Tap..tap..tap.. Suara langkah seseorang menggema di rumah itu.
"Halo.." Sapa seorang wanita yang mengenakan rok pendek sebatas lutut dan baju berwarna merah muda dengan sebuah kalung aneh yang selalu menghias di lehernya.
"Oh.. Bu Ria. Ayo sini sarapan bareng." Ajak om Denis
"Maaf, sebelumnya. Tapi saya kemari ingin menyampaikan sesuatu. Dan saya rasa lebih baik langsung saja. Rumah ini akan kami renovasi secepatnya. Karena anak dari pemilik sah rumah ini beberapa bulan lagi menikah dan akan
Tinggal di rumah ini. Jadi bapak dan keluarga di kasih waktu 1 minggu untuk keluar dari rumah ini. Jika tidak ada yang di pertanyakan lagi, saya mohon pamit. Terima kasih."ujar Perempuan itu dengan sangat angkuh
Braaakkkk..... Om Denis menggebrak meja tanda ketidak sukaan nya pada perempuan tadi.
Semua yang ada di sana hanya bisa menunduk dan hanyut dalam pikiran nya masing2. Sarapan yang tadi mereka nikmati bersama pun tak lagi mereka santap.
Seharian om Denis mondar mandi di luar rumah dengan sebuah telpon yang ia tempelkan ditelinga tak ada satu keluarga pun yang mau menampung sementara kami pada waktu itu. Hingga Om Denis merasa sangat kecewa terlebih lagi pada mereka yang pernah dia tolong dulu.
"Sebegini susahnya minta tolong pada mereka.!" Keluhnya
"Sabar Li, mungkin mereka juga lagi susah." Ujar Aden yang merupakan Kakak dari Om Denis
Sebelum satu minggu mereka semua sudah harus angkat kaki dari rumah tersebut.
Saat hari ke empat, Om Denis pulang dengan wajah yang sumringah. Ia mengatakan kalau besok mereka sudah bisa pindah ke rumah kontrakan yang layak di sebuah desa.
Yang tentu saja membuat senang Aden dan anak istrinya.
"Jadi besok kita sudah bisa pindah dari rumah sialan ini." Ujar Om Denis
-----------
Keesokan Hari nya, Truk yang di sewa untuk pindahan sudah siap dengan 6 orang yang siap membantu mengangkat furniture2 mereka ke dalam truk.
Kurang lebih 1 jam prosesnya, baru lah semua barang2 siap di bawa ke rumah kontrakan baru.
Hanya sekitar setengah jam perjalanan mereka sudah sampai di depan rumah yang akan mereka tinggali untuk sementara waktu.
"Hah.? Aku gak mau tinggal disini." Ujar Nuri seraya kembali masuk ke dalam mobil
"Sama, aku juga." Sahut Ivan
Feli bingung dengan penolakan anak2nya, lalu berusaha membujuk kedua anak2nya untuk mau tinggal di rumah itu untuk sementara saja.
"Aku gak mau ma. Gak mau." Rengek Nuri yang baru saja menginjak usia 13 tahun
"Van, bujuk adikmu, kamu tau kan kita sudah di usir dari rumah yang dulu. Mama minta tolong sama kalian berdua untuk mengerti." Kata Feli
Melihat ibunya yang sudah mulai menangis, Akhirnya Ivan turun dan berjalan masuk kedalam rumah. Di ikuti Nuri dan Feli.
( GAMBAR HANYA ILUSTRASI )
Saat ibunya mulai sibuk menata dan membersihkan rumah itu, Ivan dan Nuri berkeliling untuk melihat2 isi rumah tersebut.
"Kamu pasti sudah pernah dengar cerita rumah ini kan.?" Tanya Ivan pada adiknya
Nuri mengangguk, ia semakin erat memeluk Ucil (kucing peliharaan Nuri).
"Jangan takut, kita kan disini tidak sendirian. Ada Abah, Mama, Om, dan Acil Rusmi(ART). Jadi gak usah takut." Kata Ivan pada adiknya
Nuri menghela nafas, ia tau tentang semua versi cerita rumah itu. Teman2 di sekolahnya yang menceritakan itu padanya.
"Mereka ada kan kak.?" Tanya Nuri
"Tidak, mereka semua ada di pikiran kita. Tidaklah nyata." Jawab Ivan
"Nuri, kamar di rumah ini kebetulan cuma ada 4, nanti kamar kalian berdua di kasih sekat pembatas, bersebelahan sama ivan ya nak." Ujar Om Denis
Nuri mengangguk, dalam hatinya ia bersyukur karena tidak tidur sendirian di rumah itu.
