Mengapa #banjir terus? Bisakah banjir teratasi dlm 5-10 th (periode kepala daerah/negara)? TIDAK? Kenapa?
INDONESIA BELUM PUNYA #petajalanpengendalianbanjir yg holistik & komprehensif. Sambil santai sy akan bagikan materi ttg #kotayangsensitifair di dinas pu bdg bbrp taun lalu
Sejak tahun 1950an, grafik pertumbuhan manusia bumi eksponensial. Meroket. Dlm waktu 65th saja, dari 2.5miliar, naik jadi 7.3-7.4milyar. Kemudian Urbanisasi terus terjadi. Kota2 membesar. Contoh Bangkok dr th 1944-2002 bertambah 16x lipat. Tambah manusia, hutan makin habis
Deforestasi terjadi di seluruh bumi. Th 2017 saja Indonesia masih juara 3 dunia deforestasi setelah Brazil & Kongo. (Skrg salah 1 ancaman deforestasi adalah kebijakan biofuel..ini ngeri krn bakar fuel itu cepat sekali habis, tanam pohon lama)
Deforestasi akibatkan penyerapan air di hulu menurun. Tanah longsor. Sungai menyempit krn endapan2 makin byk. Pembangunan berikutnya. Krn terus membangun yg tdk sensitif air, #dataranbanjir makin hari makin luas. Dulu tdk banjir skrg banjir. Jd jelas bukan salah sungai.
Kalau tahu akar masalahnya bukan sungai, otak atik sungai saja tidak akan selesaikan masalah. Spt gali lubang tutup lubang saja. Banjir tjd di seluruh dunia, yg memang gagap hadapi kecepatan tumbuhnya jumlah manusia. Sejak 1985-2010 saja, ada 3713 lokas kota/daerah banjir baru
Pembangunan nambah masalah baru lagi. #penurunantanah. Beban berat bangunan, memadatkan tanah makin turun. Juga pengambilan air tanah sgt byk, lapisan tanah makin turun. Byk kota dunia alami ini. Tokyo pernah sgt parah (tp nanti berhasil atasi). Tanah turun ancaman banjir naik
Kenaikan muka air laut cuma bbrp mm saja per thn (tdk lbh dr 1 atau 2cm). Sementara byk kota pesisir yg tanahnya turun 10-20cm/thn. Ancaman terbesar justru penurunan tanah akibat pengambilan air tanah. Krn pelayanan & pengelolaan air bersih yg sgt dasar SANGAT lemah di Indonesia
Semarang contoh menarik. Abad 8 pantainya di bergota, skrg pantainya maju 4km. Artinya proses alam, pengendapan dr sungai & akar2 hutan bakau, menambah daratan semarang 4km jd aluvial (endapan) muda. Tp okupasi manusia bikin tanahnya kembali tenggelam. Hutan bakau terdeforestasi
Skrg Semarang terus banjir dan tanah pesisirnya turun ada yg hingga sekitar 20cm/th. Solusi pemerintah terus uruk jalan pakai galian C (sering ilegal sumbernya), trus tenggelam lagi. Byk rumah2 warga krg mampu atapnya sdh sejajar jalan. bbrp gd kota tua, sdh lbh rendah dr jalan
Semarang disebut2 little netherland. Kita liat kakaknya. Th 900 Belanda byk reklamasi negaranya 3.6m dpl. Th 1500 kembali amblas jd sejajar dpl
.kini lbh rendah 2.4m dr permukaan laut. Sistem polder tdk cukup lagi. Lalu ganti paradigma. Tdk lawan air tp hidup bersama air
Sejak 1965 Tokyo kerja keras berikan pelayanan air bersih bagi kota tanpa mengambil air tanah tokyo. Dlm 10 th penurunan tanah yg plg ekstrim di dunia berhenti. Akuifer terisi ulang dan naik, tanah berhentu turun.
Indonesia/Bandung sudah berkali2 ada rencana bikin roadmap banjir
Tp hingga kini tdk terdengar ada dokumen #petajalanpengendalianbanjir itu. Akibatnya ya terus banjir juga tdk berkurang.
