Mbah Joyo. Billy

Mbah Joyo, Saksi Kemunduran Umat Buddha Blitar

Kondisinya sudah renta, hanya terbaring di kasur dipan sederhana miliknya. Di situlah ia melakukan aktivitasnya sehari-hari seraya menikmati hari tuanya. Kedua kakinya tak mampu lagi menopang tubuhnya untuk Image
berjalan. Bukan harta berlimpah yang ia nikmati di hari tua.

Mbah Joyo kini berusia hampir 90 tahun. Tak ada hal istimewa, selayaknya orang sepuh pada umumnya. Namun siapa sangka, ia menyimpan semua cerita soal perkembangan dan kemunduran umat Buddha Desa Bumiayu, Blitar.
Ingatannya masih tetap cemerlang di usia senjanya.

Beberapa mahasiswa dari Hikmahbudhi PC Malang dan UAKB (Unit Aktivitas Kerohanian Buddhis) Univ. Brawijaya Malang, sempat berkunjung dan mewawancarai Mbah Joyo saat melakukan kegiatan “Live In” di Desa Bumiayu. Mencari
informasi soal sejarah awal umat Buddha di Desa Bumiayu. Mbah Joyo merupakan salah satu tokoh umat Buddha dan saksi hidup pergulatan perkembangan umat Buddha di Desa Bumiayu.

Awal mengenal Buddhadharma

Para mahasiswa ini tak perlu repot mencari rumah Mbah Joyo. Karena hampir
seluruh umat desa ini mengenalnya. Di pintu rumahnya bertulis papan nama sederhana “P. Joyo”. Bukti bahwa Mbah Joyo mungkin sering dicari banyak orang dan untuk memudahkan orang mencari rumahnya, maka sedikit diberi tanda.

Ia menyambut dengan baik kedatangan kami. Semangatnya
seolah langsung meningkat. Posisinya yang tadinya berbaring, langsung bangkit ketika mahasiswa menanyakan soal sejarah perkembangan umat Buddha. Mbah Joyo seperti mendapatkan kembali harapannya yang sudah lama hilang.

Mbah Joyo menceritakan awal mulanya masyarakat Desa Bumiayu
adalah kaum “abangan”. Kebetulan hampir seluruhnya “Soekarnois” dan simpatisan PNI (Partai Nasional Indonesia). Agama Buddha mulai dikenal di tahun 1966, pasca kejadian GESTOK (Gerakan Satu Oktober) atau biasa dikenal G-30S PKI. Penumpasan anggota dan simpatisan PKI (Partai
Komunis Indonesia).

Dimulai dengan kedekatan Kepala Desa pada waktu itu bernama Bowo dengan Subroto dan Budiman. Subroto dan Budiman berprofesi sebagai guru di Kota Blitar. Kemudian Subroto dan Budiman mengajak Mbah Bowo, untuk mempelajari Buddhadharma. Mbah Bowo pun mengiyakan
ajakan tersebut.

Karena Mbah Bowo mempunyai “Bargaining Position” sebagai Kepala Desa Bumiayu, maka ia mengajak warganya untuk mempelajari juga. Awalnya dibekali buku tata cara sembahyang, lalu mengikuti penataran (pelatihan). Mbah Joyo waktu masih cukup muda diajak oleh Mbah
Bowo untuk mengikuti penataran.

Penataran berlangsung di kota Blitar. Sekitar 40 km jarak dari Desa Bumiayu ke Blitar kota. Mbah Joyo harus menggunakan sepeda untuk menuju lokasi, bahkan ia mengaku terpaksa pernah jalan kaki. Karena waktu keadaan desa juga jarang kendaraan.
Penataran di Blitar banyak diisi oleh alm. YM. Bhante Girirakhito, seorang tokoh perintis pergerakan kembali agama Buddha di bumi Indonesia. Bhante Girirakhito juga dikenal sebagai pemimpin Buddhis terkemuka yang sangat mengenali sekali karakter dari perkembangan agama Buddha di
Indonesia. Ia tak segan-segan masuk ke pelosok-pelosok desa untuk mengembangkan Buddhadharma.

Lewat penataran-penataran yang diikutinya, Mbah Joyo kemudian mensosialisasikan kembali kepada penduduk desanya. Hasilnya hingga 1975 jumlah umat Buddha di Desa Bumiayu hampir 100%!
Rupang Buddha pertama Mbah Joyo sejak 1968

Awal berkurangnya umat Buddha

Sampai pada saat pergantian Kepala Desa seolah menjadi momok. Rezim Orba (Orde Baru) yang kuat melanggengkan militer untuk masuk segala lini kekuasaan, termasuk desa. Kepala Desa baru bernama Sumiran ini Image
berasal dari kalangan militer dan “non-Buddhis”.