Lalu mereka berdua di antar ke kamarnya yang berada di lantai atas.
"Nah ini kamar kalian, nanti di kasih pembatas di sini. Biar tidak saling mengganggu.
Lalu om Denis keluar dan kembali lagi dengan membawa palu dan kain yang akan digunakan untuk sekat.
"Nah, sudah selesai. Kalian bisa memulai untuk menata barang kalian di sini." Ucap Om Denis tersenyum
Lalu Nuri turun lagi ke bawah untuk mengambil kurungan kucing, dan beberapa barangnya.
Sementara Ivan sudah beberapa kali bolak balik kebawah mengambil barang2 miliknya.
Tak terasa, hari sudah gelap.
Bau masakan dari arah dapur tercium sampai ke dalam kamar Ivan dan Nuri.
"Kak. Ke bawah yuk." Ajak Nuri seraya menyibak kain pembatas tempat tidur mereka
Ternyata Ivan tidak di sana
Lalu Nuri bergegas berlari keluar kamar, dan di bawah ada Abah mama nya juga Ivan dan om denis. Mereka sedang asyik mengobrol dengan di temani kopi panas dan beberapa kue kering.
"Kebawah kok gak ngajakin aku." Sungut Nuri
"Maaf, aku kira kamu tadi tidur Ri." kata Ivan sambil tersenyum
"Makanan nya sudah siap." Ujar Acil Rusmi
Mereka semua pun berjalan ke arah dapur, duduk mengelilingi meja makan bersama. Di keluarga itu, tak ada perbedaan antara ART dan anggota keluarganya, mereka saling menghormati satu sama lain.
Selesai makan, Ivan langsung masuk ke dalam kamar, sementara Nuri Membantu mencuci piring.
Dan Ayah, ibu juga Om Denis masih mengobrol di ruangan lain.
Tiba2 Acil Rusmi Berteriak histeris dari arah luar rumah yang membuat Nuri langsung berlari menghampiri cil Rusmi
"Kenapa Cil.??" Tanya Nuri seraya melihat kiri dan kanan untuk memastikan ada siapa di sana.
Nafas Cil Rusmi naik turun tak beraturan, nampaknya ia sangat ketakutan.
"Cil. Kenapa.?" Tanya Nuri lagi
"Ta, tadi." Cil Rusmi terdiam sejenak saat akan meneruskan ucapan nya
"Ah, tidak ada apa2. Yuk masuk ke dalam." Ajak Cil Rusmi
"Tidak ada apa2 kok sampai teriak," Batin Nuri
--------------------
"Kak Ivan. Aku mau pipis." Ujar Nuri sambil berdiri di samping tempat tidur kakaknya
"Kak.. Aku mau pipis.." Rengek Nuri sembari mencubit2 lengan Ivan
"Kamu nih ah.. Mau pipis kok ngadu ke aku.?! Tinggal turun ke bawah aja susah banget.!" Ujar Ivan dengan mata yang masih tertutup
"Kak Ivan.!!"
"Apasih.?!" Sembari menutup wajahnya dengan bantal
Melihat Ivan seperti itu, Akhirnya mau tak mau Nuri keluar kamar untuk turun ke bawah.
Nuri berlari menuruni anak tangga, karena memang ia sudah tidak bisa menahan nyeri akibat menahan pipis.
Setelah masuk ke WC, Nuri begitu Lega.
Dan saat keluar, ia melangkah dengan hati2 karena takut akan cerita2 teman2 di sekolahnya.
Di dapur terdengar suara dentingan Sendok dan gelas yang biasanya terdengar saat membikin kopi atau teh.
Nuri yang penasaran, langsung mengintip ke dapur, ternyata di sana ada Cil Rusmi yang sedang membuat sesuatu, Nuri tak melihat jelas apa yang di bikin Cil Rusmi
Karena posisinya membelakangi pintu.
Nuri Lega, ternyata ia bangun tidak sendiri.
Lalu melangkah dengan santai kembali ke kamar tidurnya.
Saat membuka pintu, Nuri sangat kaget melihat selimut Ivan yang bergerak2 seperti ada dua orang di dalamnya.
Nafasnya mulai turun naik tak beraturan.
