Bagi yang suka tarikh (sejarah) Sirah Para Sahabat, simak yuuk
☕️🌹
Saad bin Waqqash terekam dalam sahih Bukhari, Muslim merupakan salah satu dari 10 sahabat Rasulullah yang dijamin syurga dalam sabda Baginda Nabi saw.
Beliau memeluk Islam saat usia 17 tahun
Sayyidina Abu Bakar ra berperan besar mengenalkannya kepada agama tauhid ini. Ketika Sayyidina Saad bin Abi Waqqash ra memeluk Islam, menerima risalah kerasulan Muhammad ﷺ dan meninggalkan agama nenek moyangnya, ibunya sangat menentangnya.
Sang ibu ingin agar putranya kembali satu keyakinan bersamanya.
Ibunya mulai mogok makan dan minum untuk menarik simpati putranya yang sangat menyayanginya. Ia baru akan makan dan minum kalau Saad meninggalkan agama baru tersebut.
Setelah beberapa lama, kondisi ibu Saad terlihat mengkhawatirkan. Keluarganya pun memanggil Saad dan memperlihatkan keadaan ibunya yang sekarat. Keluarganya berharap Saad iba kepada ibunda. Saad menyaksikan kondisi ibunya yang begitu menderita.
Namun keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya berada di atas segalanya. Ia berkata: “Ibu… demi Allah, seandainya ibu mempunyai 70 nyawa, lalu satu per satu nyawa itu binasa. Aku tidak akan meninggalkan agama ini sedikit pun. Makanlah wahai ibu.
jika ibu menginginkannya. Jika tidak, itu juga pilihan ibu”.
Ibunya pun menghentikan mogok makan dan minum. Ia sadar, kecintaan anaknya terhadap agamanya tidak akan berubah dengan aksi mogok yang ia lakukan.
Berkaitan dengan persitiwa ini, Allah pun menurunkan sebuah ayat yg membenarkan sikap Saad bin Abi Waqqash.
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yg tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yg kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yg telah kamu kerjakan.”
(Qs al Luqman 15).
Saad bin Abi Waqqash sahabat Rasulullah yg memiliki doa yang mustajab. Rasulullah meminta kepada Allah agar doa Saad menjadi doa yg mustajab.
اللهم سدد رميْته، وأجبْ دعوتهُ
“Ya Allah, tepatkan lemparan panahnya dan kabulkanlah doanya.”
(Hr al Hakim).
Doa Rasulullah ini menjadikan Saad seorang prajurit pemanah yang hebat dan ahli ibadah yang terkabul doanya. Saad adalah orang pertama dalam Islam yang melemparkan anak panah di jalan Allah. Ia juga satu-satunya orang yang Rasulullah pernah menyebutkan kata “tebusan” untuknya.
Seperti dalam sabda beliau dalam Perang Uhud, Ali bin Abi Thalib mengatakan: “Aku tidak pernah mendengar Rasulullah menebus seseorang dengan ayah dan ibunya kecuali Saad. Sungguh dalam Perang Uhud aku mendengar Rasulullah mengatakan".
ارم سعد … فداك أبيْ وأميْ
“Panahlah, wahai Saad… Tebusanmu adalah ayah dan ibuku."
(Hr at-Tirmidzi).
Dalam redaksi riwayat yg lain dengan penambahan lafadz : "Panahlah wahai Saad.. Tebusanya adalah Ayah dan Ibuku di syurga".
"Dengan hadist tersebut terbantahkan "keyaqinan" wahabi (jamaat sekte wahabi indo) yg mengatakan orang tua Rasulullah di neraka".
Tentu ustad wahabi lokal BUKAN level Imam as Suyuthi dalam meneliti hadist , yang mana beliau (as Suyuthi) menerangkan bahwa "Hammad" perawi hadits tentang "dimana ayahku" diragukan oleh para ahli hadits dan hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim,
artinya dalam hadist tersebut maaih perlu "jarh wa tadil"(penelitian yg lebih mendalam).