Kebijakan berubah drastis semenjak Sumiran memerintah. Waktu itu, banyak anak-anak muda Buddhis yang diintimidasi untuk meninggalkan agama Buddha. Orang-orang yang mempertahankan ajaran Buddhis pun didiskriminasi. Tak boleh keluar
desa untuk bekerja atau belajar, harus menjadi petani atau usaha apa saja, yang penting tak keluar desa.

Untuk orang Buddhis, pajak tanah menjadi tinggi. Pungutan desa menjadi tak wajar. Hal tersebut tak berlaku untuk mereka yang meninggalkan agama Buddha. Kejadian ini
Mengabadikan sebuah kenangan bersama Mbah Joyo

Semacam ada kemiskinan secara struktural yang dilegitimasi oleh keyakinan tertentu. Alhasil sekarang sisa umat hanya sekitar 30% dari jumlah penduduk desa. Yang bertahan ini yang melakukan perlawanan terhadap kekuasaan pada waktu Image
itu. Generasi muda Buddhis sengaja diputus agar habis dan lenyap.

Mbah Joyo menceritakan itu dengan sedikit agak geram. Ada raut kekesalan dan penyesalan di balik wajahnya. Walau suaranya tak selantang dulu, Mbah Joyo masih mampu menceritakan hal-hal itu dengan jelas.

Namun
dirinya tak pernah menyesal mengenal Buddhadharma. Ia bangga pernah menjadi salah satu pelopor kebangkitan ajaran Buddha di daerah Blitar. Bahkan rupang Buddha pertama yang ia dapatkan di tahun 1968 masih tersimpan di lemari pribadi miliknya. Meskipun kondisinya sudah sedikit
rusak.

Pesan Mbah Joyo untuk generasi muda Buddhis, agar menuntut ilmu setinggi-tingginya, memperdalam Buddhadharma sedalam-dalamnya. Ilmu dan Buddhadharma bisa dipakai untuk menolong orang lain agar menjadi orang yang bermanfaat guna lingkungan sekitar. Menjadi umat Buddha itu

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Bangkitnya Agama Adat Nusantara (GBMYLKSKVXYWQ)

Bangkitnya Agama Adat Nusantara (GBMYLKSKVXYWQ) Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @agama_nusantara

Oct 5, 2023
Posted @withregram • @kabarsejuk Kesaktian Pancasila Singkirkan Agama-agama Nusantara?

Tragedi 1965 di Indonesia berupa sejarah kelam pembunuhan massal, penyiksaan, dan penghilangan paksa yang banyak dilakukan di luar hukum dan disponsori oleh negara. Pelanggaran HAM serius ini
berlangsung pada 1965-1966.

1 Oktober yang ditetapkan oleh Orde Baru (Orba) sebagai Hari Kesaktian Pancasila menjadi bagian dari rangkaian tragedi traumatis untuk memberi cap komunis atau PKI (Partai Komunis Indonesia) terhadap setiap warga yang dituduh tidak berideologi
Pancasila.

Pancasila sebagai dasar dan ideologi tunggal kehidupan berbangsa dan bernegara pada Orba menyingkirkan ratusan agama leluhur nusantara. Aluk Todolo salah satunya.

Para penghayat agama atau kepercayaan selain Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha oleh rezim
Read 8 tweets
Jun 8, 2023
Pemerasan Terhadap Rumah Ibadah

Jarang diketahui oleh masyarakat luas di Indonesia, jika beberapa rumah ibadah (Kelenteng, Vihara dan Bio) harus mengalami nasib yang sangat menyedihkan dibanding dengan rumah2 ibadah lainnya.

Kami di Museum Pustaka Peranakan Tionghoa telah Image
mengunjungi sejumlah rumah2 ibadah dan menemukan beberapa informasi diantaranya (sebagian tak mau mengungkapkan karena khawatir dan takut) mengalami perlakuan tak semestinya.

Kekejaman sistematis terhadap etnis Tionghoa, terjadi begitu hebat kala pemerintahan orde baru berkuasa.
Inpres no.14 tahun 1967 , selain membatasi ruang gerak, orang2 Tionghoa juga dilucuti dari budayanya sendiri, bahkan agama. Tak ketinggalan regulasi tersebut, juga berdampak kepada eksistensi rumah ibadah orang2 Tionghoa.