"Kak Ivan.. Kaaaakkk.." Panggil Nuri takut masuk ke dalam kamar
Tapi Ivan yang tidurnya seperti orang pingsan itu tak menjawab sedikitpun.
Akhirnya Nuri melemparkan sesuatu ke arah Ivan, dan saat Ivan bergerak, selimut Ivan kembali seperti biasa.
Nuri berjalan mendekat, sreekk.. Tidak ada apa2 yang ia lihat saat selimut terbuka.
Nuri pun bergegas kembali ketempat tidurnya, ia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Tiba2 nafas nya terasa sesak. Selimut yang ia gunakan tiba2 seperti ditarik ujung2nya hingga membuat Nuri kesusahan bernafas.
Dan di atasnya nampak sesuatu namun tidak jelas. Sesuatu itu menindih Nuri hingga ia tak mampu bergerak.
"Mmm.." Nuri mencoba berteriak namun bibirnya seperti terkunci
"Toloooooonggg...!!" Teriak Nuri setelah bersusah payah berusaha berteriak
Ivan kaget dan bergegas menyibak dinding kain pembatas mereka.
"Nuri.. nuri... Bangun. Bangun." Panggilnya seraya membuka selimut yang menutupi wajah adiknya itu
Tapi saat selimut telah terbuka, mata Nuri melotot ke atas, membuat Ivan heran.
"Nuri, kamu kenap.?" Tanya Ivan seraya memukul pelan pipi adiknya
Tak ada respon, akhirnya Ivan mengambil botol airnya dan menumpahkan isinya ke wajah Nuri.
Yang membuat Nuri seketika menarik nafas yang sangat panjang.
"Kak Ivan.. Kak. Ada yang menarik menarik selimutku dari bawah. Lalu ada orang yang menindihku. Aku tidak bisa bernafas. Aku takut." Isak Nuri
Ivan memeluk adiknya, menenangkan Nuri.
"Kamu tidur, itu pasti cuma mimpi. Aku juga sering begitu kok." Kata Ivan
Keesokan Harinya saat mereka menikmati sarapan bersama,
"Cil, tadi malam buat apa.?" Tanya Nuri
"Membuat apa.? Tadi malam acil tidak membuat apa2." Jawab Cil Rusmi
"Itu lho sekitar tengah malam, Pas aku keluar dari wc, aku dengar Cil Rusmi tongteng2 di dapur, pas aku lihat ya itu memang acil." Kata Nuri
"Tapi tadi malam acil tidak keluar dari kamar, apalagi tengah malam." Jawab Cil Rusmi sambil mengangkat bahunya
"Oh iya, Mama, Sama Abah dan Om Denis nanti siang pergi, kemungkinan kami akan pergi selama 3 harian, jadi kalian baik2 ya tinggal sama Cil Rusmi. Jangan terlalu merepotkan, dan jangan buat rumah berantakan." Ujar Feli sambil menatap Ivan dan Nuri bergantian
"Siapa juga yang mau main kerumah ini. Teman2 Ivan juga gak bakalan mau." Sanggah Ivan, karena ia tau ujung perkataan mama nya tadi pasti mengarah ke dirinya
"Y baguslah. Jadi rumah tidak akan berantakan."
"Tapi mama kenapa lama perginya.?" Tanya Nuri
"Kerjaan sayang, mama harus menemani abahmu."
Nuri menghela nafas panjang,
"Oh iya, ini uang belanja sama jajan anak2 ya Rus, kasih kan ke mereka nya jangan banyak2."
"Iya." Jawab Cil Rusmi seraya mengambil uang yang diberikan Feli
-----------------------
Selepas pulang sekolah, Wajah Nuri murung sekali.
"Kenapa Nuri.?" Tanya Cil Rusmi seraya menyediakan makanan untuknya
"Teman2ku bilang, kalau di rumah ini ada hantu. Katanya
Orang tua mereka sering melihat hantu di sini kalau lewat tengah malam."
Cil Rusmi menghela nafas berat,
"Cil, tadi malam aku di ganggu sampai sesak nafasku." Lanjut Nuri
"Sudah, jangan di pikirkan, lebih baik sekarang kamu makan." Ujar cil Rusmi
Selesai makan, Nuri langsung ke kamarnya.
Sementara Cil Rusmi keluar rumah untuk berbelanja bahan makanan di warung terdekat.
Nuri mengambil bukunya, dan mulai membaca. Ia tidak tau kalau Cil Rusmi sudah pergi.