Padahal banyak riwayat lain yang lebih kuat darinya seperti riwayat imam Baihaqi dan Ma’mar dari jalan sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash ra :
"Sesungguhnya A’rabi (pemuda arab) berkata kepada Rasulullah "Dimana ayahku?.
Rasulullah menjawab : “ dia di neraka”, si A’rabi pun bertanya kembali “ dimana Ayah Mu ?, Rasulullah pun menawab “Sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka berilah kabar gembira dengan neraka".
Riwayat di atas tanpa "menyebutkan" ayah Nabi di neraka. Ma’mar dan Baihaqi disepakati oleh ahli hadits lebih kuat dari Hammad, sehingga riwayat Ma’mar dan Baihaqi harus didahulukan dari riwayat Hammad.
Bahkan kemudian imam Suyuthi beserta jumhur ulama aswaja menjadikan pijakan, dari Aisyah sebagai hujjah "penguat" bahwa ia (Aisyah) berkata :
"Rasulullah bersama kami melaksanakan haji wada’, saat bersamaku melewati putaran di Hajun (pada tempat sa’i) beliau menangis sedih, beliau berhenti (sa’i), beliau menjauh dariku, menyendiri cukup lama, kemudian beliau kembali kepadaku dalam keadaan gembira dan tersenyum.
Aku bertanya kepadanya apa yg terjadi, beliau menjawab: “Aku telah pergi ke makam ibuku, aku meminta kepada Allah untuk menghidupkannya kembali, maka Allah menghidupkannya, maka ia beriman kepadaku, lalu kemudian Allah mengembalikannya (mematikannya kembali).
(HR Abu Dawud, An Nasai, Ibnu Majjah).
Di era Khalifah Umar bin Khatab, Saad ditunjuk menjadi panglima, peperangan besar yang pernah ia pimpin adalah Perang Qadisiyah. Sebuah perang legendaris antara bangsa Arab Islam melawan Majusi Persia.
3000 pasukan kaum muslimin beradapan dgn 100.000 lebih pasukan adidaya Persia bersenjata lengkap. Melaui Saad-lah, Allah memberi kemanangan kepada kaum muslimin atas negara adidaya Persia.
Umar pernah mengamanahi Saad jabatan gubernur Irak. Sebuah wilayah besar dan penuh gejolak
Suatu ketika rakyat Irak mengadukannya kepada Umar. Mereka menuduh Saad bukanlah orang yg bagus dalam shalatnya. Permasalahan shalat bukanlah permsalahan yg ringan bagi orang² yg mengetahui kedudukannya. Sehingga Umar pun merespon laporan tersebut dengan memanggil Saad ke Madinah
Mendengar laporan tersebut, Saad tertawa. Kemudian ia menanggapi tuduhan tersebut dengan mengatakan :
“Demi Allah, sungguh aku shalat bersama mereka seperti shalatnya Rasulullah. Kupanjangkan dua rakaat awal dan mempersingkat dua rakaat terakhir”.
Mendengar klarifikasi dari Saad, Umar memintanya kembali ke Irak. Akan tetapi Saad menanggapinya dengan mengatakan, “Apakah engkau memerintahkanku kembali kepada kaum yang menuduhku tidak beres dalam shalat?” Saad lebih senang tinggal di Madinah dan Umar mengizinkannya.
Ketika Umar ditikam, sebelum wafat ia memerintahkan enam orang sahabat yang diridhai oleh Nabi, salah satunya Saad- untuk bermusyawarah memilih khalifah penggantinya. Umar berkata :
“Jika yang terpilih adalah Saad, maka dialah orangnya. Jika selainnya, hendaklah meminta tolong (dalam pemerintahannya) kepada Saad”.
Kelak ketika fitnah terjadi pada zaman kekhilafahan Ali bin Abi Thalib, Sa'ad mendengar seorang laki-laki memaki sahabat Ali, Thalhah, dan Zubair. Orang itu bahkan terus menolak berhenti mencaci-maki. Maka, Sa'ad pun berkata: "Kalau begitu, akan saya doakan kamu kepada Allah."
Laki-laki tadi lantas berkata: "Rupanya kamu hendak menakutiku, seolah-olah kamu seorang Nabi."
