Mistis Kalimantan Profile picture
Mar 27, 2021 48 tweets 6 min read Read on X
Ulak Rohim pulang ke kampung halaman karena mertuanya mulai sakit-sakitan. Namun pengalaman di rumah mertua itu menjadi pengalaman yang sangat tak menyenangkan.

RUMAH MERTUA

Dikisahkan oleh putra beliau puluhan tahun kemudian.

#ThreadHorror
@bacahorror Image
thread akan saya mulai pukul 7. boleh dilike dan diretweet dulu ya kawan-kawan.
Ulak Rohim adalah seorang pedagang di perbatasan Kapuas Hulu dan Malaysia. Kerja kerasnya di masa muda membuat Ulak Rohim dapat dikatakan sukses. Namun suatu waktu ia mendengar bapak mertuanya, Ai Ratong jatuh sakit.
Ai Ratong hidup bersama istrinya sejak anak semata wayangnya menikah dengan Ulak Rohim. Semua baik-baik saja sampai tiga tahun sebelumnya istrinya meninggal.
Sejak istrinya meninggal, ai Ratong sering jatuh sakit. Berkali-kali Ulak Rohim mengajak Ai Ratong untuk tinggal bersamanya, namun selalui ditolak. Ai Ratong tak mau meninggalkan rumahnya. Ia memilih tinggal sendiri ketimbang harus ikut Ulak Rohim.
Namun kali ini Ai Ratong sakit parah. Orang-orang di kampung mengirim utusan untuk memberi kabar pada Ulak Rohim. Selama Ulak rohim belum datang orang kampung bergantian membantu Ai Ratong, namun mereka mulai kewalahan.
Kini tubuh Ai Ratong sudah begitu lemah, badannya sudah renta, tersisa kulit yang membungkus tulangnya. Jauh berbeda dengan gambaran masa mudanya.
Ai Ratong muda adalah seorang yang luar biasa. Hartanya banyak, dihormati oleh siapa saja. Bisnis kayunya sukses besar.
Tapi yang tersisa dari kesuksesan itu kini hanyalah rumahnya yang besar dan luas. Seluruh hartanya ludes karena kebiasaannya main wanita. Harta yang tersisa kemudian ia habiskan untuk pengobatan istrinya di masa tua.
Mendengar kabar ayahnya yang sakit, Murni, istri Ulak Rohim langsung menyiapkan pakaian. Ulak Rohim memutuskan untuk menyerahkan pengelolaan usahanya pada asisten kepercayaannya.
Tak mungkin Murni dibiarkannya pergi sendiri. Jadilah mereka pergi sekeluarga, diajak pula putra mereka yang masih 7 tahun. Salam.
Beberapa waktu lalu, Salam membaca cerita ini. Ia menghubungi saya dan tertarik menceritakan kisah yang nyaris serupa.

Salam sekarang di Pontianak dan sudah berkeluarga.
Saat mereka sampai di Rumah Ai Ratong hanya ada seorang tetangga yang menjaga Ai Ratong. Ai Ratong hanya terbujur kaku di atas dipan yang diletakkan di ruang tengah rumahnya.
"Bapak!" Murni berlari ke arah bapaknya. Ai Ratong menoleh, ia sudah tak dapat berkata apa-apa. Murni menangis sesenggukan.
"Sebentar lagi Murni" kata Ai Ratong.
Murni tak paham maksud Bapaknya. Salam memeluk ayahnya erat. Itu bukan kakek yang ia kenal. Badannya kurus, kulitnya pucat, matanya dikelilingi bulatan kehitaman tanda jarang tidur.
Kesehatan Ai Ratong memang memprihatinkan. Ia sudah tak bisa diajak bercakap, kadang obrolannya ngawur. Kadang ia seperti berbicara sendiri. Dan ia hampir tak pernah tertidur. Setiap memejam, ia mengaku melihat mimpi buruk.
Ulak Rohim mengajak Salam ke kamar. Rumah itu benar-benar tak terawat. Seluruh ruangan dipenuhi debu. Salam bersin beberapa kali.
"Tunggulah di sini" kata Ulak Rohim. Ia lalu keluar hendak mencari sapu atau apapun yang bisa digunakan membersihkan ruangan.
Sementara itu Murni di luar berusaha bercakap dengan bapaknya.
Salam yang masih kecil itu tak ingat banyak. Yang ia ingat ketika ayahnya pergi, ia duduk di atas dipan kayu yang berderit. Kamar itu terasa lembab.
Lalu di tengah keheningan tiba-tiba ia mendengar suara siulan. Ia tak tahu darimana suara itu berasal. Namun karena penasaran ia berjalan ke arah jendela. Dibukanya jendela perlahan. Tak ada siapa-siapa. Namun ketika ia menoleh, ia melihat sekelebat bayangan melintas di dpn kamr.
Tak berapa lama berselang, Ulak Rohim datang. Ia membereskan kamar itu. Salam hanya mengamati ayahnya. Ia tak bercerita apa-apa. Mereka hanya saling diam.
Murni kemudian masuk ke kamar.
"Bagaimana bapak?" Tanya Ulak Rahim.
"Bapak menyuruhku kita pulang" kata Murni.
"Pulang bagaimana?"
"Bapak tak mau kita di sini"
Ulak Rohim keluar menemui mertuanya. Murni dan Salam mengikutinya dari belakang. Ulak Rohim mendekat.
"Pergi! Pergi dari sini!"
"Tapi Bapak sakit"
"Pergi!"
"Bapak ikut kami ya"
"Pergi!" Kata Ai Ratong sambil mencengkram tangan Ulak Rohim. Kukunya yang panjang melukai Ulak Rohim.
"Bapak! Berhenti!" Sergah Murni menarik tangan suaminya.
"Ada apa Pak? Kami datang ke sini untuk merawat bapak"
"Pak Nyebut pak" kata Ulak Rohim.
Mata Ai Ratong melotot.
"Kalian jangan di sini. Biar bapak saja" katanya.
"Pergi!!!!" Tiba tiba nada suaranya naik.
Murni mundur.
"Bagaimana ini?" Tanya Murni.
"Kita biarkan saja dulu" kata Ulak Rohim.
Mereka lalu bergegas meninggalkan Ai Ratong ke kamar. Salam masih ingat, suara teriakan itu bukan suara kakeknya lagi.
Ini pada nyimak kan ya?
"Besok kita bawa Bapak ke kecamatan. Dari sana Kita bawa bapak ke Rumah sakit" kata Ulak Rohim.
"Bapak tidak mau. Mak Idah bilang warga sini sudah sempat membawany"
"Lalu?"
"Bapak mengamuk dan minta dipulangkan"
"Lalu ada kejadian yang membuat waga membawanya pulang"
"Apa itu?"
Begini kejadiannya.

Suatu Sore keadaan Ai Ratong memburuk. Sejak pagi sudah berteriak dan meronta-ronta. Warga yang menjaganya ketakutan. Kepala kampung pun dipanggil.
Disepakatilah Ai Ratong akan dibawa ke kota. Tangan dan Kaki Ai Ratong diikat dengan sarung agar tak meronta. Ia diletakkan di atas tandu yang dibuat dari selimut. Maka dibawalah ia oleh 5 orang menuju kota.
Mereka baru keluar kampung saat Ai Ratong menggeram dengan keras. Tandu itu terasa begitu berat. Keempat orang yang mengangkat tandu oleng.
Ai Ratong yang tak berdaya itu malah seperti melompat dari atas tandu. Ia berdiri menghadap kelima orang yang membawanya.
"Bawa aku pulang, sekarang!!!" Sergahnya.
Kelima orang itu ternganga.
Suara itu terdengar berat. Tak seperti suara manusia kebanyakan. Mereka saling tatap. Lalu sekian detik kemudian, Ai Ratong tumbang. Mereka memutuskan membawanya pulang.
Oke kita balik ke hari kedatngan Ulak Rohim dan Keluarga. Karena rumah benar-benar tak terurus, mereka memutuskan untuk membereskan rumah. Rohim bermain sendiri sementara ibu dan ayahnya beberes.
Saat sedang bermain ia beberapa kali melintasi Ranjang tempat Ai Ratong berbaring. Ia melihat kakeknya telentang dengan tatapan kosong dan mulutnya yang tampak komat-kamit.
Namun sayup-sayup Salam mendengar kakenya berbicara. "Jangan usik mereka, urusanmu dengan aku saja"
Malam datang. Walau terus ditolak dan diusir, Murni telaten merawat ayahnya. "Penyakit tua" begitulah orang umum menyebut penyakit seperti ini. Biasanya orang tua akan bertindak aneh dan tak kita mengerti. Karena kesadarannya tak sama lagi.
Pukul 12 malam ketika mereka tertidur, Ulak Rohim terbangun. Ia mendengar suara langkah kaki di luar. Suara itu semakin dekat dan semakin dekat. "Siapa itu?" Pikirnya. Tak mungkin itu Ai Ratong.
Ulak Rohim memberanikan diri keluar. Kamar itu hanya ditutupi tirai berwarna maroon. Sekelebat di balik tirai ada bayangan orang lewat. Ulak rohim menyibak tirai dan tak melihat siapapun. Namun di lantai ia menemukan belas tapak kaki yang basah.
Ulak Rohim mengikuti langkah kaki yang menuju ruang tengah itu. Namun langkah kaki itu mengarah ke ranjang Ai Ratong.
Ulak Rohim sungguh kaget melihat Ai Ratong sedang menggelepar dan tangannya mencekik lehernya sendiri.
"Udah Pak, jangan Pak" seru Ulak Rohim berusaha menarik lepas tangan Mertuanya.
Dengan sekuat tenaga Ulak Rohim menyentak tangan Ai Ratong membuat cekikan itu lepas.
Murni yang mendengar suara ribut di luar terbangun dan menemui Ayahnya. Tampak Ulak Rohim terengah-engah.
"Bapak kenapa?"
"Bapak mencekik dirinya sendiri"
"Kok bisa?"
"Aku juga tak mengerti Murni. Aku tak mengerti" kata Ulak Rohim.
"Pergilah" kata Ai Ratong menangis.
"Bapak kenapa?" Tanya Murni.
"Pergilah"
"Murni tidak akan pergi. Murni akan jaga bapak di sini"
Malam itu Murni menggelar tikar dan tidur di samping dipan bapaknya.
Kita jeda sejenak.
Ketika shubuh Marni terbangun Bapaknya masih terjaga. Tatapannya kosong menatap langit-langit rumah.
Siang berjalan dengan baik-baik saja. Ai Ratong terus menyuruh Marni pergi namun Marni tak memedulikannya. Disuapinya bapaknya, dibersihkan badannya, serta dirawat sebaik yang ia bisa. Barangkali waktu bapaknya tak lama lagi, ia ingin melakukan yang terbaik yang bisa ia lakukan.
Namun malam itu kejadian aneh terjadi lagi. Sekitar pukul dua belas Ai Ratong berteriak-teriak histeris.
"Mereka datang, mereka datang". Seru Ai Ratong.
Marni berusaha menenangkan bapaknya. Namun begitu melihat Murni, Ai Ratong kian histeris.
"Ini urusanku, kalian pergilah!"
Ulak Rohim adalah seorang pedagang di perbatasan Kapuas Hulu dan Malaysia. Kerja kerasnya di masa muda membuat Ulak Rohim dapat dikatakan sukses. Namun suatu waktu ia mendengar bapak mertuanya, Ai Ratong jatuh sakit.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Mistis Kalimantan

Mistis Kalimantan Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @bujangbangket

Feb 14, 2021
Ngah Nurdin, menuntut ilmu hitam demi kekayaan. Cintanya pada Dara Ranti membutakan matanya. Namun di hari tua, ia harus menanggung akibatnya.

Kisah ini terjadi di akhir 1970an. Tidak ada yang ingat pasti.

PERJAMUAN

A Horror Thread

@bacahorror
#bacahorror Image
Suatu waktu Umak (ibu saya), pergi berkunjung ke rumah kakak keluarga dari kakak Iparnya. Waktu itu usianya sekitar 17 tahun. Kisah ini baru diceritakan beliau saat saya pulang akhir tahun kemarin.
Untuk menceritakan ulang cerita ini saya seperti mengumpulkan puzle. Beruntung saya sempat pulang ke kapuas hulu dan mendapat cerita lainnya yang melengkapi cerita ini.
Read 98 tweets
Nov 26, 2020
Kematian? Banyak Orang takut menghadapi sang Maut. Tapi tidak bagi Mak Cik Ramani. Ketika Kehidupan sudah begitu menyakitkan, ia ingin maut sehera menjemput. Tapi maut malah terasa semakin jauh. sesuatu dari masa lalu, menyiksanya hidup-hidup.