Karena di rasa ada yang kurang, Nuri mengambil tasnya dan mengeluarkan beberapa makanan yang ia beli di warung dekat sekolahnya tadi.
Nuri asyik membaca sambil memakan camilan. Hingga beberapa saat kemudian, rasa haus mulai ia rasakan. Akhirnya Nuri Pergi ke dapur untuk mengambil air.
Di dapur ia melihat cil Rusmi sedang memotong sesuatu. Awalnya Nuri tidak terlalu mempedulikan, tapi karena
Acil Rusmi tidak menjawab pertanyaan2 nya Nuri pun mendekati Cil Rusmi. Dan ia sangat ketakutan melihat apa yang di potong acil Rusmi, yang merupakan kucing peliharaan Nuri.
Ia terus berlari dengan sesekali menoleh kebelakang.
Hingga akhirnya saat ia sampai di dekat pintu depan, Nuri bertabrakan dengan Ivan yang baru pulang sekolah.
"Ada apa.???" Tanya Ivan masih kaget
"A, a, cil rus rusmi. Kucingku. Kucingku mati..!!" Jawab Nuri, ia langsung menangis terisak saat mengatakan kucingnya mati
"Mati kenapa.? Kok bisa.? Lupa ngasih makan atau gimana.??" Tanya Ivan beruntun
"Cil, rusmi membunuh kucingku kak." Isak Nuri
"Hah.? Ah, tidak mungkin. Orang sebegitu baik mana mungkin tega bunuh kucing. Kucingmu saja sering acil rusmi yang ngasih makan." Jawab Ivan tidak
Percaya, lalu ia melangkah ke arah dapur, mengikuti tunjukan adiknya.
Sesampainya di dapur, Ivan tertegun.
"Mana Ri.? Coba kesini..
Tidak ada siapa2 di sini." Ujar Ivan
Saat mereka berdua asyik2nya berdebat, Cil Nuri yang baru pulang dari warung langsung menyapa kedua kakak adik tersebut.
Nuri nampak takut, ia menundukan kepalanya dan bersembunyi di belakang Ivan.
"Kenapa Nuri.?" Tanya Cil Rusmi
Nuri bergegas lari, ia berlari menuju ke atas.
Sesampainya di dalam kamar, Nuri langsung mencari2 keberadaan kucingnya. Tapi tidak di temukan.
Ia lalu turun lagi, di dapur, terlihat Ivan dan Cil Rusmi yang tengah mempersiapkan makanan untuk Ivan.
"Mencari kucingmu.?" Tanya cil rusmi
Nuri mengangguk,
"Tadi pas Acil memasak, dia ada di pojokan sana Ri, tapi sekarang tidak tau dia di mana." Kata Cil Rusmi
Ivan yang memang sangat menyayangi adiknya itu, langsung membantu Nuri untuk mencari keberadaan kucing kesayangan nya.
Di cari kemana2 tapi tidak ada. Hingga saat Nuri dan Ivan melewati kamar Cil Rusmi, ia mendengar suara kucingnya dari dalam kamar.
Ivan langsung minta izin pada Cil Rusmi untuk masuk ke kamarnya, dan ternyata setelah mereka masuk, kucing Nuri sama sekali tidak ada di situ.
Tapi lagi2 suara kucingnya terdengar lagi dari dalam tembok.
Ivan menggaruk2 kepalanya. Ia bingung dengan suara kucing tersebut.
"Cil, kita bongkar saja ya dinding nya." Kata Nuri
"Ah, kalau harus bongkar dinding begini, aku pergi makan dulu lah." Ujar Ivan seraya berjalan
Keluar
Nuri dan Cil Rusmi masih menempelkan telinga mereka di dinding,
"Suara kucingkan Cil.?" Tanya Nuri
"Iya ya, tapi lewat mana kucing bisa masuk kesini.?" Ujar Cil Rusmi balik bertanya
Sambil menunggu2 Ivan selesai makan, Nuri menceritakan kejadian yang ia alami tadi pada acil Rusmi. Wanita itu langsung mengucap istigfar saat mendengar cerita Nuri.
"Astagfirullah. Saya tidak mungkin melakukan perbuatan sekeji itu. Memukulnya saja saya tidak tega." Ucap Cil Rusmi
"Maaf ya Cil, Nuri sudah berburuk sangka." Kata Nuri
Cil Rusmi menghela nafas, ia meraih tubuh Nuri dan langsung memeluknya.