Maka, Sa'ad pun pergi berwudhu dan melakukan shalat dua rakaat kemudian berdoa :
"Ya Allah, kiranya menurut ilmu-Mu, laki-laki ini telah memaki segolongan orang yg telah memeroleh kebaikan-Mu dan tindakan mereka mengundang amarah murka-Mu. Maka mohonlah dijadikan hal ini sebagai pertanda dan pelajaran."
Tidak lama kemudian, tiba-tiba dari salah satu pekarangan rumah muncul seekor unta liar dan menabrak laki-laki tadi sehingga meninggal.
Saad bin Abi Waqqash menjumpai perselisihan besar yang terjadi pada kaum muslimin. Antara Ali dan Muawiyah , radhiallahu ‘anhum ajma’in.
Sikap Saad pada saat itu adalah tidak memihak kelompok manapun. Ia juga memerintahkan keluarga dan anak-anaknya untuk tidak mengabarkan berita apapun kepadanya.
Keponakannya, Hisyam bin Utbah bin Abi Waqqash, berkata kepadanya, “Wahai paman, ini adalah 100.000 pedang (pasukan) yang menganggap Andalah yang berhak menjadi khalifah”. Saad menjawab, “Aku ingin dari 100.000 pedang tersebut satu pedang saja.
Jika aku memukul seorang mukmin dgn pedang itu, maka ia tidak membahayakan. Jika dipakai untuk memukul org kafir (berjihad), maka ia mematikan”
Mendengar jawaban pamannya, Hisyam paham bahwa pamannya, Saad bin Abi Waqqash sama sekali tdk ingin ambil bagian dalam permasalahan ini
Ia pun pergi.
Ironisnya putra beliau Umar bin Saad (Ibnu Saad) terlibat cukup jauh dalam peristiwa "Karbala". Meski begitu saat tragedy itu terjadi Saad bin Abi Waqqas sudah wafat.
Saat Husein bin Ali ra hendak berangkat ke Irak, Ibn Zubair ra berkata padanya, “Engkau hendak pergi ke mana? Apakah engkau ingin pergi ke tempat kaum yg telah membunuh ayah dan saudaramu? Janganlah engkau pergi.
Sejarah mencatat Sayidina Husein bin Ali tiba di Karbala pada tgl 2 Muharam dan akhirnya gugur ditempat ini pada 10 Muharam. "Artinya selama 8 hari beliau menghabiskan sisa perbekalan selebihnya beliau dan keluarganya menahan rasa haus dan lapar di tengah gurun yg panas menyengat
sejak tanggal 7 Muharam itu atau selama 3 hari, Sayidina Husein bin Ali dan keluarganya sudah tidak lagi menenggak minuman. Satu-satunya akses air minum hanya sungat Eufrat dan ini ditutup oleh pasukan Umar bin Sa’ad" Siapa Umar bin Saad, dia adalah anak dari "Sahabat papan atas"
Saad bin Abi Waqqas ra yg terkenal membela Rasulullah pada perang Uhud. Ayahnya (Saad bin Abi Waqqas), Saad bin Abi Waqqash sahabat Rasulullah yang memiliki doa yang mustajab. Rasulullah meminta kepada Allah agar doa Saad menjadi doa yang mustajab, seperti telah dijelaskan diatas
Beliau memiliki umur panjang. Ia wafat pada usia 83 tahun. Sementara pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqash ditugaskan untuk memimpin delegasi ke China, ini menjadi tonggak pertama dakwah Islam di negeri Tirai Bambu.
Sayidina Saad bin Abi Waqas ra wafat pada tahun 55 H. Ia adalah kaum muhajirin yang paling akhir wafatnya.
والله اعلم
Semoga bermanfaat 🙏🏿🌹
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
"Siapa yang ingin melihat orang berjalan di muka bumi sesudah mengalami kematiannya, lihatlah Thalhah!”
Itu adalah ucapan Rasulullah ﷺ saat perang Uhud terjadi.
