Papua. Mereka adalah putra2 terbaik Indonesia berdarah Papua. Mrk pasti jg akan memberikan kinerja yg terbaik demi Papua.
1. Tes Wawasan Kebangsaan itu tidak sama dgn Tes Potensi Akademik atau tes kemampuan teknis lainnya.
Tp lebih ke arah tes psikologi.
Tidak ada jawaban yg 100% Benar ato 100% Salah.
Yg dinilai adl bagaimana mrk memandang suatu permasalahan.
2. Mencari tau apa "kacamata" yg mrk gunakan terhadap permasalahan tsb.
Tentunya standarnya adl nilai2 yg terkandung dlm Pancasila.
Pancasila dlm satu kesatuan utuh lho ya...bukan hanya sila per sila.
3. Cth : Apakah anda bersedia melepas jilbab saat bertugas?
Mau jawab "ngga" ya benerr.
Mau jawab "bersedia" pun bener.
Dari jawaban 1 dan ke 2 kan bisa dilihat bhw jawaban 1 menggunakan "kacamata" agama..sedangkan yg ke 2 "kacamata" nya adl orientasi tugas.
Bagi gw..org2 yg bilang penyelesaian kekerasan di Papua bisa melalui jalan dialog sebenernya justru ga ngerti ttg Papua.
Gini...yg gerak di utan dan sering bunuh2in aparat dan warga sipil itu BEDA MAZHAB dgn kelompok yg doyan bacot ngalor ngidul ttg Papua merdeka.
Yg di utan ini rata2 adl org2 yg tidak berpendidikan tinggi. Ga mudeng dgn yg namanya dialog. Bagi mrk Papua merdeka itu adl keharusan.
Mnrt mrk kelompok pembacot Papua merdeka itu hanya lah org Papua pengecut..yg cuma berani bacot tp ga mau menderita di utan.
Klmpok utan ini bermazhab ke Goliath Tabuni (GT). Panglima Tinggi TPNPB/OPM. Mrk sgt memuja2 panglima perang spt alm. Kelly Kwalik. Yg mrk anggap real warrior.
Sedang klmpok bacot bermazhab ke Benny Wenda (BW). Pemimpin ULMWP yg "halu" menyatakan diri sbg presiden West Papua.
Makanya pemerintah Indonesia ngotot mengambil alih 51% saham PT Freeport Krn tidak mau dikibulin melulu sama AS. Dari 51% ini 10% adl saham milik pemerintah daerah di Papua.
Pemerintah jg ngotot agar Freeport membangun smelter utk mengelola konsentrat emas di Indonesia, krn selama ini Freeport dengan bebas membawa kabur konsentrat emas langsung dari pelabuhan di Mimika ke AS.
E.ehm..bukannya saat bertemu Pangdam..dan Komnas HAM ditawari Pangdam utk ke Wamena dgn helikopter...malah kelompok anda (Komnas HAM) malah gamang dan menolak dgn berbagai alasan ya? Hehehe
Ini foto saat anda bertemu Pangdam dan seinget sy saat itu anda menolak diajak ke Wamena. Sy inget wajah pucat anda ketika ditantang Pangdam utk berangkat ke Wamena lho @Bekahapsara 😁😁
Btw...biaya perjalanan "dinas"nya emang cuma sampe ke Jayapura ya bro? Ato harusnya sampe ke Wamena? #SeriusNanya