"Tidak apa2. Rumah ini yang membuatmu seperti itu. Dari awal, saya sudah merasa tidak nyaman tinggal di sini. Saya juga sering mengalami hal2 yang sulit di jelaskan dengan akal, selama tinggal di rumah ini."
"Acil pernah mengalami hal2 aneh juga.??" Tanya Nuri
Wanita itu mengangguk, lalu tersenyum saat mengetahui Ivan sudah datang.
"Boleh cil di bongkar.?" Tanya Ivan yang sudah membawa perlengkapan bongkar membongkar
Setelah mendapat persetujuan, Ivan langsung membongkar dinding2 tersebut.
Dan setelah beberapa lama, akhirnya dinding berhasil di bongkar. Ternyata di sana ada ruangan kecil
Berukuran 1x1 meter, didalam nya ada banyak kotak2 kayu dan tas.
Ivan meraih salah satunya, dan saat di buka mereka bertiga sangat kaget dengan penemuan nya. Di dalam peti tersebut, banyak sekali terdapat uang.
"Astaga, uang sebegini banyak kenapa di tinggal.?" Gumam Ivan
Cil Rusmi menutup mulut nya, lalu begumam.
"Jadi semua cerita itu benar."
"Cerita apa cil.?" Tanya Nuri
"Van, masukkan lagi uang2 itu ke tempatnya van, jangan diambil. Ayo kita keluar dari sini." Ujar Acil Rusmi dengan raut wajah yang sangat tegang
"Kenapa.? Ini kan rejeki kita. Kita bisa membagikan uang ini secara rata. Dan masing2 dari kita bisa membeli apapun yang kita
Inginkan." Ujar Ivan
"Jangan van, bahaya, itu bukan uang kita. Lebih baik, segera kembalikan ke tempatnya." Ujar Acil Rusmi
"Iya kak, itu bukan milik kita. Kata abah dan mama kakak masih ingatkan.?" Ujar Nuri
Ivan lalu mengembalikan uang itu ke dalam ruangan tadi, dan membetulkan kembali dinding2 yang tadi ia bongkar.
Acil Rusmi bergegas mengangkat barang2 nya ke luar kamar, lalu mengunci pintu kamar itu rapat2.
"Lho, kenapa barang2nya di keluarkan.?" Tanya Nuri
Meow.. Suara kucing Nuri yang ternyata berada di dapur. Nuri sangat senang dan langsung mengangkat kucingnya.
"Dari mana saja kamu.?" Kata Nuri seraya menciumi kucingnya
Sementara raut wajah Ivan nampak kacau,
Sepertinya ia sangat menginginkan uang yang di temukan nya tadi.
"Dulu, ada cerita menyeramkan dari pemilik rumah ini. Dulu sekali saat saya baru berusia 10 tahunan. Rumah ini baru selesai di bangun, dan cerita di desa sekitar mengatakan kalau pemilik rumah ini melakukan pesugihan, bersekutu iblis untuk mendapatkan kekayaan.
Setiap hari mereka berganti2 mobil, dan memberikan uang kepada anak2 jalanan sekitar, tapi seminggu setelah itu, anak2 itu akan sakit dan yang parahnya sampai meninggal.
Bahkan dulu, adik saya pun korban nya. Meninggal dengan banyak keanehan.
Kata orang2, anak2 yang mati itu di jadikan tumbal. Meski warga sangat marah, tapi mereka tidak punya bukti, dan karena orang2 yang mereka lawan itu merupakan orang berduit, orang2 kaya.
Jadi pasti mereka selalu benar. Dan orang2 desa tidak bisa berbuat apa2. Mereka hanya bisa mengancam anak2nya untuk tidak pernah mengambil uang yang di berikan oleh orang kaya tersebut.
Dan sebulan setelah tak ada anak2 yang mau mengambil uang yang di berikan
Oleh mereka, anak dari orang2 kaya tersebut pun mati. Kematian nya sama dengan anak2 orang2 di desa ini sebelumnya.
Dan setelah itu keluarga itu menghilang secara tiba2. Lalu rumah itu kosong hingga akhirnya di urus oleh keluarganya.