Saat itu pasukan Muslim telah terpecah pelah sehigga hanya tersisa beberapa orang di antara mereka termasuk Thalhah bin Ubaidillah. Kemudian Rasulullah dan kamum muslimin yg naik ke bukit dihadang oleh musuh.
“Siapa yg berani melawan mereka dia akan menjadi temanku kelak di surga,” seru Rasulullah.
“Saya, wahai Rasulullah,” jawab Thalhah.
“Tidak, jangan engkau! Engkau harus tetap di tempatmu.”
“Saya, wahai Rasulullah,” kata seorang prajurit Anshar.
Biar urusan politik kita serahkan ke ahlinya, kita ngaji aja
Deal eaa✌🏿😅☕️
بسم الله الرحمن الرحيم
Apa yang kamu baca saat ruku’, sujud dan salam?
Ada sebagian orang yang begitu kaku atau keras dalam memahami ibadah.
Pokoknya semuanya harus sesuai dengan apa yang Rasulullah contohkan, dan kita harus konsisten mengikuti ajaran Rasulullah. Baginya, hanya ada satu kebenaran, yaitu yang sesuai dengan contoh dari Nabi.
“Apa yang harus kita baca di saat kita ruku’ dan sujud dalam sholat?”
Perbedaan bacaan yang dilakukan oleh Nabi dari Hudzaifah ra :
Hadis pertama menceritakan bahwa Nabi membaca : “Subhana Rabbiyal A’zim” ketika ruku’ dan “Subhana Rabbiyal A’la” ketika sujud.
(Hr an Nasa’i).
Salah satu diantara macam-macam riya' adalah seseorang mengaku-ngaku bertemanan dengan orang-orang mulia, ia mengadakan walimah dan jamuan-jamuan untuk mereka dan ia juga mengunjungi rumah-rumah mereka dan memberi mereka banyak hadiah.
Ia melakukan hal itu semua agar ia dikenal akrab dengan mereka, bukan agar ia memperoleh manfaat dari mereka. Akan tetapi agar ia ikut dimuliakan oleh orang banyak dibalik kemuliaan orang-orang mulia yang diakrabinya itu, dan iapun memperoleh keuntungan lebih dan bertambah.
Dan simpelnya ia bilang: Saya duduk bersama dengan kyai fulan, atau saya makan bersama kyai fulan. Maka orang yang mendengarnya akan berkomentar: MashaAllah, dan mengira bahwa ia termasuk bagian dari orang-orang mulia itu, dan itulah yang sebenarnya diinginkan olehnya.
Dalam al Qur'an terdapat istilah almukaan (bersiul) & tasdiyatan (tepuk tangan) kedua kata ini terletak pada surah al Anfal 35 Dalam keterangan ayat ini bersiul dan tepuk tangan menjadi suatu ritual masyarakat jahiliyyah ketika beribadah di baitullah (ka’bah)
Bila kita merujuk pada kitab fiqih, semisal kitab Fathul Mu’in, maka terdapat istilah tasfiq (tepuk tangan), biasanya hal ini dilakukan oleh perempuan ketika sedang berada dalam shalat. Tindakan ini dilakukan untuk mengingatkan imam ketika lupa salah satu rukun dalam shalat.
Mengingat bersiul dan tepuk tangan adalah persoalan adab, maka kajian mengenai bersiul dan tepuk tangan ini sangat jarang dibahas oleh para ahli fikih. Sekalipun dibahas, itu hanya terkhusus di dalam permasalahan shalat,
Dalil di anjurkan menekuni Hobi di zaman fitnah perang sesama muslim
Dari Abu Bakrah menceritakan, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya akan terjadi fitnah-fitnah, ingat, setelah itu terjadi fitnah, orang duduk saat itu lebih baik dari pada yang berjalan dan yang berjalan saat itu lebih baik dari yang berlari kecil menujunya.”
Ingat, bila fitnah terjadi, barangsiapa memiliki unta, hendaklah menyusul dengan untanya,
barangsiapa memiliki kambing, hendaklah menyusul dengan kambingnya dan barangsiapa memiliki tanah, hendaklah menyusul dengan tanahnya."