Thread by @Mentimoen

Kerancuan seperti ini sering terjadi ketika seorang beragama berusaha merasionalisasikan kepercayaannya. Padahal, kepercayaan spt ini sehrsnya di-IMAN-i. Iman itu percaya secara total dan pasrah, walaupun pikiran dan logika mengatakan lain.

https://twitter.com/cuteanna77/status/1319239931097538560

Saya akan mencoba meluruskannya ya. Benda abstrak itu "benda" yg ada hanya di pikiran manusia.

Materi nyata itu jelas ada di alam luar pikiran. Materi nyata tidak selalu harus "terlihat". Gelombang radio itu materi dalam materialism, walau tidak terdeteksi oleh mata manusia.

Energi - termasuk gelombang radio di dalamnya, eksis diluar pikiran manusia. Kalau ga ada manusia, cahaya matahari tetap cahaya, walaupun ga ada manusia yg mikirin.

Tetapi hal2 spt "cinta, benci" itu tidak eksis tanpa pikiran manusia. Ini bukan soal bisa terlihat atau tidak.

Fiksi - dongeng - hal2 yg berasal semata2 dari imaginasi manusia, hanya eksis dalam pikiran manusia. Ok, kamu bisa menuliskan fiksi itu di buku, tetapi yg dibuku tetap saja material kertas dan tinta. Bahwa kombinasi bentuk2 tertentu membentuk ide dalam bahasa itu urusan pikiran.

Jangan bingung lagi ya? Ada satu lagi yg sering dirancukan, yaitu pikiran manusia. Apakah pikiran manusia itu materi atau tidak?

Pikiran manusia itu hasil derivatif dari proses material dalam sistem syaraf. Tanpa sistem syaraf manusia, ga ada pikiran.

Saya anjurkan, cobalah ber-IMAN jika memang ingin beriman. Mencoba merasionalisasi iman itu sia2, karena kalau sesuatu itu rasional dan logis, dan bisa dibuktikan, itu akan menjadi bagian dari Sains.

Jika doktrin agama bisa dibuktikan, maka agamapun hilang, krn sdh jadi sains.

Jika masih mau beragama, mau tidak mau harus terima bahwa doktrin agama harus diimani, bukan dirasionalkan.

Agama dan Sains tidak pernah bisa kompatibel. Yg bertekad mencocokkan cuma menipu diri saja dgn cocokologi.