Ada beberapa versi cerita dari warga disini, ada yang mengatakan kalau keluarga itu mati, tapi mayatnya tidak pernah di temukan sampai sekarang. Lalu ada juga yang mengatakan, kalau mereka pindah, karena takut akan menjadi pengganti korban pesugihan nya sendiri. Tapi entahlah
Yang mana yang benar di antara cerita2 itu." Ujar acil Rusmi
"Lalu menurut acil, mereka kemana.?" Tanya Nuri
Acil Rusmi menggeleng,
"Mereka mungkin mati, karena semua uang2 hasil pesugihan nya di tinggalkan begitu saja. Mungkin keluarganya yang punya rumah ini tidak
Tau kalau ada uang sebanyak itu di sini."kata Cil Rusmi
"Kalau mereka mati, lalu mayatnya.?"
"Kalau itu acil tidak tau. Mungkin habis di makan sesuatu."
"Tidak, tapi menurut Ivan, sebelum pergi, orang2 itu menyembunyikan uang2 mereka terlebih dahulu. Dan memutuskan
Perjanjian pada iblis, lalu mereka pergi, tapi di tengah jalan, mereka mati, karena ulah dari iblis itu, yang tidak mau memutuskan kontrak pesugihan nya."ujar Ivan
"Bagaimana kamu bisa seyakin itu.?" Tanya Cul Rusmi
"Karena di dalam ruangan itu tadi, Ivan juga menemukan
Wadah2 seperti sesajen yang sudah kering."ujar Ivan
"Ah, sudahlah, aku mau mandi dulu, kotor." Ujar Ivan lalu meninggalkan Nuri dan Cil Rusmi
Sore mulai merangkak menjadi gelap.
Dengan raut wajah seperti ketakutan, Ivan berjalan menghampiri cil rusmi dan nuri.
"Kamu kenapa van.?" Tanya Cil Rusmi
"Tadi kamu ke kamar mandi Ri.?" Ujar Ivan bertanya pada Nuri
"Tidak, aku disini saja dari tadi. Kalau tidak percaya, tanya saja pada Cil Rusmi." Jawab Nuri
Ivan duduk, wajahnya mulai berkeringat dingin.
Ivan nampak sangat ketakutan, tapi ia tak mau mengatakan apa yang baru saja ia alami tadi.
"Cil, malam ini tidur di kamar kita saja ya." Ujar Nuri yang langsung di tanggapi anggukan oleh Ivan
"Baiklah, Acil juga jujur takut tidur di kamar itu lagi. Setelah tau apa yang di baliknya." Jawab Cil Rusmi
"Rasanya aku ingin sekali pindah dari rumah ini." Gumam Nuri
"Makanya kita doakan saja, agar Abah dan mama mu selalu di lancarkan Allah rejekinya. Biar kita bisa pindah ke rumah yang tidak ada hantunya." Ujar Cil Rusmi
Sebelum tidur mereka bertiga terlebih dahulu ke wc untuk buang air kecil.
Karena Ivan juga takut, akhirnya ia membuka dinding pembatas antara tempat tidurnya dan Nuri,
Baru beberapa saat ingin memejamkan mata, tiba2 terdengar teriakan di halaman rumahnya.
Dan cahaya senter yang kedip2kan kearah jendela.
"Astaga. Aku lupa kalau malam ini mau ikut ronda." Ujar Ivan menepuk Jidatnya
"Kak Ivan, jangan bilang kalau kakak mau pergi ninggalin kita.!" Ujar Nuri setengah mengancam
"Ya, aku juga tidak tau kalau kejadian di rumah ini bakal seperti ini kan. Ya sudah, aku mau turun dulu, bilang kalau aku tidak jadi ikut malam ini." Ujar Ivan
Setelah Ivan keluar, Nuri memeluk erat cil Rusmi. Ia sangat ketakutan.
Dan ternyata Ivan memang benar2 tidak jadi ikut ronda, karena khawatir dengan adiknya.
Saat ia menaiki tangga, Ivan seperti di dorong oleh sesuatu, hingga mengakibatkan ia terjatuh dan terluka cukup parah.
"Kak ivan kok lama ya cil." Tanya Nuri
"Iya ya, apa mungkin dia jadi ikut ronda.? Tapi masa dia tidak bilang dulu." Gumam acil Rusmi
"Kita lihat ke bawah yuk.
"Ajak Nuri
Akhirnya mereka berdua keluar dari kamar, dan saat melihat ke bawah tangga, mereka sangat terkejut melihat tubuh Ivan yng sudah penuh darah tergeletak di sana.
" Astagfirullah hal adzim. Ivaaannnn..."teriak Cil Rusmi seraya berlari menuruni tangga di ikuti
Oleh nuri yang sudah mulai mengeluarkan air mata
"Ya Allah, Ivan, kenapa bisa sampai seperti ini nak." Isak Cil Rusmi lalu ia berlari kearah dapur untuk mengambil air hangat dan kain bersih
Sementara Nuri hanya berdiri terpaku dengan air mata yang berlinang.
