Presiden Sukarno pernah punya pengalaman tidak mengenakan dengan Charles de Gaulle. Beredar rumor bahwa Presiden Prancis itu benci kepada Bung Karno. Dengan alasan tertentu, de Gaulle cenderung bersikap sinis terhadap Sukarno.
3.* “Suatu kali saya mengetahui bahwa de Gaulle tidak senang kepada saya,” ujar Sukarno kepada penulis otobiografinya Cindy Adams dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
4.*Charles André Joseph Marie de Gaulle merupakan Presiden Prancis yang memerintah pada periode 1959--1969.
Antipati de Gaulle, menurut Sigit Aris Prasetyo dalam Dunia dalam Genggaman Bung Karno bermula karena Sukarno dianggap merecoki kepentingan Prancis di wilayah jajahan. #JP
5.* Seperti diketahui, Sukarno begitu aktif menyokong perjuangan koloni Prancis untuk merdeka dari penjahahan, macam Aljazair di Afrika atau Vietnam, Laos, dan Kamboja di Indocina. Selain itu, Gaulle mencap Sukarno sebagai pemimpin Asia yang doyan perempuan cantik.
6.* Istilah Prancisnya, “Le Grand Seducteur” atau sang perayu agung.
Pemimpin Kamboja Norodom Sihanouk tahu apa yang terjadi antara Sukarno dan De Gaulle. Sebagai sahabat Sukarno, Sihanouk dapat mendukung gagasan Sukarno tentang kemerdekaan dan antiimperialisme. #JalinPersatuan
7.*Sihanouk juga dapat memahami kegemaran Sukarno dalam bercinta. Namun bagi de Gaulle, kepribadian Sukarno yang lekat dengan syahwat adalah tercela.
“Tidak semua pemimpin negara asing menyukai Sukarno seperti saya,”
8.*kata Sihanouk kepada Bernard Krisher dalam World Leaders I Have Known. “Di mata de Gaulle dan istrinya yang bermartabat baik,” lanjut Sihanouk, “Sukarno adalah seorang playboy yang jangak (cabul).”
9.*Sebaliknya, Sukarno pun menilai Prancis tiada beda dengan bangsa-bangsa imperialis Eropa lainnya. Dengan kata lain, Sukarno juga menggolongkan de Gaulle sebagai pemimpin negara yang ikut melakukan penjajahan.
10.*Eksploitasi kemanusian itu bahkan kerap kali diserukan Sukarno memakai adagium Prancis yang terkenal, “exploitation de l’homme par l’homme”. Sekalipun demikian, Sukarno sekali waktu memutuskan untuk bertemu dengan de Gaulle.
11.*Dalam otobiografinya, Sukarno menyebut perjumpaan pertama dengan de Gaulle terjadi di Wina, Austria. Sekira tahun 1961, Sukarno berkunjung ke Austria dalam suatu lawatan sekaligus berobat. Di saat yang sama ada de Gaulle di sana.
12.* Sebagai orang yang lebih muda, Sukarno yang mendatangi de Gaulle lebih dahulu.
Pertemuan itu menjadi berkesan sebab de Gaulle tidak menyangka kalau Sukarno fasih berbahasa Prancis. Mereka pun saling berbincang dalam bahasa Prancis tanpa penerjemah.
13.* Lagi-lagi de Gaulle takjub dengan lawan bicaranya. Sukarno yang di masa mudanya melahap pemikiran pemikir-pemikir Prancis abad pencerahan ternyata paham betul sejarah revolusi Prancis yang disebut “La grande revolution”.
15.* Cara Sukarno menghadapi de Gaulle membuktikan kejeniusannya dalam berdiplomasi.
“Presiden Sukarno, mengapa Anda selalu tidak bisa berteman dengan Prancis,” tanya de Gaulle. Pertanyaan itu merujuk kepada sikap Indonesia yang gigih membantu perjuangan kemerdekaan Aljazair.
