Thread by @tubagussalim

HASUD:
Kitab Mauidhatul Mukminin
H 252-253.

Hasud ada dua macam.
Pertama: Benci kepada seseorang yang memperoleh kenikmatan dan mengharap-harapkan agar kenikmatannya itu segera hilang dari padanya.

Kedua: Tidak menginginkan kenikmatannya itu lenyap dari orang yang memperolehnya itu, tetapi ia sendiri menginginkan agar mendapatkan kenikmatan sebagaimana yang diperoleh orang lain tadi. Ini namanya Gibthah.

Sifat yang pertama haram hukumnya dalam segala hal, kecuali suatu kenikmatan yang dimiliki oleh orang yang durhaka & digunakan utk melakukan kemaksiatan, seperti membuat kerusuhan, kerusakan, atau menyakiti orang lain.

Nah dlm keadaan demikian tak mengapalah mengharapkan lenyapnya kenikmatan itu dari orang durhaka tadi, sebab jelas digunakan utk alat berbuat kerusakan dan membahayakan orang banyak. Sudah sangat banyak petunjuk atau dalil mengenai hasud.

Hasud yang berupa kebencian seperti yang pertama tadi, sama halnya dengan memarahi, membenci ketentuan atau kepastian Allah Ta'ala yang memberikan kelebihan kepada seseorang, maka hal demikian tdk bisa dijadikan alasan utk mendengki.

Tiada keburukan yang lebih buruk selain membenci kepada sesama, padahal tidak ada satu kemadlaratanpun yang ditimbulkan oleh orang itu kepada dirinya. Ini beda dgn yang kedua tadi.

Al-quran telah menunjukan tentang orang-orang hasud dlm Surat Ali Imran Ayat 120.

Jikalau kamu semua mendapatkan kebaikan, maka hal itu mengenakkan hati mereka, sedang jikalau kamu semua mendapatkan kejelekan, maka merekapun bergembira dgn sbb kemalangan itu.

Kegembiraan yang disebut dlm ayat tadi namanya Syamatah Yakni gembira yang timbulnya sbb mendengar atau melihat suatu kesusahan, kecelakaan, kemalangan atau bencana yg menimpa orang yang dianggap saingan atau lawannya. Hasud dan Syamatah selalu beriring dan berhubungan erat.

Semoga yang singkat ini manfaat, juga dgn memohon kepada Allah agar kita terjaga dari sifat Hasud dan dari kedengkian orang yang hasud.
Wallahu a'lam bishawab.

Tangerang, Banten.
Jum'at, 27 Nov 2020.

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh.