Kamu sudah sembuh dari COVID tapi masih suka batuk2? Sudah di swab ulang hasilnya negatif.. kenapa batuk2nya tidak berhenti ya? Yuk kita bahas..
-A thread -
Ini adalah ct scan paru pasien covid. Dalam 1 minggu pertama akan terjadi di nomer 1 hingga 3. Bila daya tahan tubuh kita kalah, akan masuk ke nomer 4 yg menyebabkan sesak hebat. Bila membaik maka akan terjadi respon perbaikan di nomer 5, namun dengan sisa kerusakan.
Bila imunitas kita bagus, maka kerusakan dapat selesai di nomer 1 saja, atau sampai nomer 3 kemudian balik ke 1. Intinya semakin baik daya tahan tubuh kita, maka kerusakan hebat bisa kita cegah dan dapat kembali normal.
Nah, ini menjawab kenapa pasien yg sudah sembuh kadang masih memiliki gambaran bercak di paru. Kita sebut "fibrosis" atau "jaringan parut". Kalo masih bingung, anggap aja "koreng", luka yg mengeras akibat proses peradangan di paru.
Paru yg sehat berwarna kemerahan, nah fibrosis atau korengnya itu yg berwarna putih, saya kasih tanda warna merah. Semakin banyak fibrosis artinya semakin banyak area pertukaran oksigen yang berkurang.
Faktor yg mempengaruhi terjadinya fibrosis: usia tua, perokok, memiliki gejala yg berat saat terinfeksi covid, perawatan di ICU dgn ventilator dalam jangka waktu lama. Artinya, pasien covid yg tanpa gejala, atau hanya meriang2 saja, rendah risikonya bisa mendapatkan fibrosis luas
Fibrosis bisa membaik dalam waktu minggu, bulan hingga tahunan. Dalam beberapa kasus dapat diberikan obat anti fibrosis, meskipun efektivitasnya masih dalam tahap penelitian.
Dok! Ct scan saya normal, swab pcr sudah negatif, kenapa batuk gak berhenti2 ya sudah 1 bulan lebih!?!? Nah, kemungkinan kamu memiliki gejala "Post Viral Reactive Airway Disease". Apakah itu?
Post Viral Reactive Airway Disease adalah keadaan saluran napas yg menjadi lebih sensitif dan reaktif setelah terinfeksi virus. Bisa sensitif terhadap udara dingin, bau menyengat, debu, asap rokok, dll. Ciri khasnya batuk kering dan terasa gatal di tenggorokan.
Keadaan ini bukan hanya pada covid, tapi pada infeksi virus lainnya seperti influenza. Ciri khasnya, awalnya pilek dan radang tenggorokan. Sesudahnya malah batuk kering tidak berhenti bisa sampai 2-3 bulan.
Hampir mirip asma, bedanya bersifat akut. Setelah diberikan pengobatan bisa sembuh. Sedangkan pada asma bersifat kronik, akan sering muncul gejala selama kontak dengan pemicunya. Apakah itu stress, udara dingin, bulu hewan, debu, dan makanan tertentu.
Intinya, evaluasi penyakit covid harus dilakukan oleh dokter. Batuk2 bukan berarti masih sakit dan bisa menularkan. Dan jangan juga kita melakukan diskriminasi dan stigma terhadap pasien yg sudah sembuh. Cukup sekian dan terima kasih 😁😁
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Kamu, keluargamu atau teman kerjamu positif covid? Tapi dinyatakan sembuh tanpa swab ulang? Masih khawatir menularkan lingkungan sekitar? Ikutin twit lanjutan ya..
- A Thread -
Memang benar, saat ini pasien covid dapat dinyatakan sembuh apabila telah menyelesaikan isolasi selama 10 hari dan bebas dari gejala selama 3 hari. Kebijakan ini sudah dikeluarkan WHO sejak Mei 2020.
Mengapa baru dilakukan di Indonesia beberapa waktu terakhir? Karena ini penyakit baru, kita memantau situasi di lapangan dulu, tidak mau terburu2 mengambil langkah ini karena dikhawatirkan malah menambah penyebaran penyakit.
Belakangan ini banyak dapat pasien covid dengan gejala gastrointestinal yg dominan (diare, nyeri perut) dibandingkan gejala pernapasan. Ayo tingkatkan cuci tangan, jangan sampai virus corona masuk bersamaan dengan makananmu.
Buat yang pada belum tau, gejala pencernaan adalah gejala yg dapat timbul akibat penyakit virus, termasuk covid 19. Ada beberapa teori yg mendasari hal ini. Ingat ya, ini penyakit baru. Jadi kita sama2 belajar.
Virus covid masuk lewat saluran pernapasan, menempel di faring (tenggorokan), dan bisa tumpah ke bawah, apakah itu ke saluran napas bawah atau ke organ pencernaan. Di saluran pencernaan Ada ACE2 reseptor tempat virus masuk, sehingga hal ini bisa terjadi
Selamat jalan dr Andhika Kesuma Putra Sp.P(K). Beliau adalah dokter paru yg sangat baik, cerdas dan tidak pelit ilmu. Tdk disangka di usia muda ini beliau sdh pergi mendahului kita. Selamat jalan dok, perjuanganmu membantu pasien2 covid19 tidak akan sia2. Semoga Husnul Khatimah.
Ini adalah foto saat beliau menguji saya di Ujian Nasional Spesialis Paru. Beliau masih berusia 36 tahun, sudah mendapat gelar Sub Spesialis dan menjadi penguji ujian. Bangsa ini berduka kehilangan orang hebat seperti beliau.
Puluhan pasien COVID yang telah sembuh diobati beliau saat ini benar-benar berduka, siapa yang menyangka dokter yang mengobati malah berpulang lebih dahulu meninggalkan pasiennya.
Boleh saja berbeda pandangan mengenai covid. Tapi, hargai masyarakat yang masih ingin sehat dan mengikuti protokol kesehatan.
"Hargai juga dong yg perekonomiannya berimbas karena covid!?!"..Kami tenaga medis tidak mau membuat orang susah, lakukanlah pekerjaan dengan protokol sesuai peraturan. Jangan karena masalah personal berusaha menghasut orang lain untuk mengganggap ini hal yg "biasa"
Memang penyakit ini 80 persen ringan. Tapi kita tidak tahu jangan2 bila terinfeksi akan masuk di 20 persen sisanya, yaitu gejala berat dan kritis. Seyakin itukah kamu?
Memasuki era New Normal disaat jumlah kasus COVID-19 masih tinggi membutuhkan persiapan yang matang. Protokol kesehatan yang dilakukan secara disipilin juga harus diikuti dengan kemampuan suatu daerah untuk melakukan TEST, TRACE dan TREAT. – A THREAD-
Beberapa negara sukses meredam jumlah kasus COVID-19 tanpa melakukan Lockdown. Perokonomian masih berjalan seiring dilakukan pencegahan penyebaran penyakit. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan sistem tracing yang dimodifikasi menggunakan teknologi informasi.
Tracing yang baik dilakukan dengan pencatatan yang detail. Siapa yang sakit, kontak dengan siapa, pergi ke mana & kapan interaksi terjadi. Orang sekitar yang berisiko akan langsung didata & dilakukan pemeriksaan skrining, sedangkan tempat yang didatangi akan diberikan desinfektan