#bacahorror
@bacahorror Image
Kalau ada orang paling kaya di kampung kami tak lain dan tak bukan ialah Mak Cik Ramani. Janda tua tanpa anak. suaminya meninggal akibat kecelakaan di tambang emas liar. Tapi segala kekayaan itu, tak membuatnya bahagia. Sama sekali tidak.
Biar saya ceritakan terlebih dahulu kisah Bang Mahran. Suami Mak Cik Ramani yang tewas itu. Orangnya berbudi pekerti yang baik. Orang tak pernah menyangka ia akan tewas dengan begitu menyedihkan. Tangannya masuk ke mesin, lalu ia kehabisan darah.
Read 41 tweets
Nov 1, 2020
Pernikahan MILA menyenangkan di hari resepsi saja, sisanya adalah malam-malam di neraka.

Setelah lama gak nge-thread, simaklah sebuah cerita yang baru saya dengar minggu lalu.

❌❌MALAM PENGANTIN❌❌

@bacahorror
#BacaHorror
#ThreadHorror Image
Sekitar seminggu yang lalu saya berjumpa Wawan. Dia follower akun ini. Dia bilang dia ingin menyampaikan sebuah cerita. Setelah sempat batal bertemu karena PSBB kedua kemarin, akhirnya kami bertemu.
Wawan usianya sekitar 35 tahun. Kejadian ini menimpa kakaknya, MILA. Oh ya, Wawan mengajak saya bertemu karena dia juga dari Pontianak. Katanya dia sejang saat menemukan akun saya yang banyak bercerita dengan latar belakang Kal-Bar.
Read 87 tweets
Sep 11, 2020
Hari minggu yang lalu saya berjumpa seorang teman dari Pontianak. Kami kenal di sebuah forum sekitar tahun 2012. Saya tunjukkan akun ini dan dia ternyata punya cerita untuk diceritakan. Sebuah peristiwa di Tahun 2007, saat dia SMA.

A Thread
@bacahorror
#bacahorror
Teman saya namanya Khalid, tapi yang mengalami ini adalah teman sekelasnya. Namanya Ando. Kejadiannya di sebuah kabupaten di Kalimantan Barat.
Ando ini anak baru. Pindahan dari Pontianak, ikut ibunya setelah ayahnya meninggal. Waktu itu ia duduk di kelas XI.
Read 59 tweets
Aug 27, 2020
Kali ini dari pengalaman pribadi, tahun 2016 sempat mau beli rumah karena harganya yang murah. Rumah kayu di tepian kota Pontianak itu ternyata menyimpan banyak cerita.

@bacahorror
#bacahorror
Jadi saya pertama kali dapat kerja tahun 2015. Biasa masih muda, langsung ngerasa punya uang dan impiannya langsung tinggi aja. Nabung dikit terus niat buat beli rumah. Tapikan harga rumah sekarang kan gila-gila kan ya. Sampai saya dapat info soal rumah itu.
Saya tidak akan menyebutkan rumah ini dengan spesifik. Yang jelas lokasinya itu di perbatasan Kubu Raya dan Pontianak. Untuk sampai ke rumah itu dari jalan raya harus masuk kompleks dan masuk jauh ke dalam. Setelah belok sana sini nanti akan ketemu tuh rumah tua dari kayu.
Read 85 tweets
Aug 13, 2020
Pramuka adalah ekskul yang dekat dengan alam. semakin dekat dengan alam, semakin dekat pula dengan misteri-misteri di baliknya. Tahun 1989, satu regu pramuka nyaris hilang untuk selama-lamanya dalam sebuah perkemahan yang diselenggarakan sebuah sekolah.

@bacahorror
#BacaHorror
Ini kisah Jihad, Hindun, Rahimah, Dul, dan Firman. Terjadi tahun 1989 di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
Jadi Jihad, Dul, dan Firman ada di satu regu bersama 4 anak cowok lain. Nama regu mereka Regu Macan. Sedangkan Rahimah dan Hindun bersama 3 cewek lain bergabung di Regu Anggrek. Mereka ini anak kelas 6 SD.
Read 70 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(