Secara nasional Indonesia bergantung pd @KemenPU yg terus dgn kebijakan pembetonan sungai & polder. Otak atik sungai saja tdk ckp. Bahkan ddg baru beton normalisasi ciliwung saja udah pernah meluap tdk ckp.
Utk kota pesisir, menerima kiriman air plg byk. Ancaman banjir plg tinggi
Makan dulu ya. Ntar lanjut
Selain itu tanggul2 laut yg terpaksa dibangun utk kota2 pesisir yg sdh lebih rendah dr laut, akan tdk berarti kalau tdk dibarengi dgn penyetopan penurunan tanah & pemulihan hutan mangrove secara besar2an. Tanggul laut juga bs amblas atau retak roboh krn gempa.
Hutan mangrove sdh terbukti lindungi byk kawasan tsunami, menambah endapan pesisir, kurangi energi gelombang laut, atasi rob, & mgkin juga intrusi air laut ke daratan.
Reklamasi utk hutan & mangrove sebagai penahan tsunami & rob mungkin bs diterima masyrkt drpd tanggul laut.
Walau Jepang punya tanggul laut yg sgt didukung teknologi tinggi (lp lokasinya), itupun pernah terlampaui tsunami, rusak, hingga sebabkan banjir makin lama juga krn air tertahan tanggul laut rusak. Tp itu topik lain.
Pembetonan sungai2 juga sebabkan putusnya resapan air dgn daratan. Penurunan tanah bs makin terancam juga. Dan krisis kehidupan ekosistem sungai serta air sungai tdk terfilter dgn baik. Sungai jd saluran kotor saja
Sejak perang dunia ke2, sungai2 jepang jg dikuasai negara (kalau di sini BBWS di bawah PU) & mulailah kerusakan sungai2nya dgn turap2 ddg sungai. Tp sejak 1990 buka partisipasi publik pengelolaan sungai. Mulailah proyek2 #restorasisungai/naturalisasi dlm berbagai level.
Kalau di Indonesia msh bergantung pd pembetonan ddg sungai. Di Jepang sejak 1990, dlm 15 th ada 23.000 proyel restorasi sungai. Tentu sgt mahal. Restorasi sungai sudah sangat dikenal dan berusaha dilakukan di berbagai kota dunia. #bioengineeringriverrestoration
Pentingnya naturalisasi sungai, krn sungai salah 1 sumber air bersih yg tampung hujan, sumber air yg bs diolah utk hindari pengambilan air tanah, agar penurunan tanah kota berhenti.
Pengendalian banjir juga hrs mengubah budaya membangun menjadi #kotayangsensitifair
Utk kesiapan banjir, New York tdk perbesar saluran drainase krn terlalu mahal & lama, tp buat ribuan #raingarden / #tamanhujan sebagai resapan air permukaan. Taman2 di Indonesia blm berfungsi sbg taman hujan krn level taman lbh tinggi dr permukaan perkerasan/jalan.
Saluran2 drainase beton juga perlu diganti jadi #bioswale / saluran alami
.selain alirkan air, terutama resapkan dulu. Aneka tanaman pd bioswale membuka pori2 tanah utk tingkatkan permeabilitas tanah utk resapan air. Saluran jg lbh cantik.
Berbagai perkerasan lain spt jalan/parkiran/lapangan bs pakai material berpori dan bawahnya menjadi tangki detensi air hujan. Simpan air sebanyak mgkn. Termasuk lapangan rumput akan lbh efektif permeabilitasnya kalau bawahnya ada tangki detensi air hujan yg jg bs retensi ke tanah
Jepang punya peta jalan pengendalian banjir yg holistik. Dan dikerjakan menerus lintas generasi.
Peta jalan ini berupa arahan kebijakan utk dikerjakan secara gotong royong oleh semua masyarakat & pemerintah krn bukan hanya soal otak atik sungai saja yg tdk bs atasi banjir
Ini contoh intervensi kawasan terbangun utk pengendalian banjir. Lahan stadium atletik yokohama internasional dijadikan kawasan retensi multifungsi. Dibanjirkan secara bertahap dgn pengaturan pintu air utk menolong luapan sungai tsurumi mengancam kawasan yg lebih rendah.
Bangunannya panggung. Sebagian lahan sebagai area wetland, sebagian banjir surut tergantung musim & kebutuhan. Justru sungai bukan ditutup dinding agar airnya tdk masuk daratan, tp airnya sebagian dikirim ke lahan terbangun utk disimpan/resapkan. Kurangi debit air ke hilirnya
Contoh lainnya adalah memfungsikan area2 perkerasan spt lapangan olahraga, halaman bangunan sebagai kawasan retensi/detensi air hujan. Dibanjirkan atau dibuat meresap dgn tanki retensi/detensi di bawahnya (kalau retensi utk resapkan ke tanah, detensi bs dimanfaatkan utk air baku)
Juga membuat banyak kolam2/danau2 buatan utk menyimpan air hujan. Dgn vegetasi di sekelilingnya utk menahan penguapan & peningkatan kualitas air hujan yg ditampung, sbg sumber air bersih. Kembali pd prinsip hindari pengambilan air tanah yg sebabkan penurunan tanah kota
Trotoar2 termasuk yg diubah pakai beton berpori dgn dgn tangki2 retensi di bawahnya. Sptnya efektif kalau tdk byk debu atau hrs sering dibersihkan dgn disemprot air tekanan tinggi.
Tokyo udah tlanjur 4.5m an di bawah permukaan laut. Jd buat 1 tangki raksasa yg sgt amat mahal.
Kembali ke Indonesia. Masalahnya sangat mendasar. Pelayanan air bersih yg buruk. Tdk terdengar kemendesakan dr pemerintah utk perbaiki ini sampai skrg. Hujan kebanjiran. Kemarau kekeringan. Jadi masalah kita sangat dalam dan semendasar ini. Air bersih. Pengambilan air tanah.
Sungai2 di kota2 Indonesia kemungkinan ikut sungai2 eropa. Diturap. Sempadan hilang jadi jalan.
Kota pesisir Jakarta & Surabaya (misalnya) kondisi alaminya adalah kawasan rawa/air. Hrsnya dibangun sebagai kota air. Tp belanda mengubahnya jd kota daratan yg ditimbun tanah.
Sejak itulah mimpi buruk banjir kota menyerang. Abad 16/17 Batavia kebanjiran. Padahal waktu itu tanahnya jakarta masih sgt banyak resapan hijau dan ruang biru rawa2, lebih dari 80% msh kosong. Hutan di puncak jd kebun teh dll ikut andil juga. Sejak itu terus gagal atasi banjir
Tambah lagi menyusutnya RTH Jakarta dan kawasan lindung mangrove & hutan kota serta area tangkapan air krn pelanggaran peruntukan lahan utk pembangunan. Skrg Ruang Hijau Jakarta sekitar 10%, ruang biru sekitar 3% saja. Bayangkan dulu batavia mgkn>80% & msh kebanjiran. Jadi tanpa.
Jadi tanpa #petajalanpengendalianbanjir yg holistik & komprehensif spt Jepang, tdl mungkin banjir teratasi. Ada saja perlu waktu sgt lama. Mungkin puluhan tahun. Jepang saja msh terus berhadapan dgn banjir. Proses terus menerus krn pembangunan terus menerus juga & perubahan iklim
Salah 1 contoh sikap dlm perencanaan kota yg sensitif air adalah visi #jakartakotaair. Kelapa gading sbnrnya kawasan tangkapan air hujan. Tp hilang juga ditimbun. Akhirnya solusi teknis pompa dll jg tdk ckp. Kelapa gading walau ditimbun tinggi tetap kebanjiran. Jadi?
Kesempatan #studioakanoma mengerjakan proyek renovasi rumah Bu @ainunnajibret di Kelapa gading. Kami kembalikan lahannya sesuai fungsinya sbg tangkapan air. Rumahnya panggung sekitar 1m. Kolong rmh utk air banjir masuk, parkir, sedikit meresap. Sebagian air hujan ditampung bak
#jakartakotaair bukan mengisi air yg menetap pd kota jakarta. Tp secara kebijakan pembangunan sediakan area air sebanyak mgkn
Bangunan panggung. Bahkan kalau bisa jalanan panggung. Area kolong bangunan dan jalan utk pengolahan limbah. Dan penampungan air hujan sebagai air baku utk air bersih. 60-80% kolongnya jadi retensi/detensi air hujan. Ini blm jd kebijakan @aniesbaswedan #jakartakotaair
Ini usulan teman2 bimbingan S2 desain @ArsitekturITB utk perbaiki kampung pesisir semarang yg kena rob & penurunan tanah. Bertahap jalanan jgn lg diuruk spt pemerintah lakukan. Tp jd rumah & jalanan panggung yg bs pindah ditinggikan kalau penurunan tanah blm teratasi.
Musim kemarau tetap kering. Musim hujan banjir jadi #kotaair. Tdk perlu ubah budaya berkota. Hanya pd musim banjir..kawasan banjir tetap beraktivitas pd jalanan & bangunan yg lbh tinggi dr air banjir. Bahkan bangunan2 tinggi pun bisa dibangun panggung. Tanpa ruang bawah tanah.
Pembangunan hendaknya sekalian mencicil perbaiki ekologi kota. Tambah hutan2 mini. Tambah ruang2 resapan di kolong panggung bangunan & jalan. Bikin aturan KDR (koefisien dasar resapan/retensi). Jauh lbh cepat drpd tambah RTH baru yg susah & tetap tdk ckp (ingat batavia?)
Indonesis sdh punya byk warisan hebat kampung2 yg adaptif thd air tanpa uruk/timbun. Baik banjir surut krn musim hujan atau pasang surut air laut. Bahkan kampung yg betul2 di atas air laut tanpa reklamasi.
Kini Belanda klaim paradigma hidup bersama air sebagai solusi belanda?
Jgn remehkan juga pepohonan. Bikin hutan2 mini di RTH2 kawasan terbangun swasta maupun pemerintah. Trmsk pd gedung2. Pepohonan simpan air ckp byk, juga menyaring polusi udara serta ruang hidup eksosistem selain manusia.
Sekian dulu. #petajalanpengendalianbanjir sgt mendesak
Bonus: contoh adaptasi pasrah manusia terhadap banjir. Toko & Kafe tetap buka, turis2 santuy bersama banjir di Venice
Pak Yos di ILC msh bilang kembalikan sungai. Pak itu jaman Belanda msh byk sungai alami. Terus banjir. Terus diotak atik sungai. Sampai skrg. Tidak akan bisa selesaikan banjir. Silakan mau melawan terus. 500 tahun lbh akhirnya belanda sendiri nyerah & ubah jd hidup bersama air.
#jakartakotaair adalah visi jakarta masa depan. Solusi2 harus mengarah pada pendekatan menuju jakarta kota air dengan cara #kotapanggung. Semua kavling & taman hrs sediakan retensi/detensi. Jalan2 bertahap jadikan panggung, kolong utk retensi/detensi. Bangunan2 baru panggung dst
Utk Komisaris Ancol pendukung Anies..siapa tuh, ayo dong kembalikan ancol jd kawasan detensi air. Ubah taman2, jalanan, bangunan2 nya jd sensitif air. Mendukung kota air. Kasih contoh gitu loh. Ancol punya salah juga rusak kondisi alami jakarta kota air
Hujan lokal jakarta, dulu rumah tdk banjir, skrg banjir. Coba cek kemungkinan2 penyebab ini: 1. Apakah dekat dengan sungai yg telah dinormalisasi, air terhambat masuk sungai yg ddgnya tinggi. 2. Apa ada/byk bangunan/kawasan trmsk jalan sekitar yg dibangun dgn menimbun tinggi. 3.
3. Apakah debit hujan kali ini lebih besar/lama 4. Apakah ada tanggul yg jebol
Ketika pengendalian banjir tdk pernah selesai, mestinya aturan membangun berubah.
Misal: 1. Tdk boleh bangun rubanah. 2. Bangunan & jalan (lingk) hrs panggung. 3. Hrs ada ruang retensi/detensi.
...
Apakah kota2 kita sudah memaksa para pengembang dan arsitek mengubah pola pembangunannya?
BELUM.
Bahkan Pak @aniesbaswedan pun belum menyentuh aspek regulasi membangun yg sensitif air.
Narasi menuju kota yg resilien hadapi banjir, belum kuat & byk dibicarakan.