Hiperealitas adalah ketidakmampuan kesadaran manusia membedakan kenyataan dan fantasi, khususnya dalam kehidupan berteknologi tinggi. Nyata tanpa kenyataan.
Hiperealitas, hampir selalu lebih menyenangkan ketimbang realitas. Bahkan ia dianggap lebih nyata dibanding realitas. Itu sebabnya kita selalu melihat orang sibuk dengan ponselnya saat perjalanan di kereta, di ruang tunggu, bahkan ketika makan malam dengan pasangan.
3. Mereka (atau kita semua) menganggap apa yang kita temukan di internet, media sosial, messanger, itu lebih menarik ketimbang berbincang dengan orang di sebelah atau melihat pemandangan sekitar. Makin sering kita melakukannya, makin terikat pula kita dengan hiperealitas.
4. Kita bisa kasmaran dengan seseorang di Facebook yang belum pernah kita temui hanya karena fotonya. Bisa dengan mudahnya menghina orang lain di Twitter, padahal kita adalah orang yang santun di kehidupan sehari-hari.
5. Atau, dengan gampangnya merendahkan keyakinan orang lain di internet, tapi (tentu saja) tak berani melakukannya terang-terangan di dunia nyata. Jadi, siapakah kita sebenarnya? Kita yang di kehidupan sehari-hari atau kita di internet?
6. Dalam derasnya arus informasi, setiap individu bergerak bebas menentukan persepsinya. Meski melahirkan pemahaman dan makna baru, tapi juga membuat kebenaran makin sulit didapat.
7. Pernahkah anda punya teman yang sehari-hari begitu lembut dan ramah tapi judesnya bukan main di media sosial? Atau, seorang teman yang galaknya minta ampun di Facebook tapi sangat pemalu dan pendiam di dunia nyata? Jadi, yang mana kepribadian orisinil teman kita itu?
8. E-personality menjelaskan tentang perbedaan sifat manusia di dunia maya dan dunia nyata. E-personality sangat mungkin mengarah ke gangguan mental yang disebabkan trauma, kemarahan, kekecewaan, obsesi, kebingungan yang bertumpuk dan terpendam.
9. Semua itu ditumpahkan di internet, termasuk media sosial, dalam bentuk kepribadian yang berbeda.
Kepribadian ini terputus dengan kepribadian asli dan kenyataan di sekitar. Seperti itu lah penyakit kejiwaan schizophrenia didefinisikan.
10. Hiperealitas dan E-personality bisa membawa kita ke schizophrenia bila tidak mampu lagi bertindak rasional di 'dua alam' dan melakukannya secara kontinyu serta kehilangan kontrol.Kepribadian ini terputus dengan kepribadian asli dan kenyataan di sekitar.
11. Seperti itu lah penyakit kejiwaan schizophrenia didefinisikan. Hiperealitas dan E-personality bisa membawa kita ke schizophrenia bila tidak mampu lagi bertindak rasional di 'dua alam' dan melakukannya secara kontinyu serta kehilangan kontrol.
12. Misal, merasa diri kita sungguh hebat dan dihormati orang karena punya banyak follower dan liker di media sosial. Sehingga, kemanapun kita pergi, kita merasa jadi selebriti dan menuntut dihormati. Mungkin terdengar lucu.
13. Tapi saya punya teman sok cerdas begini. Punya ribuan follower di akun Twitter pribadi, ia merasa pintar sebagai dan menganggap semua orang bodoh . Pernah suatu ketika ia makan di sebuah kafe dan mengundang followernya untuk 'jumpa '.
13. Tapi tidak ada kemampuan apa-apa. Di timeline ia sok galak,
Siapapun dia tag, giliran ia di tag marah-marah, mengancam blocker. Untungnya, teman lain masih punya kontrol dan tak melayani amarahnya.
14.Hiperealitas bukan hanya monopoli entitas internet, tapi juga media mainstream. Sindromnya bahkan bisa menyerang praktisi media itu sendiri. Ketika Pemilu 2019 lalu, teman2 wartawan dari surat kabar lokal di daerah saya ramai-ramai maju jadi Caleg DPRD tingkat kota sampai DPR.
15. Mereka menganggap sering tampil di surat kabar (sendiri), punya relasi luas dan mampu mengendalikan isu pemberitaan, cukup untuk menggerakkan pemilih di bilik suara. Mereka merasa realitas di media itu sama dengan realitas publik atau dunia nyata.
16. Tapi tak ada satu orang pun yang terpilih.
Hiperealitas membawa kita pada situasi punya banyak teman di Facebook, tapi tak punya sahabat di kehidupan nyata. Sering berbincang dengan seseorang di negara lain, tapi tak kenal tetangga sendiri.
17. Makin punya banyak informasi, tapi makin jauh dari fakta. Makin berilmu, tapi makin emosional dan impulsif. Makin terhubung, tapi makin minim tindakan. Sehari menghabiskan waktu 2-3 jam untuk chatting, tapi makin jarang ngobrol dengan anak atau pasangan.
