Sa mau cerita sedikit soal kompilasi gambar & suara hasil liputan kolabs ini. Ada 6 jurnalis yang bikin laporan. 1 laporan tayang di media televisi lainnya terbit di platform digital. Kolabs sudah jalan sejak April 2020. Kalau sa tak keliru sudah ada 4 seri laporan yg terbit.
Namun laporan terakhir ini yg paling cepat. Prosesnya singkat hanya dua pekan lebih dikit. Kami rapat pertama tanggal 28 Des & terbit 15 Jan. Rapat dan komunikasi semua kami lakukan secara virtual. Kami tak bertemu fisik satu sama lain.
Jika laporan2 sebelumnya membuat kami mau tidak mau harus menemui langsung beberapa narsum secara fisik, sekarang beda. Semua wawancara juga kami lakukan secara virtual.
Kami pikir untuk menggambarkan bagaimana penuh & crowednya RS kami harus masuk ruang perawatan COVID. Persetujuaan RS sudah dapat, hari sudah kita tentukan, namun atas pertimbangan risiko & sulitnya dapat APD level 3, akhirnya rencana kami urungkan.
Kami beruntung. Salah satu RS berbaik hati, memberikan gambar terkini bagaimana situasi antrean pasien COVID di IGD mereka untuk dipublikasikan.
Gambaran satu RS saja kami pikir tak cukup. Kami putuskan membagi tugas, menelpon 27 RS rujukan untuk tanya situasi terkini. Bagaimana kondisi ruang perawatan COVID mereka.
Satu RS tak mengangkat telpon. 23 RS bilang ruang COVID mereka penuh. Dua RS bilang hanya tersisa khusus untuk pasien perempuan.
Sementara satu RS masih punya 6 ruang perawatan covid tapi khusus untuk ganguan jiwa. Seorang teman kemudian bilang "Endingnya ironis banget ini, ada 6 tapi syarate gangguan jiwa".
2 hari setelah laporan terbit. Laporan harian ketersediaan bed perawatan COVID ditangguhkan dg menyebut sedang "perbaikan sistem pencatatan & pelaporan ketersedian tempat tidur RS rujukan"
Semoga betul diperbaiki. Paling tidak ditunjukkan RS mana yg bed-nya kosong
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh