Thread by @KangAzzamm

Haditsnya Sahih,Apakah langsung bsa di Gunakan ?

Dewasa ini marak sekali orang-orang yg kemudian berkata, mana dalilnya ? Apakah hadisnya sahih ? Wah ini dari ulama ya ? Dan perkataan lainnya yg kalian bisa tambahkan sendiri.

Baca sampai akhir ya, baru komentar !

Mari kita sama-sama perhatikan hadits shohih ini

عن أبي هريرة -رضي الله تعالى عنه- قال : سمعت رسول الله -صلى الله عليه و سلم- قال: "توضؤوا مما مست النار". رواه مسلم

Berwudhulah kalian setelah (memakan) makanan yg terkena api". (Hr. Muslim)

Hadits ini shohih, ia tercantum di kitab hadits tershohih kedua yg dimiliki kaum muslimin setelah shohih Bukhori, yaitu shohih Muslim.

Tapi, pertanyaannya adalah apakah setelah mengetahui hadits ini shohih lantas langsung bisa kita gunakan dan simpulkan sendiri ?

Kl kta lihat dr zhohir haditsnya, pemahaman gampang-gampangannya begini, kl kt mkn jagung bakar,ayam bakar atau sate mka kt harus berwudhu lg ktka ingin sholat,krn Nabi sendiri yg memerintahkan kta u/ berwudhu stlh mengkonsumsi sesuatu yg bersinggungan dgn api,dn hadisnya shohih

Tp apakah seperti ini yg dipahami oleh jumhur ulama kita? jawabannya tidak.

Mereka mengatakan bahwa wudhu kita tidak batal hanya karena memakan sate atau ayam bakar.

Mengapa mereka tdk menggunakan hadits shohih ini? Apakah para fuqoha kita tidak tahu akan keshohihan hadits ini?

mrk sangat tahu hadits ini,bhkn tdk hanya tahu kualitasnya,mrka bhkn sampai tahu seluruh seluk-beluk hadits ini,dr sebab keluarnya,kpn keluarnya,dll,hnya sja mrk tdk mengamalkannya,krn mrk tau bhw hukum yg ada dihadits shohih ini telah dimansukh (dihapus) dgn hadits Sahabat Jabir

Lantas, Mengapa mereka tau ada hadits yg di mansukh sehingga menggantikan hukumnya? Seperti contoh hadist di atas yg di mansukh dgn hadist dr Sahabat jabir yang datang belakangan ?
Tidak lain karena mereka hafal dan paham buaaaanyaaak hadits !

Jadi,memastikan kevalidan suatu hadis itu baru tahap awal untuk menjadi sebuah hukum,ada metode rumit dan pertimbangan dalil lain yg harus dilewati.Bsa diibaratkan, memastikan kevalidan hadits itu sama seperti memastikan adanya beras untuk membuat nasi goreng, harus dimasak dulu,

disiapkan bumbunya, digoreng dengan api sedang, tambahkan garam, kecap, micin dan seterusnya.

Maka,Jika suatu saat kita menemukan sebuah hadis yg shohih, maka langkah selanjutnya adalah bertanya "Apa komentar ulama tentang hadis ini ?"
Bukan malah, "ini dalilnya dr ulama ya?"

Jangan biasakan nyelonong nyimpulkan sendiri tnpa lihat kanan kiri.Jangan keminter,kta butuh ulama.Makanya kurng tepat apabila kita langsung ke Hadist tnp memiliki perangkat yg memadai untuk memahaminya.
Sdh semangat mengamalkan,ee ternyata haditsnya tlh dimansukh atau ditakhsis.

Dan Jika Ingin mengetahui tentang hukum-hukum, tpi kita belum menguasai metode istidlal, maka sebaiknya kita merujuk ke kitab-kitab fiqih, bukan kitab-kitab hadits..
Karena kitab-kitab fiqih adalah intisari dari ijtihad panjang para ulama terhadap banyak dalil.

2 hari lalu, Mufti Iraq; Syekh Rafi' Thaha Ar-Rifa'i ketika membaca sunan an-nasai beliau menasehati; "tidak boleh orang yang membaca hadits lalu mengambil kesimpulan hukum sebelum menguasai fiqih dan ushul fiqih."

Mari kita ngaji, sebelum mencaci !
Wa Allah 'alam.