Walaupun Kelenteng / Vihara / Bio adalah rumah ibadah
Read 10 tweets
Jun 8, 2023
Jemaat vihara membersihkan patung di Vihara Kwan In Thang, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (30/1/2019). Ritual pencucian patung dewa serta bersih-bersih ini dilakukan dalam rangka perayaan tahun baru China atau Imlek tahun 2570. - ANTARA/Muhammad Iqbal Image
PSI Janji Berantas Praktik Pemerasan Rumah Ibadah Vihara dan Kelenteng

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menemukan berbagai praktik pemerasan terhadap rumah ibadah Vihara dan Klenteng di berbagai tempat di Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA —
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengaku menemukan berbagai praktik pemerasan terhadap rumah ibadah vihara dan klenteng di berbagai tempat di Indonesia.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "PSI Janji Berantas Praktik Pemerasan Rumah Ibadah Vihara
Read 5 tweets
Jun 8, 2023
BEBASKAN DIRI DARI POLITISASI AGAMA (CITA-CITA NEGARA RASIALIS)

Kesadaran satu bangsa, Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 :
𝕂𝕒𝕞𝕚 𝕡𝕦𝕥𝕣𝕒 𝕕𝕒𝕟 𝕡𝕦𝕥𝕣𝕚 𝕀𝕟𝕕𝕠𝕟𝕖𝕤𝕚𝕒, 𝕞𝕖𝕟𝕘𝕒𝕜𝕦 𝕓𝕖𝕣𝕓𝕒𝕟𝕘𝕤𝕒 𝕪𝕒𝕟𝕘 𝕤𝕒𝕥𝕦, 𝕓𝕒𝕟𝕘𝕤𝕒 𝕀𝕟𝕕𝕠𝕟𝕖𝕤𝕚𝕒. Image
Sudah jelas dan bisa anda saksikan sendiri kan bahwa agama menjadi faktor pemecah belah bangsa kita? Fundamentalisme, radikalisme dan terorisme merebak? Generasi muda dan anak-anak yang terus menerus dicekoki dengan dogma2 intoleran dan kekerasan, dan segala macam kekejian
lainnya (dusta, hoax, pelintiran, kesaksian palsu, rasisme, kecurangan, korupsi, poligami, pedofil, dsb)?
Politisasi agama menyebar kebencian, egoisme dan menjauhkan sifat tepo seliro.... gotong royong.

Rakyat bertanya-tanya kenapa pemerintah tidak jua bertindak?

Sebetulnya
Read 6 tweets
Apr 12, 2021
“Ajaran Mama Mei tidak berbeda dengan Sunda Wiwitan,” kata Engkus Ruswana. Sunda Wiwitan yang diacunya adalah kepercayaan paling asal di kalangan komunitas Sunda, yang kini dilestarikan oleh orang-orang Baduy di Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, sumber dari semua sekte Sunda
Wiwitan yang berkembang di tanah Sunda.

Satu contoh, jika Agama Sunda Wiwitan menyebut Yang Mahakuasa sebagai Sanghiang Keresa, Agama Buhun menyebutnya Maha Kersa.

Baik Agama Sunda Wiwitan maupun Agama Buhun sangat menghormati alam, suatu heroisme yang tak ditemukan dalam Hindu
dan Budha. Robert Wessing, peneliti dari Universitas Western Kentucky, Amerika, dalam Cosmology and Social Behavior in West Java Settlement, menguatkan pendapat itu. Tesisnya, dalam masyarakat Sunda, alam adalah pusat kosmologi adat dan kepercayaan paling signifikan.

Dalam Agama
Read 7 tweets
Apr 12, 2021
DI kalangan pemeluk Agama Buhun, Engkus Ruswana dikenal sebagai ketua umum Budi Daya, organisasi kemasyarakatan yang mengurusi para pemeluk ajaran Mei Kartawinata. Budi Daya hanyalah salah satu di antara tiga organisasi yang melayani para penghayat dari komunitas yang sama. Dua
lainnya Aji Dipa dan Aliran Kepercayaan Perjalanan (AKP).

Ruswana punya definisi tentang agama. Muasal kosakata “agama” menurutnya adalah hagama, dari bahasa Kawi. Ha untuk “ada” dan gamana untuk “aturan atau jalan”. Dari sana, Ruswana mengartikan agama sebagai “ada aturan atau
jalan (lebih baik)” dan ke sanalah sebenarnya tujuan ajaran-ajaran Mei Kartawinata bermuara.

Untuk membangun jalan dalam mencapai tatanan sosial yang lebih baik, Agama Buhun berpijak pada tiga elemen utama. Spiritualitas individu berdasar ketuhanan. Kemanusiaan berdasar
Read 11 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(