"Ambilkan obat Nuri, kasian kakakmu ini." Suruh cil Rusmi Nuri yang takut, sama sekali tak bergeming.
"Ya allah, Ya allah. Apa yang terjadi. Bertahan ya nak." Isak Cil Rusmi
"Nuri, jaga kakakmu sebentar, Acil akan mencari bantuan." Ujar acil Rusmi
"Tapi Cil, aku takut."
"Nuri, sekarang ini nyawa kakakmu lebih penting. Aku akan mencari bantuan, sebentar saja." Ujar Cil Rusmi
Lalu berlari kearah pintu, membukanya dan menutup nya kembali.
Hening.. Nuri duduk di dekat kakaknya dengan tubuh gemetar ketakutan.
Suasana menyeramkan mulai Nuri rasakan, suara langkah dan tawa seseorang yang kadang mendekat dan menjauh memacu detak jantung nuri menjadi lebih kencang.
Rasa takut dan was2 yang sudah sedari tadi ia rasakan membuatnya menjadi mual, di tambah bau anyir darah dan bebauan lain nya mulai menyerbu penciuman Nuri.
"Ya allah, lindungi kami." Ucapnya berulang2
Kembali terdengar suara langkah kaki menuruni tangga, namun suara itu menghilang saat sudah berada beberapa langkah dari Nuri.
Dari arah atas terdengar suara kucingnya meraung2 aneh. Ingin sekali nuri naik ke atas pada saat itu, tapi rasa takutnya menahan Nuri agar tetap berada di tempatnya sekarang.
Gema tawa aneh terdengar sampai ke bawah. Membuat Nuri sampai terkencing2 di celana.
Ia menangis sesenggukan sambil menutup kedua matanya.
Dan tepat pada saat itu, terdengar suara keramaian di luar rumah. Nuri berlari kearah pintu berharap Cil rusmi datang bersama orang2
Namun saat ia mengintip keluar, tidak ada siapa2 di luar sana. Nuri langsung berlari kearah Ivan, ia duduk sambil terus menangis.
Beberapa kali ia di permainkan oleh suara2 dari arah luar rumah, namun beberapa kali juga saat ia melihatnya, tidak ada siapa2 di sana.
Ketakutan nya semakin menjadi ketika tangan dan kaki Ivan mulai bergerak.
Bergerak secara tidak beraturan, suara tulang2 nya seperti di patah oleh sesuatu yang tak bisa ia lihat.
Wuuussshhh.... Angin panas menerpa wajahnya, seketika tubuh Nuri terasa kaku, terasa sangat susah di gerakkan.
Di saat seperti itu, ia mengingat semua cerita teman2 nya. Ia berdoa dan berdoa. Meski tak banyak doa islami yang ia tau, tapi setidaknya ia mencoba untuk
Melawan pengaruh dari sesuatu yang buruk terhadapnya.
Tidak hanya sampai disitu, Nuri mulai merasakan Darah segar melewati bibirnya, Baru kali itu ia merasakan sakit yang sangat luar biasa di kepalanya.
"Ya allah.. Hamba percaya semua yang terjadi saat ini, sudah engkau takdirkan pada hambamu ini, tapi hamba mohon, jangan biarkan iblis itu membunuhku." Batin Nuri, sementara itu ia masih terus mencoba menggerakkan tubuhnya.
Dan tepat di saat itulah, Cil Rusmi dan beberapa orang masuk secara paksa dari jendela rumah. Karena rupanya pintu sudah terkunci dari dalam.
Beberapa orang yang berhasil masuk mulai membaca doa2, mereka juga meletakkan beberapa sajadah kearah kiblat.
Lalu mulai adzan. Sementara beberapa ibu2 yang terakhir masuk termasuk juga cil rusmi, berlari menghampiri Nuri dan Ivan, pertolongan pertama pun di lakukan.
Untungnya Ivan masih Hidup, meski beberapa tulangnya patah.
Selepas Adzan, orang2 itu sholat. Lalu selesai sholat mereka di arahkan oleh acil rusmi ke dalam kamarnya yang terdapat uang dan sesajen sesembahan.