16.*Tapi, pertanyaan itu dibalas dengan cerdik oleh Sukarno. Katanya, “Tuan Charles de Gaulle, kami melakukan ini sesuai dengan ajaran revolusi Prancis, yaitu Liberte, Egalite, Fraternite (Kebebasan, Persamaan, Persaudaraan).”
17.*“Mendengar jawaban tersebut, Charles de Gaulle hanya manggut-manggut tanda mengiyakan,”
Perjumpaan itu merupakan awal yang baik bagi hubungan Sukarno dan de Gaulle selanjutnya.
18.*Sebab, Sukarno menjalin beberapa pertemuan lagi dengan de Gaulle dikemudian hari. Pada bulan Juni 1963, Sukarno melakukan kunjungan ke Paris dan bertemu de Gaulle.
Sukarno mengunjungi Paris lagi pada 20 Oktober 1964.
19.*Kunjungan terakhir Sukarno ke Prancis berlangsung pada Juli 1965. Pada 1 Juli 1965, pesawat Sukarno mendarat di bandar udara Paris setelah lawatan di Kairo, Mesir mempersiapkan KTT Asia-Afrika II. Presiden de Gaulle kembali menyambut Sukarno di Istana Elysee. #JalinPersatuan
20.*Dari yang tadinya benci, “setelah itu sikapnya (de Gaulle) berubah,” kenang Sukarno dalam otobiografinya.
De Gaulle sendiri dalam pemerintahannya menjadikan Prancis sebagai negara Barat yang berpandangan moderat.
21.* Dia melakukan sejumlah terobosan penting bagi negara dunia ketiga. Pada 1962, misalnya Prancis memberikan hak referendum bagi Aljazair yang kemudian memilih untuk merdeka.
22.* De Gaulle juga bersedia “mengusir” markas NATO dari Paris ke Brussel di Belgia dan itu tentu saja mengejutkan blok Barat. Pada saat negara Eropa lainnya ogah memandang Tiongkok, De Gaulle malah membuka hubungan diplomatik dengan Tiongkok.
23.*Sukarno mengapresiasi kebijakan de Gaulle itu sebagai langkah yang luar biasa. Dia menyebut de Gaulle berani tampil beda di luar kebiasaan. Saling menghormati diantara keduanya menjadikan Prancis.
Mainkan kata kata itu, wahai pembohong!!
Mainkan airmata itu, dalam satu adegan tanpa terpotong
Tak perduli hatimu berkata, bohong !
Atau malaikat di bahu kiri itu tertawa menuliskan cerita yang panjang
Tentang kebohongan mu !
Pembohong buta !!
Kau abadikan permainanmu disudut sudut kegetiran dan keinginanmu akan dunia
Tak perduli wajah wajah heran disana, bertanya tentang dirimu yang jauh berbeda
Agh .. kau pembohong buta !!
Yang kau kejar adalah harta dan pujian keberhasilan semata
Tak sadarkah, dunia menantimu dengan kejujuran yang sesaat akan tiba?
Ketika langit mulai mendung, dan rintihnya yang tersembunyi
Kau nyanyikan lagu lagu kemenangan dihatimu, ketika duka disana mempertanyakan haknya.
Tentang alibi yang kau putar balikkan dengan mudah
2.*Lain hal nya dengan burung elang, makhluk satu ini malah akan masuk ke badai yang menyerang dimana ia berada. Bukan nya berlindung tapi elang malah masuk ke dalam badai.
Di dalam badai yang kuat, elang memanfaatkan kekuatan aliran angin itu untuk mengepakkan sayap.
Memancing merupakan suatu hobi oleh sebagian orang, bahkan banyak dari mereka yang rela pergi ke tempat-tempat yang sangat jauh dan terpencil demi menikmati tarikan ikan saat memancing
1. yang artinya "sendi dasar yang lima" atau "lima dasar yang kokoh". Mula-mula kata "sila" dipakai sebagai dasar kesusilaan atau landasan moral Buddhisme, yang memuat lima larangan.