Cara menghadapi serangan buzzer itu tak perlu dihadapi alias dicuekin saja, kalo perlu di block
Sejak main twitter sudah sangat sering saya diserang oleh buzzer dan pasukannya termasuk buzzer yg skr sudah jadi komisaris
🤣🤣🤣🤣🤣
kualitas mereka para buzzer manapun apakah yg di kubu X maupun kubu Y sama saja
hanya main ad hominem, fitnah serta caci maki
kalo yg agak pinter bisa adu argumentasi substansi baru saya hadapi
di sisi kubu pemerintah saja banyak faksi faksi subs kubu kadang juga saling serang satu dg lainnya tergantung kakak pembinanya
kubu nonpemerintah juga banyak faksi
dan kubu non partai ini bisa saja dari para esjewe maupun ormas juga kelompok mahasiswa
semua pernah menyerangku
yang paling seru saat pilgub DKI 2017 saya diserang MCA dan sarachen sehingga saat itu saya kehilangan 3000 follower dan saat itu mereka sotoy kalo saya adalah mahasiswa S2 kedokteran yg mereka persekusi hingga urusan sampai pada fakultas dan kepolisian
Yang komisaris itu dulu sudah kublock lama, karena cuitannya juga penuh provokasi rasis meski bentuknya antitesis
namun entah kenapa setiap ada momentum selalu menyerang saya meskipun sudah posisi aku block,
Saya WAR mulai pilgub DKI 2012 dg triomacan lalu pilpres 2014 dan terakhir dengan sistem balas berbalas itu saat pilgub DKI,
setelah itu pilpres 2019 saya hanya main kultwit dan tidak melayani WAR, karena ga ada manfaatnya cuma caci maki dan fitnah ga perlu ditanggapi
Medsos saat awal (sebelum pilgub DKI 2017) war nya masih bermartabat penuh adu argumentasi substansi dan berkualitas,
pasca itu war~nya keroyokan dan ga ada isi substansi selain caci maki dan ad hominem dengan penuh fitnah dan kata kata rasis
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
dunia medsos dan kemajuan demokrasi yg mengarah liberal mau tidak mau akan terjadi benturan narasi antara kelompok politik, kelompok SARA dan tak ketinggalan provokasi
disini keseimbangan DEMOKRASI vs HUKUM dan NORMA diuji
apa patokannya PANCASILA dan Perundangan serta budaya
common enemy yg dibentuk bisa orang, politikus, pengamat maupun organisasi bahkan media dan yg paling bahaya membentuk kebencian berdasarkan SARA
dan sebaliknya fanatis memuja buta sosok, tertentu
itulah simbol terbentuknya polarisasi dengan simbol istilah" semangat solidaritas
Pertumbuhan ekonomi negara besar itu biasanya karena:
pertumbuhan penduduknya besar
namun jika hanya mengandalkan pada peningkatan konsumsi masyarakat akibat pertumbuhan penduduk besar
maka akan masuk pada middle income trap
inovasi itu ada pada mendorong investasi dan ekspor
Indonesia dengan jumlah penduduk nomor 4 terbanyak di dunia dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, serta kaya dengan sumber daya alam menjadi peluang bagi investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia
HILIRISASI adalah lompatan added value economy yg tidak hanya memerlukan political will dari pemerintah namun juga diperlukan good governance yang bersih dan ini mendorong juga pada peningkatan kualitas SDM dalam negeri
Buzzer siapa?
Semua punya buzzer apakah pemerintah, hingga buzzer pribadi menteri, buzzer parpol bahkan media pun punya pasukan buzzer, buzzer" bakal capres
Oposisi juga tentu punya buzzer
Sepanjang tidak rasis SARA, tidak hoax dan ujaran benci; silakan saja
Tim evaluator #programfolback tahun 2020 lalu bersihkan buzzer bayaran karena program berkomitmet NETRAL tidak berpolitik praktis.
Program mengusung POLITIK NEGARA; Pancasila; kesantunan serta kesatuan NKRI serta kebangsaan
Yang dikeluhkan adalah kelompok buzzer itu menggunakan
narasi fitnah
Keroyokan dg kata kata kotor
Hingga rasis yg mengancam keutuhan NKRI serta mengganggu Pancasila dan iklim kebangsaan.
Itu yg kita lawan, siapapun itu dan dari kelompok manapun