Mereka membawa uang2 itu ke luar rumah. Dan menghancurkan sesembahan kering yang ada disana, minyak gas (minyak tanah) sudah di siramkan, tapi saat akan di sulut api, apinya malah mati. Selama beberapa kali akan di bakar, tapi selalu gagal, api seakan tak bisa membakar uang2
Tersebut.
"Mari kita bersama2 mengucapkan bismillah. Dan memohon perlindungan kepada allah." Ujar salah satu orang yang berada disana
"Bismillahirahmanirahim...."
"Allahuakbar.. Allahuakbar.."
Blaaarr... Api menyala, dan langsung membakar uang2 tersebut menjadi abu.
Beberapa orang masih berada di rumah itu untuk membersihkan nya, dan beberapa orang lagi, langsung membawa keluar Nuri dan juga Ivan dari rumah tersebut untuk di obati.
1 minggu setelah kejadian itu, Aden, Feli, om Denis, Acil Rusmi, Ivan, dan Nuri. Pindah lahi kerumah yang lebih kecil. Yang merupakan milik seorang guru SD. Dan di rumah itu Mereka sudah bisa hidup dengan tenang, tanpa merasakan gangguan2 dari mahluk2 halus.
Karena rumah itu selalu di adakan acara2 keagamaan di sana.
Sementara keadaan Ivan, membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk pemulihan kondisinya, itu pun ia sudah tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya.
-----SELESAI-----
Saweran pulsa bisa di nomor ini- 0856 5403 7262
Atau klik link saweran ini-> saweria.co/donate/Omrasth…
Atas dukungan nya, om ucapkan terima kasih banyak, semoga ponakan2 semuanya di berikan kesehatan dan juga rejeki yang lancar. Aamiin🙏
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
“Capati pang ma.. Ulun kada sabaran lagi nah.. (Ayo cepat ma.. Aku sudah tidak sabar lagi..)” ujar seorang anak laki laki berusia 10 tahunan seraya menarik tangan ibunya
Ya, hari itu keluarga kecil yang terdiri dari 4 orang tersebut akan pindah rumah, ke rumah baru mereka.
4 orang dalam keluarga itu terdiri dari ayah, ibu dan 2 anaknya. Kita panggil saja nama si ayah pak Fahri, kisaran usia 35 tahunan. Si ibu bernama Desi, kisaran usia 30 tahunan. Anak pertama mereka sebut saja namanya Vendra usia 10 tahun. Dan anak kedua mereka bernama Salsa yang
Malam minggu ini kita cerita yang ringan2 dulu ya..
(Gambar hanya ilustrasi)
Hari yang ditunggu-tunggu pun sudah tiba, libur panjang sekolah itu akan mereka isi dengan berbagai macam hal-hal menyenangkan di desa kakek, desa yang sudah lama tidak pernah keluarga anggi kunjungi lagi.
Kurang lebih sekitar 10 tahun anggi tidak pernah ke desa kakeknya. Terakhir ke desa saat ia masih berusia 7 tahun, dan sekarang usia anggi sudah menginjak 17 tahun.
Cerita ini diceritakan oleh salah satu ponakan disini yang pernah bekerja di rumah makan tersebut.
Nama tokoh dalam cerita ini sudah disamarkan.
_____
2018..
Kalimantan selatan.
Sebut saja namanya Hatni, saat itu dia baru saja lulus sekolah Menengah Atas. Namun karena orang tuanya tidak punya biaya, akhirnya hatni memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya kebangku kuliah.
Namanya Esah. Dia adalah seorang gadis yang baru saja naik kelas 6 SD. Dia termasuk anak yang paling pintar di kelasnya. Diawal tahun pelajaran baru itu, ada murid pindahan dari sekolah lain yang masuk dikelas tersebut.
Perawakannya tinggi, lebih tinggi dari anak2 laki2 lain di kelas itu. Wajahnya juga tampan dan memiliki kulit putih namun terkesan pucat.
Matanya sayu, dan lebih sering menyendiri ketimbang berbaur dengan teman2 dikelasnya.
Namanya Silvia, usianya saat ini sekitar 40 tahunan, usia yang sangat matang untuk berumah tangga. Namun sampai cerita om tulis, silvia belum juga mendapatkan jodoh.
Padahal sejak jaman kuliah dulu, silvia ini bisa dibilang merupakan cewek populer.
Dan bahkan ia pernah menjalin hubungan diam2 dengan dosennya. Tapi hubungan itu tidak berlangsung lama karena silvia yang merupakan cewek2 populer itu merasa bosan dengan si dosen.