UU Cipta Kerja Amanahkan Pemerintah Percepat Pembangunan Rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah
1. Omnibus Law Cipta Kerja yang salah satu tujuannya untuk penciptaan lapangan kerja yang luas bukan hanya menjadi angin segar bagi puluhan juta angkatan kerja yang sedang menanti pekerjaan.
Juga bukan hanya menjadi angin segar bagi puluhan juta pelaku UMKM yang saat ini butuh sokongan. Tetapi juga menjadi angin segar bagi rakyat kecil yang mendambakan memiliki rumah.
2. Pasalnya, UU Cipta Kerja mengamanahkan agar pemerintah mendirikan Badan Percepatan Penyelenggaraan Perumahan (BPPR).
BPPR bertujuan agar mempercepat pembangunan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sekaligus mengatasi backlog atau minimnya pasokan dibandingkan dengan kebutuhan rumah murah.
3. Menurut Marine Novita, Country Manager Rumah.com, selain mempercepat penyediaan perumahan, BPPR juga akan mengelola dana konversi hunian berimbang yang kemudian akan dimanfaatkan untuk membangun rumah susun umum di wilayah perkotaan.
4. Diharapkan penyediaan rumah bagi MBR bisa dipacu setelah dibentuk badan ini sehingga perumahan bisa segera diselesaikan.
“Masyarakat berpenghasilan rendah saat ini memang sedang mendapat perhatian khusus dari pemerintah terutama dalam kepemilikan rumah,"
10 Ribu Rupiah Membuat Anda Mengerti Cara Bersyukur
Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar,
2. tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.
Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"
3. Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya.
● Emas berkata pada tanah,
“Coba lihat pada dirimu,
suram dan lemah,
apakah engkau memiliki cahaya
mengkilat seperti aku.......???
Apakah engkau berharga seperti aku....... ???”
2.● Tanah menggelengkan kepala dan menjawab, “Aku bisa menumbuhkan bunga dan buah,
bisa menumbuhkan rumput dan pohon,
bisa menumbuhkan tanaman dan banyak yang lain,
apakah kamu bisa....... ???”
3.◾Emas pun terdiam seribu bahasa......!!!!!
Dalam hidup ini banyak orang yang seperti emas,
berharga,
menyilaukan tetapi tidak bermanfaat
bagi sesama.
Sukses dalam karir,
rupawan dalam paras,
tapi sukar membantu apalagi peduli.
Hiperealitas adalah ketidakmampuan kesadaran manusia membedakan kenyataan dan fantasi, khususnya dalam kehidupan berteknologi tinggi. Nyata tanpa kenyataan.
Hiperealitas, hampir selalu lebih menyenangkan ketimbang realitas. Bahkan ia dianggap lebih nyata dibanding realitas. Itu sebabnya kita selalu melihat orang sibuk dengan ponselnya saat perjalanan di kereta, di ruang tunggu, bahkan ketika makan malam dengan pasangan.
3. Mereka (atau kita semua) menganggap apa yang kita temukan di internet, media sosial, messanger, itu lebih menarik ketimbang berbincang dengan orang di sebelah atau melihat pemandangan sekitar. Makin sering kita melakukannya, makin terikat pula kita dengan hiperealitas.
Beberapa waktu lalu, ketika medsos ramai penolakan terhadap UU Cipta Kerja atau Omnibus Law Cipta Kerja, terdapat banyak narasi yang tidak sesuai dengan isi UU ini.
2. Seperti UU ini hapus pesangon, upah minimum, cuti-cuti, upah jadi per jam, dsb.
Ada juga narasi-narasi yang menolak investasi asing.
Di sini perlu ditegaskan bahwa nyaris tidak ada negara di dunia ini yang menutup diri dari investasi asing.
3. Justru mereka mengharapkan dan berusaha agar investasi asing masuk.
Investasi asing bukan hanya akan mengalirkan dollar ke kas negara, tapi juga, khususnya pada sektor padat karya, akan ciptakan lapangan kerja baru yang maksimal.
“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” (Yusuf: 21)
Ayat ini berada di akhir kisah Nabi Yusuf alaihi salam ketika beliau diselamatkan dari sumur oleh rombongan kafilah yang sedang lewat.
Terkadang apa yang terjadi justru tidak sesuai dengan harapan dan keinginan kita.
Banyak pula tangan-tangan jahat yang tidak rela melihat kita tersenyum. Namun ayat diatas menjawab semuanya. Bahwa kuasa dan kehendak Allah diatas segalanya.
Ayat ini ingin meyakinkan dan menenangkan hati kita bahwa segala yang terjadi tidak pernah lepas dari perhatian-Nya.
Sudah menjadi kehendak Allah memberinya cobaan berupa penyakit kronis yang bersarang dan sudah bertahun-tahun ia rasakan. Ini adalah cerita kisah seorang gadis yang bernama Ardi diiringi dengan tangisan burung dan ratapan ranting pepohonan.
Gadis adalah seorang gadis remaja yang cantik. Sebagaimana yang telah kami katakan, sejak kecil ia sudah mengidap penyakit yang kronis. Sejak usia kanak-kanak ia ingin bergembira, bermain, bercanda dan bersiul seperti burung sebagaimana anak-anak yang seusianya.
Bukankah ia juga berhak merasakannya?
Sejak penyakit itu menyerangnya, ia tidak dapat menjalankan kehidupan dengan normal seperti orang lain, walaupun ia tetap berada dalam pengawasan dokter dan bergantung dengan obat.