18.Lihatlah foto-foto Facebook kita. Begitu tampan, cantik, sukses dan bahagia. Berfoto di depan mobil atau tempat wisata luar negeri. Lalu bandingkan dengan wajah kita di cermin atau saldo tabungan pribadi. Kita jadi mudah menilai orang dari apa yang ia hadirkan di internet.
19. Dari tulisannya kita anggap ia pandai, dari update statusnya kita anggap ia baik hati, atau dari fotonya kita anggap ia punya fisik tanpa cela. Padahal kita tak pernah ketemu orang itu.
Kita dengan mudah mengabaikan hal-hal lain yang hidup di luar hiperealitas.
20. Kita bisa tampil begitu peduli dan empatik di media sosial, tapi di saat yang sama bisa sangat apatis dan permisif di dunia nyata. Media sosial buat pergaulan kita makin luas, tapi kita makin antisosial. Kita dengan mudah ikut 'save ini' atau 'save itu',
tapi belum tentu bersedia bertindak secara nyata. Kita dengan semangat di media sosial, tapi belum tentu mau melapor ke polisi bila punya tetangga yang tiap hari memukuli anaknya.
10 Ribu Rupiah Membuat Anda Mengerti Cara Bersyukur
Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar,
2. tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.
Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"
3. Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya.
● Emas berkata pada tanah,
“Coba lihat pada dirimu,
suram dan lemah,
apakah engkau memiliki cahaya
mengkilat seperti aku.......???
Apakah engkau berharga seperti aku....... ???”
2.● Tanah menggelengkan kepala dan menjawab, “Aku bisa menumbuhkan bunga dan buah,
bisa menumbuhkan rumput dan pohon,
bisa menumbuhkan tanaman dan banyak yang lain,
apakah kamu bisa....... ???”
3.◾Emas pun terdiam seribu bahasa......!!!!!
Dalam hidup ini banyak orang yang seperti emas,
berharga,
menyilaukan tetapi tidak bermanfaat
bagi sesama.
Sukses dalam karir,
rupawan dalam paras,
tapi sukar membantu apalagi peduli.
UU Cipta Kerja Amanahkan Pemerintah Percepat Pembangunan Rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah
1. Omnibus Law Cipta Kerja yang salah satu tujuannya untuk penciptaan lapangan kerja yang luas bukan hanya menjadi angin segar bagi puluhan juta angkatan kerja yang sedang menanti pekerjaan.
Juga bukan hanya menjadi angin segar bagi puluhan juta pelaku UMKM yang saat ini butuh sokongan. Tetapi juga menjadi angin segar bagi rakyat kecil yang mendambakan memiliki rumah.
Beberapa waktu lalu, ketika medsos ramai penolakan terhadap UU Cipta Kerja atau Omnibus Law Cipta Kerja, terdapat banyak narasi yang tidak sesuai dengan isi UU ini.
2. Seperti UU ini hapus pesangon, upah minimum, cuti-cuti, upah jadi per jam, dsb.
Ada juga narasi-narasi yang menolak investasi asing.
Di sini perlu ditegaskan bahwa nyaris tidak ada negara di dunia ini yang menutup diri dari investasi asing.
3. Justru mereka mengharapkan dan berusaha agar investasi asing masuk.
Investasi asing bukan hanya akan mengalirkan dollar ke kas negara, tapi juga, khususnya pada sektor padat karya, akan ciptakan lapangan kerja baru yang maksimal.
“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” (Yusuf: 21)
Ayat ini berada di akhir kisah Nabi Yusuf alaihi salam ketika beliau diselamatkan dari sumur oleh rombongan kafilah yang sedang lewat.
Terkadang apa yang terjadi justru tidak sesuai dengan harapan dan keinginan kita.
Banyak pula tangan-tangan jahat yang tidak rela melihat kita tersenyum. Namun ayat diatas menjawab semuanya. Bahwa kuasa dan kehendak Allah diatas segalanya.
Ayat ini ingin meyakinkan dan menenangkan hati kita bahwa segala yang terjadi tidak pernah lepas dari perhatian-Nya.
Sudah menjadi kehendak Allah memberinya cobaan berupa penyakit kronis yang bersarang dan sudah bertahun-tahun ia rasakan. Ini adalah cerita kisah seorang gadis yang bernama Ardi diiringi dengan tangisan burung dan ratapan ranting pepohonan.
Gadis adalah seorang gadis remaja yang cantik. Sebagaimana yang telah kami katakan, sejak kecil ia sudah mengidap penyakit yang kronis. Sejak usia kanak-kanak ia ingin bergembira, bermain, bercanda dan bersiul seperti burung sebagaimana anak-anak yang seusianya.
Bukankah ia juga berhak merasakannya?
Sejak penyakit itu menyerangnya, ia tidak dapat menjalankan kehidupan dengan normal seperti orang lain, walaupun ia tetap berada dalam pengawasan dokter dan bergantung dengan obat.